Berbeda dengan Bryan, Alisya lebih memilih menundukan kepala ketimbang menatap lurus kedepan. Rasanya ingin menelan kembali ucapannya. Benar-benar bodoh.
Hening, Bryan tak hentinya mengulas senyum. Satu kosong batinnya. Bagi Alisya Lift bergerak sangat lambat, tapi tidak bagi Bryan. Sedetik kemudian lift terbuka.Alisya menghela nafas, akhirnya jantungnya dapat di selamatkan. Keduanya berjalan beriringan menuju ruang kerja. Tatapan-tatapan dari pasang mata tak hentinya memandang sinis keduanya.
"Hari ini kita berangkat ke Bali." Bryan melepas jaznya, menyelipkan pada kepala kursi.
Alisya terdiam sepersekian detik, tubuhnya mematung tetapi sensor sarafnya masih bisa berfungsi. Bagaimana bisa Bryan tidak memberitahu jadwal meeting di bali.
"Siapkan berkasnya, sepuluh menit lagi saya kembali." Alisya mendengar perintah bosnya, tapi pandangannya masih sama, kosong tak berarah.
Suara pintu tertutup, kesadaran Alisya membaik. Ia menepuk pipinya pelan, ini kenyataan buka halusinasi. Sudah lama Alisya ingin mengunjungi kota yang terkenal dengan keindahan pantainya, tetapi kesibukannya menyita banyak waktu hingga lupa tujuannya.
Alisya segera menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawanya ke Bali."Setengah jam lagi kita berangkat." tidak ada suara pintu terbuka, tetapi suara bas itu mampu membuat Alisya berjengkit kaget.
"Berapa lama kita disana?" balas Alisya masih sibuk membuka lembaran kertas.
"Dua atau tiga hari."
Alisya menutup Map, menatap Bryan meminta penjelasan. "Kenapa kau tidak memberitaku sebelumnya?"
"Aku memberitahumu semalam, ingatanmu terlalu buruk."
Alisya ingin memprotes, pertama Bryan mendadak mengajaknya meeting tanpa persiapan, kedua dirinya dikatakan memiliki ingatan buruk. Jika bukan karena keadaan genting, Alisya ingin berdebat tetapi kondisinya sangat mepet dengan jadwal keberangkatan. Alhasil Alisya hanya bisa memaki bosnya dalam hati.
"Untuk perlengkapan kita selama di Bali sudah di urus oleh orang-orangku."
Di urus oleh orang-orangnya? Bagaimana dengan pakaian dalam? Apa orang-orangnya mengetahui ukurannya? Alisya hanya bisa berbicara dalam hati, karena tidak mungkin ia mengutarakan apa yang mengganjal pikiran.
"Apa yang kau pikirkan Baby,"
"No, Nothing." Alisya memutar bola matanya malas.
***
Setengah jam kemudian Bryan dan Alisya berangkat menuju bandara internasional soekarno hatta di temani lima bodyguard dan satu pengawal setia yaitu Andri Baskoro.
pergi tanpa pengawal rasanya kurang aman karena Bryan selalu memprioritaskan keselamatan. Tetapi bagi Alisya itu sangat lebay. Karena dirinya tidak pernah menggunakan jasa pengawal.Satu hal yang tidak pernah Alisya ketahui, Bryan adalah pemilik saham terbesar maskapai berplat RI 1. Hartanya selalu di investasikan agar bertambah setiap harinya, luar biasa pemikiran bisnisnya.
Selama perjalanan jakarta - Bali di habiskan keduanya untuk membahas seputar pekerjaan dan metode-metode yang akan di sampaikan saat meeting nanti.
Bandar udara internasional Ngurah Rai, Bali.
Satu jam mengudara di atas ketinggian 30000 kaki akhirnya pesawat yang di tumpangi mendarat sempurna. Bryan dan Alisya di sambut hangat oleh CEO PT LD Jaya, salah satu mitra kerja William Corp. Rombongan langsung menuju hotel tempat dimana mereka melakukan meeting.
Sepanjang perjalanan Bryan dan Alisya di sugukan dengan pemandangan pantai yang menyejukan mata, pasar pernak-pernik, serta tari kebudayaan yaitu tari kecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Partner (TAMAT)
Romance#Mature21+ ⚠ WARNING! WARNING! WARNING! ⚠ Tulisan ini mengandung unsur dewasa. 21+ (!!) ⚠ harap bijak dalam memilih bacaan. "Alisya Alexander, aku akan menaklukanmu dengan caraku." Janji Bryan dalam hati. "Kau akan menjerit terpuaskan setelah ak...