Takut?

2.9K 309 2
                                    

Naranja presents

Happy reading


"Jimin!" panggil Jungkook nyaring saat melihat Jimin sedang berjalan di lorong dekat ruangannya.

Jimin yang merasa dipanggil segera menoleh kearah sumber suara. Ternyata benar, itu suara Jungkook. Ia segera menghampiri orang yang sedang tersenyum lebar itu setelah mengetahui Jimin berjalan cepat kearahnya.

"Ada apa Pak?" tanya Jimin sembari melirik ke sekitar, perasaan gelisah melingkupinya.

Pak? Oh iya, ini di kantor dan sekarang masih jam kerja.

"Mau nyapa aja." Ucap Jungkook sambil membetulkan rambut Jimin yang entah sejak kapan menjadi sedikit berantakan dan entah mengapa rambutnya jadi sering berantakan sendiri.

Jimin yang mendapat perlakuan itu dengan gesit menghindar. Bukan apa-apa, tapi ini di lingkungan kantor. Bagaimana kalau ada yang memergoki mereka berduaan apalagi dengan perlakuan Jungkook barusan? Bisa-bisa mereka curiga dan timbul gosip yang tidak-tidak apalagi mengingat Jungkook merupakan karyawan populer di perusahaannya. Jimin tidak ingin 'hubungannya' dengan Jungkook diketahui banyak orang apalagi dilingkungan ini.

"Eh, maaf Jim. Saya nggak bermaksud-"

"Nggak apa-apa Pak, tapi sebenarnya Jimin takut ada orang di sini." Jimin memotong ucapan Jungkook.

Sedangkan Jungkook mengerutkan keningnya. Memangnya kenapa kalau ada orang di sini? Batin Jungkook.

"Ji... Jimin takut nanti Pak Jungkook digosipkan aneh-aneh kalau ada yang melihat. Jadi Jimin minta tolong sama Pak Jungkook kita biasa saja, seperti kemarin-kemarin." Ujar Jimin pelan seakan mengerti apa yang ada di kepala manusia tampan di depannya itu.

Jungkook mengangguk mengerti. Sejenak ia melupakan fakta bahwa ia dan Jimin memang hanya sebatas rekan kerja yang jarang berinteraksi hampir tidak pernah malah. Pasti akan aneh jika tiba-tiba ada yang melihat keakraban mereka berdua. Ia meminta bantuanmu menjadi pasangan bohongan bukan berarti kau bisa berlaku sesuka hati kepadanya apalagi terlalu mendalami peran sebagai pasangan, begitulah kesimpulan Jungkook untuk dirinya sendiri.

"Sekali lagi saya minta maaf ya, Jimin." Ucap Jungkook penuh penyesalan.

Jimin menggeleng keras. "Jimin yang ti tidak sama Pak Jungkook, Bapak udah baik banget sama Jimin tapi Jimin malah begini."

"Ya sudah, saya kembali ke ruangan saya dulu ya." Pamit Jungkook yang hanya dibalas anggukan oleh Jimin.

Selama perjalanan kembali ke meja kerjanya, Jimin terus mengutuk dirinya sendiri karena berbicara terlalu jujur kepada Jungkook sehingga menimbulkan kecanggungan. Seharusnya ia lebih pelan-pelan lagi memberi pengertian kepada Jungkook agar tidak menunjukkan kedekatan mereka selain di depan kedua orang tuanya nanti. Bukan berati Jimin tidak mau berteman dengannya tetapi hanya saja Jimin cukup tau diri karena dia masih sangat junior dibandingkan dengan Jungkook yang telah bekerja di sana beberapa tahun lebih dulu darinya dengan banyak prestasi yang telah diraihnya. Apa kata seniornya yang lain jika ia ketahuan 'dekat' dengan Jungkook walaupun hanya pertemanan biasa, Jimin masih memiliki banyak ketakutan terlebih lagi ia sangat menghormati Jungkook sebagai seniornya.

Setau Jimin, banyak karyawan di sana yang berusaha mendekati Jungkook dalam arti ingin menjadikan pria itu pasangannya. Tetapi ia tidak pernah mendengar desas-desus lain jika Jungkook balik menyambut mereka. Sepertinya Jungkook benar-benar orang yang tertutup. Entahlah apapun itu, Jimin tidak sepatutnya penasaran dengan kehidupan pribadi sang senior. Ia dan Jungkook hanya menjalankan rencana yang telah mereka sepakati, bukan berarti harus mengetahui hal pribadi masing-masing. Ya... intinya mereka hanya rekan kerja.

Setelah pertemuannya dengan Jimin tadi, Jungkook hanya duduk termenung di ruangannya. Berbagai macam pertanyaan melintas di kepalanya salah satunya adalah kenapa Jimin begitu takut jika akan ada gosip diantara mereka? Memangya kenapa kalau mereka berdua terlihat akrab, bukannya itu yang seharusnya terjadi untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman? Makin berpikir, alis tegas itu makin terlihat menyatu. Jungkook masih tidak mengerti yang salah dimana? Oke, Jungkook bisa menerima jika mungkin Jimin kurang nyaman ketika ia menyentuhnya secara tiba-tiba, tetapi untuk alasan yang dilontarkan pria mungil itu, Jungkook harus mengerahkan kemampuan otaknya untuk berpikir.

"Baiklah Jungkook, mungkin Jimin kurang nyaman sama orang asing. Lo harus tau diri dan nggak sembarangan lagi sama dia. Kalian Cuma orang asing." Loh... bukannya ia harus memastikan kembali kepada Jimin kalau alasan yang ia terima kurang masuk di akalnya, tetapi kenapa sekarang jadi pasrah saja? Entahlah hanya Jungkook yang tau.

Tak disangka-sangka, Jimin dan Jungkook dipertemukan lagi secara tidak sengaja di lobi kantor sore ini. Jungkook yang awalnya tengah mengobrol santai dengan karyawan lainnya tiba-tiba fokusnya teralihkan pada Jimin yang baru saja keluar dari lift dengan beberapa orang lain. Tak berapa lama kemudian pandangan mereka bertemu sesaat sebelum Jungkook yang langsung memutuskannya terlebih dahulu. Jimin yang merasakan aura dingin setelah kejadian itu seketika bulu kuduknya berdiri. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, kenapa Jimin tiba-tiba merasa sangat bersalah lepada Jungkook?

Malam ini Jimin tidak bisa tidur karena terus memikirkan perilaku Jungkook tadi sore. Ia ingin sekali megirim pesan kepada Jungkook tapi lagi-lagi rasa takut mengalahkannya. Benar saja, ia merasa bersalah jadi wajar kalau ketakutan. Selain itu akan sangat canggung apabila tiba-tiba ia mengirim pesan pada Jungkook setelah ia sendiri yang menetapkan 'batas' antara mereka berdua. Terakhir mereka berkirim pesan adalah beberapa hari yang lalu ketika Jungkook mengantarkan Jimin pulang. Itu saja hanya karena Jimin ingin memastikan bahwa orang yang mengantarnya telah sampai di rumah dengan selamat.

"Arrgghhh... Mas Jungkook!" teriak Jimin frustasi sambil menenggelamkan kepalanya kedalam bantalnya.

Tanpa ia sadari, ada seorang yang mengamati gerak-geriknya sambil terkikik sedari tadi. "Anakku lucu banget kalau lagi kasmaran." Siapa lagi kalau bukan target utama sandiwara Jimin, mamanya sendiri.

-tbc-

NRH


yuhuuu..... jangan lupa vote dan komennya yaaaa.... kalau mau sekalian follow juga boleh kok hihihihi makasi banyak

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang