Menyerah?

2.8K 271 24
                                    

Naranja Presents

Happy reading


Jimin berjalan menuju kamar mamanya, ia lihat mamanya sedang menonton tv tanpa menyadari kedatangannya. Ia berjalan mengendap-endap lalu ikut berbaring dan memeluk mamanya.

"Ngapain kamu di sini?" tanya mamanya ketus.

Jimin menggeleng, tak lama kemudian terdengar isak tangis yang terhalang punggung mamanya karena poisisinya saat ini sedang mengusakkan wajahnya di sana.

"Kamu nangis?" tanya mamanya.

Makin lama isakan itu makin terdengar kencang. Jimin tidak mampu lagi menahan tangisnya.

"Jimin kamu kenapa?" tanya mamanya yang kini telah membalikkan posisinya menghadap si anak sulung.

"Jimin minta maaf ma. Mungkin ini karma."

Mama Jimin masih tidak mengerti apa yang dimaksud 'karma' oleh Jimin. "Kamu ngomong apa sih?"

"Kemarin aku bohongin mama, aku sama mas Jungkook nggak bener-bener pacaran."

Oh... sekarang mama Jimin paham apa yang dimaksud karma oleh anaknya. Tapi apa yang menjadikan anaknya menjadi sangat sedih seperti ini. Ia ingat terakhir Jimin menangis tersedu-sedu sudah beberapa taun yang lalu, saat ia putus dengan sang mantan.

"Iya, mama tau. Mama dengar sendiri percakapan kamu dengan Jihoon. Lalu apa yang membuat kamu nangis seperti ini?" tanya wanita paruh baya itu sambil mengelus surai lembut anaknya.

"Ternyata aku masih sama, masih Jimin yang dulu. Yang mudah banget terlena sama kata-kata manis. Jimin gagal berubah ma."

Maksudnya apa, mama Jimin makin tidak mengerti maksud anaknya. "Mama makin nggak ngerti, Jim. Jangan nangis dulu, bicara yang bener."

"Mas Jungkook... Dia bilang dia sayang sama Jimin, tapi ternyata dia ada hubungan sama orang lain."

"Bukannya hubungan kalian settingan? kenapa saat dia bilang sayang, kamu anggap serius?"

"Beberapa hari yang lalu, mas Jungkook bilang kalo dia beneran sayang sama aku. Aku sendiri ngerasain nyaman dengan mas Jungkook. Tanpa sadar kehadiran mas Jungkook membuat hatiku terbuka dan aku kira perasaan kita sama, tapi ternyata Cuma aku yang menganggap lebih. Sakit banget, Ma."

Tak tahan melihat anaknya semakin terisak, wanita paruh baya itu segera mendekap erat putra sulungnya. Walaupun sebenarnya ia sedang marah terhadap Jimin karena perilakunya dengan Jungkook beberapa waktu lalu, namun rasa ibanya lebih besar melihat anaknya bersedih.

"Kamu jauhin Jungkook. Jangan berinteraksi apapun dengan dia. Mama nggak mau lihat kamu sedih lagi, nak." Yang namanya hati orang tua, seberapapun anak membuat kesalahan hingga menyakitinya pasti akan segera luluh juga.

Jimin mengangguk di tengah dekapan hangat mamanya. Ia bertekad untuk segera menghapus semua kenangan yang singkat namun berarti bersama Jungkook. Ia tidak mau jatuh terlalu dalam untuk kedua kalinya.

***

Berkas-berkas berserakan di atas meja yang terdapat papan nama dengan tulisan "Jeon Jungkook" di atasnya. Beberapa hari ini ia selalu uring-uringan. Kesalahan sedikit saja yang dilakukan oleh anak buahnya bisa sangat membuatnya marah. ditambah lagi dengan deadline pekerjaannya yang makin dekat. Biasanya ia lancar-lancar saja mengerjakan tugasnya, namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Benar, itu semua karena Jimin.

Pria mungil itu sama sekali tidak bisa dihubungi, sejak Jungkook mengganti smartphonenya yang lama karena tidak sengaja terjatuh hingga layarnya benar-benar retak sehingga tidak bisa digunakan lagi. Setiap kali Jungkook tidak sengaja melihat Jimin di area kantor, lelaki itu lagi-lagi menghindarinya. Bahkan Namjoon yang mengenalkannya pada Jiminpun sama sekali tidak ingin membantunya untuk bertemu.

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang