Jadi?

3.2K 279 35
                                    

Naranja presents

Happy reading

Senandung lagu cinta terdengar dari bibir penuh Jimin megiringi kegiatan sang pemilik yang sedang sibuk menata rambutnya untuk menemukan gaya yang pas. Padahal masih tersisa waktu sekitar 1 jam lagi sebelum Jungkook menjemputnya. Memang rasanya seperti kembali ke awal pertemuan mereka. Jimin begitu gugup sehingga tadi malam ia tidak bisa memejamkan mata barang sedetikpun.

Setelah selesai menata rambutnya, Jimin keluar dari kamarnya dan segera duduk di ruang keluarga sambil berulang kali menarik napas lalu menghembuskannya kasar hingga membuat kepalanya sedikit pusing. Dilihatnya lagi jam yang melingkar di tangan kirinya, semakin ia melihat jarum jam yang kian berdetak maka semakin keras pula degupan jantungnya.

Tak lama kemudian, siara deru mesin mobil yang berhenti di depan rumahnya. Jimin sudah tau pasti mobil itu milik siapa. Dan untuk terkahir kalinya sebelum meninggalkan sofa yang didudukinya, ia menghela nafas lagi berupaya sedikit mengurangi rasa gugupnya namun sepertinya itu sia-sia.

"Permisi." Ucap seseorang yang telah memasuki area rumah Jimin.

"Masuk dulu, bang. Jimin nunggu di dalem." Jihoon yang kebetulan sedang mengeluarkan motor vespanya berpapasan dengan Jungkook.

Jungkook mengangguk lalu segera menuju pintu utama yang ternyata tanpa ia sadari Jimin telah berdiri di sana.

"Eh!" ucap Jungkook terkejut saat Jimin menyambutnya di pintu.

Jimin hanya tersenyum malu dihadapan Jungkook yang kini berdiri cukup dekat dengannya. Rupanya ini rasanya setelah sekian lama tidak bertemu dan berdekatan dengan jarak yang sedekat ini. Padahal ini masih beberapa detik sejak pertemuan mereka namun Jimin sudah ingin berlari dan bersembunyi di balik punggung mamanya karena takut Jungkook mendengar debaran jantungnya.

"Ma-mas..."

Seketika kaki Jungkook menjadi lemas. Sudah lama sekali ia tidak mendengar panggilan ini dengan suara semanis itu.

"Jimin... udah siap?" tanya Jungkook yang sebenarnya benar-benar sia-sia karena Jimin saja sudah sangat rapi.

Jimin hanya mengangguk tentu saja tanpa berani melihat netra bening itu.

***

Sebenarnya sebelum mereka pergi, Jungkook yang merekomendasikan tempat yang cocok untuk mereka yaitu di sebuah café rooftop namun sayangnya tempat itu harus tutup lebih awal karena cuaca yang tidak mendukung sehingga mereka harus mengganti tujuan mereka dan berakhir di coffee shop yang bernuansa 90-an ini.

Tidak begitu sepi namun juga tidak mengurangi suasana intim yang ditawarkan oleh tempat ini. Jungkook dan Jimin memilih duduk di dekat jendela yang sedikit berembun dikarenakan di luar sedang turun hujan yang lumayan deras.

Jimin langsung menyesap kopinya sesaat setelah minuman itu dihidangkan, sedangkan Jungkook masih betah memandangi sosok manis di depannya itu.

"Kok nggak diminum?" tanya Jimin yang heran kenapa Jungkook lebih memilih memandanginya daripada segera menikmati menu yang ia pesan.

"Kamu lebih menarik."

Sontak pipi Jimin berubah warna menjadi merah jambu tipis diiringi dengan senyuman yang sedari tadi ia tahan. Sepertinya berada di dekat pria itu setelah semuanya membaik memang susuatu yang membahagiakan.

"Apasih..." Sahut Jimin sehingga membuat Jungkook ikut tersenyum. Melihat respon Jimin, dalam hati Jungkook berdoa akan ada hal baik dipertemuan mereka kali ini.

"Gimana kerjaan kamu?" tanya Jungkook basa-basi karena di mobil tadi mereka berdua benar-benar diam tidak membukan pembicaraan apapun selain bertanya tentang tujuan mereka.

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang