Nilai C

242 10 0
                                    

Suara gelak tawa memenuhi ruang kelas 1A prodi S1 Manajemen. Bukan tawa yang keluar antara Mahasiswa dengan dosennya. Melainkan tawa mahasiswa yang sedang nobar flim komedi lewat layar proyektor. Siapa lagi dalang dari kekacauan ini kalau bukan Jidan. Sebentar lagi kelas akan dimulai, layar proyektor tersebut disiapkan untuk jadwal presentasi bukan untuk acara nonton bersama.

Hari ini jadwal Rara melakukan presentasi tugasnya, wajar saja jika Jidan membuat kekacauan. Rasanya sehari tanpa mengganggu Rara mungkin hidup Jidan akan terasa hampa.

"Guys, nontonnya udahan dulu ya. Lima menit lagi kelas dimulai. Kasian Rara" tutur Lian


Lian. Salah satu lelaki yang berani menentang Jidan. Apalagi jika Jidan bersikap usil terhadap Rara. Gadis cantik yang berhasil merebut hatinya.


"Mana mungkin pak toni datang? Palingan cuma ngasih tugas doang" elak Jidan


Klek

Sosok lelaki berkacamata muncul dari balik pintu. Membuat seisi kelas kocar - kacir mencari tempat duduk. Terkecuali Rara yang dari tadi sudah berada di kursi. Rara memang gadis kutu buku, gadis yang rajin, dan juga tidak banyak tingkah.

"Ops... Sorry. Gue sengaja" ujar Jidan setelah menumpahkan cup coffe diatas makalah Rara


Akibatnya makalah Rara menjadi basah dan tangannya tersiram kopi panas.


Rara hanya memandangi Jidan yang duduk di sebelahnya.


"Apa melotot?! Udah berani?!" bentak Jidan

Rara beranjak dari duduknya. Membawa makalahnya kedepan.

"Kenapa Ra?" tanya Pak Dito

"Maaf Pak, makalah saya basah ketumpahan kopi. Kalau bapak mengizinkan saya minta waktu limabelas menit untuk menyiapkan tugas saya kembali"


"Baiklah, bapak ijinkan. Tapi tidak lebih dari limabelas menit"

"Presentasi berikutnya kamu Jidan. Berhubung Rara sedang memperbaiki tugasnya, kamu dapat kesempatan pertama untuk presentasi" tambah Pak Dito


"Saya pak?!"


"Iya kamu. Jidan Akbar Baihaqi. Memangnya dikelas ini ada Jidan lain? Buruan maju atau saya kosongi nilai kamu"


Percayalah. Karma itu ada. Entah kita mendapatkan balasannya saat itu juga atau nanti dikemudian hari. Seperti Jidan yang mendapatkan karmanya saat itu juga.







____________________________________


"Jidan sakit. Lepasin aku" pintaku

Tadi Pagi, Jidan membuat ulah lagi terhadapku. Dia sengaja menumpahkan cup coffe miliknya ke makalah tugasku. Bukan hanya makalah saja yang kena, namun tanganku juga kena.


"Gara - gara lo, gue dapat nilai C di mata kuliahnya pak Dito"

"Lalu apa hubungannya denganku?" tanyaku

"Jelas ada. Kalau lo nggak keluar kelas tadi, pasti gue masih ada waktu buat ngerjain presentasi" elak Jidan

"Jidan. Kamu yang nyiram makalah aku. Kamu yang membuat aku ijin memperbaiki makalah. Dan kamu juga salah karena ngerjain tugasnya di kelas" jelasku


"JIDANN!!"

Sebuah bogem melayang ke pipi Jidan.


"Lian, kamu apa - apaan sih?!" tegur Dinda

Jidan bangkit dengan ujung bibir yang berdarah.


"Segitunya belain Rara. Raranya aja enggak respect sama lo" ujar Jidan


"Kak jangan!" tahanku saat Kak Lian hendak melayangkan bogem ke arah Jidan untuk kedua kalinya.



"Pantesan ngulang sama adek tingkatnya. Attitudenya nihil sih" ledek Dinda


"Sayang kamu nggak papa? Perlu kita ke rumah sakit?" tanya Dinda

Jidan hanya menggelengkan kepalanya.

Aku tahu bahwa Dinda cinta mati dengan Jidan. Tapi apa Jidan juga sebaliknya? Aku yakin bahwa Dinda adalah satu dari sekian banyak wanita yang termakan rayuan Jidan.

Dua kali aku bertemu Jidan di tempat yang berbeda dengan wanita yang berbeda pula. Keduanya sama - mana bersikap manja terhadap Jidan.

Aku pernah memberitahu Dinda. Tapi Dinda tidak percaya. Ia malah bilang ke Jidan bahwa aku menuduh Jidan selingkuh. Padahal itu bukan tuduhan. Jidan membenarkan hal tersebut sebelum aku di kunci di kamar mandi sampai kelas selesai.


"Kak, kontrol emosi kakak. Aku nggak mau setiap Jidan membuat masalah kakak terlibat di dalamnya"


"Berapa kali sih Ra? Berapa kali aku bilang sama kamu, jangan panggil aku Kak. Panggil aku Lian"

"Iya Lian, maaf"

"Yauda aku antar kamu pulang ya" tawar Lian

"Terimakasih, tapi nggak perlu. Aku takut ngerepotin kamu"


"Nggak papa Ra. Aku antar ya"

"Lian aku nggak suka dipaksa"


_________________________________

Sesampainya di rumah, aku menemukan motor Reta di halaman rumah. Lalu dimana empunya?


"RARAAA" teriak Reta sambil berlari kecil ke arahku


"Aku beliin kamu somay di depan tadi. Nih buat kamu" Reta menyodorkan sebungkus somay padaku

"Pasti ada maunya"

"Kan tadi ada tugas di kelas, kerjain sekarang aja yuk"

"Kerjain sendiri atau aku yang ngerjain?"

"Aaaa Rara" Reta memelukku

"Aku pasti bantuin kamu, Ta"

"Makasih Ra, kamu memang bisa aku andalkan"

Secret WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang