Yakin?

2.7K 304 17
                                    

Naranja Presents

Happy reading

Akhir-akhir ini Jimin jadi sering merenung. Sempat terpikir menarik ucapannya untuk meneruskan perjodohan ini karena sang mama tidak lagi memaksa untuk segera berumah tangga. Bahkan sang mama membebaskan dengan siapa dan kapan ia akan melabuhkan hatinya. Namun sepertinya patah hati untuk yang kedua kalinya ini membuat ia mengabaikan suara hatinya. Ia tidak ingin lagi terlalu mendengarkan hatinya. Mengulang dari awal dengan orang baru yang harus dilalui dengan tanpa status yang jelas akan membuatnya lelah, oleh karena itu ia memutuskan untuk nekat sekalian mengikat janji sehidup semati dengan harapan ia tidak akan dihianati lagi.

"Bang..." panggil Jihoon yang kini tengah berdiri di pintu kamar Jimin.

"Apa?"

"Dari kemaren diem mulu, cerita sini deh." Walaupun Jihoon sering mengibarkan bendera perang pada Jimin tetapi pada dasarnya ia adalah saudara yang baik. Selain mereka berdua sefrekuensi karena perbedaan umur yang tidak terlalu jauh, ia juga mampu menjadi tempat berkeluh kesah yang baik bagi Jimin. Sebagai adik, Jihoon memiliki sikap yang cukup dewasa meskipun sifat manjanya jauh lebih mendominasi.

Jimin menggeleng. "Nggak ada yang harus gue ceritain." Jawabnya singkat.

Jihoon merebahkan dirinya di samping Jimin yang sedang berada di kasurnya. "Bang, lo yakin mau nerusin perjodohan ini?"

Entahlah ia tidak tau jawaban pasti yang benar-benar diinginkannya. Tetapi untuk saat ini biarlah perasaannya mengalah. "Yakin."

"Gue yang nggak yakin."

"Kenapa jadi lo yang nggak yakin, yang mau nikah gue."

"Gue makin sedih liat lo kaya gini."

Jimin menyernyit tidak suka. Ia tidak suka orang lain sok tau tentang dirinya. Padahal sebenarnya ia hanya tidak ingin orang lain tau akan kegelisahannya.

"Gue males debat. Mending lo keluar, gue mau tidur." Usir Jimin pada adiknya padahal belum ada 15 menit pria berkacamata itu masuk ke dalam kamar kakaknya.

***

Pagi-pagi Jimin sudah dikagetkan dengan kedatangan Namjoon dengan beberapa map di tangannya yang tentunya berisi berkas untuk ia kerjakan. "Jimin, minggu depan kita ditugaskan ke kantor Daegu selama seminggu sama Pak Jungkook dan Pak Sunghyun. Ini berkas yang harus kamu selesaikan sebelum kita berangkat. Jangan sampe lupa." Itulah pesan singkat Namjoon sebelum meninggalkan Jimin setelah meletakkan beberapa map yang kini menjadi tanggung jawabnya. Namun bukan itu yang membuat Jimin masih terdiam tetapi kenyataan ia harus berada dalam satu perjalanan bisnis dengan 'mantan kekasihnya' membuat semangatnya luntur.

"Emang nggak ada orang lain selain Mas Jungkook? Kalo nggak ada kenapa juga harus gue?" gerutu pemuda manis itu.

"Gue denger lo sama Jungkook udah putus ya?" Selepas kepergian Namjoon, sebuah suara muncul dari bilik sebelah mejanya.

Tidak mau menanggapi terlalu lama Jimin hanya mengangguk sambil meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Namun suara dari teman satu divisinya itu lagi-lagi terdengar bahkan kali ini laki-laki bernama Donghyuk itu menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Jimin.

"Trus rumor kalau Jungkook selingkuh bener juga nggak?"

Jimin menoleh dengan sekejap. Apa sampai seperti itu rumor yang beredar? Cepat sekali, batin Jimin. "Wah... jadi bener ya?" lanjut Donghyuk sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. "Denger ya Jim, Jungkook emang ganteng jadi ga heran kalo dia selingkuh lagian juga siapa yang ga suka sama dia. Udahlah jangan galau lama-lama, cowo yang mau sama lo masih banyak. Lo tau sekretaris Kim Seojung ga? Katanya dia suka sama lo, coba gih."

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang