Vote sebelum membaca dan coment setelahnya.
Happy reading cemuah...*********************************
"Sedikit lagi, kamu pasti bisa." Bella tak pernah berhenti memberikan semangat pada sahabatnya, dia terus berada di dekat Alisya sejak mulai kontraksi. Mengelap setiap cucuran keringat dan siaga saat Alisya membutuhkan sesuatu.
"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhh..." Alisya menarik nafas panjang, tangannya menggenggam erat tangan Bella sebagai pegangan saat jabang bayi terus menerus ingin keluar.
Seharusnya tangan tersebut di isi oleh Bryan sebagai pria yang menanamkan benihnya tetapi pada kenyataannya pria itu tidak disana pada detik-detik pertaruhan nyawa.
Dengan satu tarikan nafas akhirnya bayi mungil itu berhasil dilahirkan. Suara tangisannya yang merdu membuat Alisya tersenyum samar sebelum akhirnya pingsan karena kelelahan.
"Kau berhasil," ucap Bella mencium dahi serta memeluknya sebentar.
"Nona Bella, tolong urus bayinya, saya akan membersihkan nona Alisya."
Bella mengangguk, membawa bayi mungil itu ke ruang khusus untuk dibersihkan sedangkan dokter membersihkan sisa persalinannya.
Ditatapnya lekat-lekat bayi yang baru berusia beberapa menit itu. Raut wajahnya sangat tampan dengan hidung mancung dan bola mata berwarna cokelat, sembilan puluh persen wajahnya mirip dengan Bryan.
Selesai membersihkan dari sisa darah dan lainnya, Bella membawa bayi mungil itu untuk diberi asi. Disana Alisya masih tertidur dengan pulas, mungkin efek dari kelelahan karena bayi tersebut mendorong kuat minta untuk keluar.
Tangisannya membuat Alisya membuka mata, dia menatap Bella sedang menggendong bayinya dengan penuh kelembutan.
"Kau sudah bangun? Dia dari tadi minta minum." Bella menyerahkan bayi mungil tersebut untuk di beri asi pertamanya.
Alisya masih saja bersikap dingin, dia tidak menanggapi setiap kata yang keluar dari mulut Bella.
Ditatapnya lekat-lekat bayi yang sedang menikmati minuman pertamanya, wajahnya dominan wajah Bryan. Sial! Alisya mengumpat dalam hati, dia yang mengandung, melahirkan bertaruh nyawa dan dia juga yang memberikan kehidupan pertamanya tetapi saat keluar wajahnya mirip dengan sang ayah. Dunia seakan tidak adil karena tidak ada satu bentuk tubuh yang mirip dengannya.
Alisya tetap bersyukur dengan kemiripan mereka sehingga dia tidak perlu repot-repot menjelaskan padanya kelak siapa ayah biologis putranya itu.
"Selamat ya, dia sangat tampan." ucap Bella mendudukan bokong pada kursi yang tersedia disana.
Alisya tidak menggubris, dia masih tetap fokus menatap wajah putranya.
Dering ponsel membuat Bella menjauh dari ibu dan anak itu, dia menerima telfon dari jarak satu meter.
"Hallo Thom,"
"Bagaimana? Apa nona Alisya sudah melahirkan?" suara Thomas terdengar gusar.
"Sudah."
"Bagaimana keadaan mereka? Bayinya perempuan atau laki-laki?"
"Mereka baik-baik saja, sekarang Alisya sedang menyusui putranya."
"Akhirnya..." Thomas tampak menarik nafas panjang,
"Terima kasih Bella, kau sudah menjaga nona Alisya dengan baik. Sampaikan salamku padanya, mungkin besok atau lusa aku akan datang."
"Ya akan ku sampaikan salammu."
Bella kembali duduk, sebelum menyampaikan pesan dari Thomas dia menatap kedalam netra cokelat Alisya. Dia terlihat bahagia meski dari sorot mata tersebut masih tersimpan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Partner (TAMAT)
Romance#Mature21+ ⚠ WARNING! WARNING! WARNING! ⚠ Tulisan ini mengandung unsur dewasa. 21+ (!!) ⚠ harap bijak dalam memilih bacaan. "Alisya Alexander, aku akan menaklukanmu dengan caraku." Janji Bryan dalam hati. "Kau akan menjerit terpuaskan setelah ak...