Udahan?

2.5K 267 22
                                    

Naranja Presents

Happy reading


"Kenapa gue masih kepikiran ya?" Jimin kembali mengingat-ingat kejadian ketidak sengajaannya melihat Jungkook dan Narin

"Terserah dong dia mau deket sama siapapun. Toh gue bukan siapa-siapanya Mas Jungkook. Dia cuma partner kerja gue yang kebetulan mau gue minta buat jadi pacar bohongan gue. Masa iya gue baper?"

"Berarti gue ga mungkin terus-terusan minta Mas Jungkook ngejalanin rencana ini."

"Pantes aja kemarin Narin nanyain tentang hubungan gue sama Mas Jungkook. Harusnya gue lebih cepat tanggap dan tau diri." Ia masih melanjutkan monolognya sambil menunjuk-nunjuk layar komputer yang memantulkan bayangnnya. Untung saja ia berbicara dengan lirih sehingga teman-teman yang ada di sebelahnya tidak terlalu mendengar apa yang sedang dibicarakannya dengan dirinya sendiri.

Setelah beberapa menit hanya berkutat dengan pikirannya itu, Jimin rasa ia harus menyegarkan pikirannya agar ia fokus kembali bekerja. Ia berjalan menuju toilet untuk sekedar membasuh wajah manisnya berharap agar pikirannya ikut segar.

Setelah selesai membasuh wajahnya, Jimin masih betah memandangi bayangannya yang terpantul melalui cermin di depannya. Kalau menurutnya ia tidak jelek-jelek amat, tapi kenapa sulit sekali mendapatkan pasangan. Berulang kali ia rapikan penampilannya, barang kali itu yang membuatnya kurang disukai. Mungkin benar, ia harus perlahan membuka hatinya dan berdamai dengan dirinya sendiri untuk segera melupakan luka masa lalunya.

Selama ini Jimin mengatakan alasan terbesarnya tidak memiliki pasangan hingga saat ini adalah karena ia ingin fokus terhadap karirnya, tetapi itu sebenanya hanya alibinya saja. Jauh di dalam hatinya ia masih menyimpan luka akibat hubungan terdahulunya. Luka akibat sang kekasih membagi hatinya untuk yang lain. Benar, masa lalunya berakhir jauh dari kata baik-baik saja sehingga itu yang membuatnya masih setia menjadi 'single fighter' hingga saat ini. Namun, kehadiran Jungkook yang belum lama ini muncul dikehidupannya membuatnya sering merasakan jantung berdetak tidak normal ketika ia bersama dengan lelaki tampan itu. Entah apa itu, Jimin masih belum mau menyimpulkan hanya saja perasaan itu tidak asing baginya. Ia pernah merasakan hal itu ketika ia bersama dengan mantannya. Lalu, apakah ia telah jatuh cinta pada sosok Jungkook yang saat ini sedang menjalin hubungan 'kerja' sebagai pacar pura-puranya? Tetapi ketika mengingat kejadian kemarin, hatinya seperti tercubit. Ia tidak mungkin jatuh cinta pada seseorang yang sudah menjadi milik orang lain karena ia tau sakitnya diduakan. Ia benar-benar kebingungan sekarang.

"Jimin!" Jimin tersadar dari lamunannya ketika seseorang yang baru saja masuk ke dalam toilet memanggil namanya.

"Mas Jungkook." Kenapa ia harus bertemu orang ini lagi di saat-saat seperti ini? Ya mungkin emang jodoh?

"Hari ini kita pulang bareng ya?" Ajak Jungkook pada Jimin to the point.

Lo harus tau diri Jim! Ucap Jimin dalam hati sebelum menjawab pertanyaan Jungkook.

"Maaf mas, hari ini Jimin lembur jadi pulangnya agak telat." Jawab Jimin dengan lembut agar sebisa mungkin Jungkook tidak tersinggung dengan ucapannya.

"Kalau besok gimana?" Jungkook masih kekeh mengajak Jimin pulang bersama.

Jimin masih terdiam. Ia harus memberikan alasan apalagi untuk menolak ajakan Jungkook. "Sepertinya Jimin lebur lagi deh mas, kerjaan masih banyak banyak banget. Lain kali aja ya mas." Yasudahlah, lembur lagi yang ia jadikan alasan. Padahal sebenarnya pekerjaannya bisa selesai malam ini juga. setelah berpamitan ia buru-buru keluar dari toilet meninggalkan Jungkook dengan raut kebingungan di sana.

"Dia marah gara-gara kemarin gue nggak bisa nganterin pulang?" tanya Jungkook pada dirinya sendiri.

"Oke, mulai sekarang gue harus mengurangi interaksi sama Mas Jungkook." Ucap jimin setelah ia sampai di ruangannya. "Tapi rasanya kok berat."

***

"Kayanya gue harus cari pacar beneran deh." Ucap Jimin pada Jihoon yang saat ini sedang rebahan di ranjang sang kakak.

"Iya, udah saatnya. Ga mungkin lo ngandelin bang Jungkook terus. Akan datang saatnya dia memilih seseorang yang benar-benar menjadi rumahnya." Sahut Jihoon.

"... dan saat itu udah datang."

Jihoon bangkit dari rebahannya untuk mendengarkan lebih seksama ucapan kakaknya. "Maksudnya?"

"Mas Jungkook lagi deket sama orang lain dan gue ga enak kalau terus ngejalanin drama pacaran ini."

"Jadi, maksudnya mas Jungkook udah nemu yang bener-bener dia suka?" tanya Jihoon lagi untuk memperjelas kalimat kakaknya.

Jimin mengangguk pelan. "Yang kemarin kita ketemu di deket stasiun."

"Oh yang itu. Pantes Mas Jungkook suka, cantik sih."

Lagi-lagi Jimin mengangguk. "Makanya, gue harus segera udahin hubungan pura-pura sama Mas Jungkook dan segera cari yang bener-bener gue suka, kalau nggak pasti gue bakal dinikahin sama orang yang nggak gue kenal." Ucapnya sambil membayangkan dirinya menikah dengan orang yang tidak dikenal sehingga membuat bulu kuduknya berdiri.

"Drama pacaran? Hubungan pura-pura?" gumam seorang wanita paruh baya dari balik pintu kamar Jimin yang ternyata dari tadi belum tertutup sepenuhnya. 


-tbc-

NRH

jangan lupa vote dan komen yaaa sayang, love u 

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang