Kesempatan kedua?

2.9K 288 18
                                    

Naranja presents

Happy reading


Selama berada di Daegu, Jimin berusaha sebisa mungkin untuk tidak berada pada suatu situasi yang hanya ada ia dan Jungkook. Sebisa mungkin ia akan mengekori Namjoon kemanapun team leadernya itu pergi.

Awalnya Namjoon merasa risih apalagi ketika ia harus mengangkat telpon dari kekasihnya tetapi Jimin terus berada di sampingnya sehingga Seokjin, kekasih Namjoon, hanya bicara seperlunya saja karena ia malu harus bermesraan di depan rekan kerja Namjoon walaupun hanya lewat sambungan telpon.

"Jim... kita tinggal 2 hari lagi di sini, bisa nggak sih jangan ngintilin gue terus? Jalan-jalan kemana gitu loh." akhirnya Namjoon yang sudah geram melontarkan protes pada anak buahnya yang satu ini.

Jimin menggeleng dengan polosnya. "Nanti aku ilang kalo jauh-jauh dari bang Namjoon."

Namjoon berdecih. "Kamu udah 24 tahun loh, punya smartphone lagi. Ada teknologi yang namanya telpon atau video call, ada juga aplikasi canggih di hp kamu namanya Maps. Nah disitu kamu bisa tau lagi ada di mana dan tinggal ketik nama tempat tujuan kamu di kolom searchnya lalu ketemu deh." Ucap Namjoon geregetan.

Jimin hanya tersenyum dan mengangguk saja. "Oh... gitu ya, aku baru tau. Ternyata dunia ini udah canggih. Mungkin aku terlalu lama hidup di goa." Ucapnya lalu terkekeh melihat ekspresi Namjoon yang semakin ingin memakannya hidup-hidup.

"Bodo amat! Pergi sono! Hari ini kita free besok sore baru ada meeting lagi, tolong jangan ganggu gue hari ini."

"Nggak mau, aku janji bakal diem aja kok. Aku nggak akan nguping kalian, aku pake earphone." Ucap Jimin melupakan fakta bahwa ia sama sekali tidak membawa alat itu.

"Gue panggilin Jungkook aja deh. Gue akan minta dia jagain kamu." Ucap Namjoon yang mengundang protes Jimin. Ia segera merebut ponsel pria yang sudah dianggapnya kakak sendiri itu.

"Jangan dong! Abang tau kan, aku ngikutin abang terus supaya kita nggak berduaan." Jimin berterus terang kepada Namjoon alasannya terus mengikuti pria itu.

"Jim... aku tau kalian itu masih sama-sama saling sayang. Apa kamu bener-bener nggak mau kasi Jungkook kesempatan sekali lagi? dia hebat banget loh bisa bikin kamu berani ngebuka hati lagi." Ujar Namjoon pada Jimin yang kini sedang sibuk memilin-milin ujung baju yang ia kenakan.

"Coba kamu pikirin sekali lagi, daripada harus menerima orang baru yang sama sekali belum kamu kenal untuk jadi teman hidup, kenapa nggak memberi kesempatan ke orang yang udah bikin kamu jatuh cinta lagi? setiap orang pasti ngelakuin kesalahan dan itu wajar..."

"Tapi setiap orang nggak punya kewajiban untuk kasi kesempatan kedua kan?" potong Jimin.

Namjoon coba menyelam ke dalam manik yang kini tengah berkaca-kaca itu. "Aku tau mungkin kamu trauma karena dulu kesempatan yang kamu kasi disia-siakan, tapi sekarang beda jim... Jungkook udah menjelaskan semua dan kamu salah paham. Tolong jangan tutup mata sama fakta itu."

Jimin masih terdiam mendengarkan ucapan Namjoon. Ia makin bingung harus bagaimana.

"Kamu pasti sadar dengan kamu sepeti ini, bukan hanya Jungkook yang terluka tapi kamu juga. Tolong buka pikiran kamu... memang semua orang tidak wajib memberi kesempatan kedua, tapi untuk Jungkook... dia berhak dapet kesempatan lagi." Kalimat Namjoon bagaikan cambuk untuk dirinya. Apa benar ia terlalu keras kepala? Apa benar keputusannya ini sebenarnya juga membuatnya terluka?

Tok... tok...

Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Namjoon dan Jimin tidak begitu keras namun jelas. Namjoon segera beranjak untuk membuka pintunya. Terlihat sosok tampan yang mengenakan setelan kasual dengan sneakers sebagai alas kakinya.

Dijodohin? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang