Naksir siapa?

9.3K 465 9
                                    

Naranja Presents

Happy reading 



"Kalau ke kantor dandan yang lebih rapi sama pakai parfum yang banyak biar banyak yang ngelirik, jangan Cuma seadanya. Mama perhatiin kamu gitu-gitu aja kalo ke kantor."

Inilah nyanyian pagi yang selalu di dengar Jimin dari mulut mamanya. Setiap akan berangkat kerja, Jimin selalu diceramahi tentang penampilannya oleh sang mama. Mamanya beranggapan bahwa penampilan Jimin yang terlalu biasa adalah penyebab hingga sampai saat ini laki-laki berumur 24 tahun itu belum memilki pasangan.

Sementara Jimin yang telah hafal isi ceramah tersebut hanya melengos sambil memasukkan roti bakar ke dalam mulutnya dengan santai. "Jimin udah mandi parfum, Ma. Tenang aja, kuntilanak pasti kalah wangi sama Jimin." sahutnya tak lama setelah menyelesaikan sarapan.

"Kamu selalu aja gitu, mama ini serius loh. Mama ingin lihat kamu segera memperkenalkan pacar kamu ke Mama. Apa kamu nggak bosen sendiri terus? Mama dulu umur 24 aja udah hamil kamu loh." Ujar Mama Jimin sambil membantu Jimin memakai jas.

"Bener Jim, papa juga mau lihat kamu pacaran. Masa kalah sama Jihoon. Dia aja yang masih kuliah pacarnya gonta-ganti." Kali ini Papa Jimin yang baru datang segera ikut nimbrung.

"Pa, kalo udah ada pasti Jimin kenalin kok. Tapi nggak sekarang. Jimin mau fokus kerja dulu. Mama Papa taukan kalau Jimin baru aja diterima di perusahaan yang bagus. Udahlah nanti dulu, 24 itu masih muda tau!" Jawab Jimin sambil memajukan bibirnya yang membuatnya semakin menggemaskan.

"Kalo bisa sekarang, kenapa nggak sekarang aja? Nanti kamu ketuaan nikahnya." Sahut mama Jimin. "Atau kamu mau dijodohin aja?"

What?! Hell o! ketuaan? Gue masih 24 tahun! Dan gue ga mau dijodohin! Batin Jimin sambil menahan emosinya. Akhirnya ia pamit kepada kedua orang tuanya untuk segera berangkat bekerja. Bisa-bisa meja makan di depannya saat ini terbalik jika ia masih terus menanggapi ucapan kedua orang tuanya.

Sesampainya di kantor, mood Jimin semakin buruk akibat meeting dadakan yang diakan oleh timnya. Akibatnya Jimin terkena semprot sang ketua tim dikarenakan pekerjaan Jimin yang belum terselesaikan.

"Jimin-ssi, sebagai anggota baru saya mohon anda bekerja lebih serius lagi. Anda tau kan anda termasuk orang-orang terpilih yang kami rekrut menjadi anggota perusahaan kami. Jadi tolong jangan sia-siakan kesempatan ini." Omel sang ketua kepada Jimin. sedangkan ia yang merasa bersalah hanya diam dan menuduk tidak berani sekalipun memandang atau seniornya itu. "Dan ada apa dengan penampilanmu? Kenapa anda terlihat sangat rapi dan lebih wangi dari biasanya? Apa anda sedang naksir seseorang disini?" kali ini suara lelaki berperawakan tinggi besar itu lebih melunak dan berusaha menahan tawa setelah mengatakan hal itu kepada Jimin.

"Apa?" gumam Jimin yang hanya dapat didengar oleh kedua orang di sampingnya yang ternyata juga sedang menutup mulutnya dengan telapak tangan takut-takut kalau kelepasan tertawa.

"Baiklah, rapat hari ini sampai disini dulu. Silahkan perbaiki dan selesaikan pekerjaan kalian masing-masing. Sampai jumpa pada rapat selanjutnya. Selamat siang."

Semua orang yang ada di ruangan tersebut segera mengemasi berang-barang mereka untuk kembali ke meja masing-masing termasuk Jimin yang sedang mengemasi buku catatan dan iPadnya. Namun, sebelum beranjak ada tangan yang mehanan pergerakannya. Ia sedikit tersentak dan segera menghentikan aktivitasnya.

"Ada apa Namjoon-ssi?" tanya Jimin pada irang tersebut yang ternyata adalah ketua timnya.

"Panggil seperti biasa aja Jim, rapat udah selesai. Santai aja." Ucap Namjoon sambil mengambil tempat di sebelah Jimin. Entah kemana perginya sosok Namjoon yang menyeramkan saat memarahi Jimin tadi, kini hanya tertinggal sosok yang kelihatan sudah sangat akrab dengan Jimin.

"Ada apa bang?" tanya Jimin masih lumayan gugup akibat diomeli oleh seniornya tadi.

"Jangan gugup, aku Cuma mau tanya beneran kamu naksir seseorang disini? Kamu lagi menarik perhatian seseorang?" tanya Namjoon penuh selidik.

Jimin masih terdiam. Bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Namjoon. Memangnya bagaimana dia bisa menyimpulkan kalau Jimin sedang menarik perhatian seseorang?

"Kamu naksir aku ya? Makanya kamu sengaja pake parfum trus dandan ke kantor?" tanya Namjoon lagi.

Jimin hanya melongo. Ia akan membalas ucapan Namjoon namun segera terhenti saat Namjoon dengan cepat melanjutkan ucapannya.

"Jim, kamu tau kan kalo dari waktu kuliah dulu aku udah pacaran sama Seokjin. Bahkan kita udah tunangan loh, masa kamu masih mau naksir pacar orang?" Kali ini Namjoon berbicara sambil memamerkan cincin yang ada di jari manisnya. "Tolong cari yang lain aja ya."

"Bang, siapa juga sih yang suka sama abang?" akhirnya Jimin meledak. "Kalaupun Jimin naksir seseorang disini, pasti bukan abang! Jimin cukup tau diri kalau saingannya seperti bang Seokjin. Jimin bukan apa-apa kalo dibanding bang Seokjin yang gantengnya tumpah-tumpah. Dan asal abang tau, Jimin ga doyan pacar orang."

"Lah terus kamu naksir siapa?" tanya Namjoon lagi saat mengetahui jawaban Jimin diluar dugaannya.

"Kenapa sih? Emangnya dengan Jimin dandan dan pake parfum berarti Jimin lagi menarik perhatian seseorang gitu?" Jimin balik bertanya kepada Namjoon.

"Yaiyalah! Coba sini cerita, kamu suka sama siapa?" cecar Namjoon lagi.

Jimin yang tidak mau menangggapi pertanyaan ngelantur Namjoon segera pergi meninggalkan ruangan tersebut dan meninggalkan Namjoon dengan segala rasa penasarannya dan tak lupa teriakan-teriakan yang terus memanggil namanya.

"Ya gitu kalo orang terlalu pinter, dikit-dikit dijadiin teori. Lagian kenapa gue harus nurutin Mama sih, kan bikin salah paham." Jimin ngedumel sambil membanting buku catatannya saat ia sampai di meja kerjanya. 


-tbc-

NRH

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang