part 12

75.9K 1.7K 35
                                    

Sepanjang jalan, Alisya uring-uringan memikirkan ucapan ex-atasannya, oh atau sebentar lagi akan menjadi atasannya kembali. Entah sudah berapa kali Alisya meremas rambutnya frustasi. Berada satu negara dengan manusia seperti Bryan membuatnya gila. Bukan karana pesona ketampanan, tetapi sifat dan sikapnya yang penuh kuasa.

Hanya ada dua pilihan, kembali bekerja atau ia akan menikah secara paksa. Di luaran sana masih banyak wanita dengan body sexy, payudara besar, bokong melon dengan kesan sensual yang bisa di ajaknya berkencan. Bukan dirinya yang notaben memiliki body biasa saja. Bahkan model papan atas seperti Vivi saja telah di buang begitu saja. Apalagi dirinya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Vivi. Entah mengapa atasannya itu bersikekeuh meminta dirinya kembali bekerja.

"Hei, What do you think?" Ken berusaha meraih tangan Alisya, namun si empunya tangan langsung menghindar.

Sejak pertama mereka memasuki mobil, Ken melihat ada yang berbeda dengan Alisya. Diamnya Alisya, membuat ia khawatir. Ingin bertanya tapi percuma, memperhatikan dalam diam sepertinya menjadi cara paling ampuh saat ini. Sama seperti hari-hari kemarin, ketika Ken mengeluarkan pertanyaan, Alisya hanya menggeleng. Pertanda semua baik-baik saja.
Alhasil sepanjang perjalanan mereka hanya berteman dengan sunyi.

**

Matahari telah berganti dengan rembulan, panasnya matahari telah di gantikan dengan dinginnya udara malam. Sejak sore hari ketika Ken mengantarnya pulang, tidak ada aktifitas yang dilakukan selain tidur. Tubuh dan otaknya membutuhkan istirahat dari penaknya aktifitas. di depan cermin berukuran sedang Alisya memoles wajahnya dengan alat tempur yang di namakan make up. Rencananya ia akan pergi kesuatu tempat yang dapat membantunya menenangkan fikiran.

Dres hitam tanpa lengan, dengan belahan dada rendah, serta polesan make up sederhana nyaris tak nampak bersolek. Sneakers putih membalut kaki jenjangnya. Tak lupa outer hitam sebagai pelengkap outfit of the day. Ibunya yang masih ada di indonesia membuat Alisya kurang berani untuk memakai pakaian minim. Sebelum pergi, Alisya memutar tubuhnya di depan cermin.

"Perfect."

Biasanya ia akan menemukan Ibunya sedang bersantai di jam-jam segini, pemandangan berbeda itu pun tak ia dapati. Hanya ada assisten rumah tangganya saja yang masih sibuk dengan pekerjaan. Alisya menghela nafasnya pelan, ada rasa lega karena tidak usah memikirkan alasan untuk keluar.

**

Dentuman Musik house yang memekikan telinga dengan ciri khasnya, dance floor yang telah rapat di penuhi oleh muda mudi yang asyik berjingkrak. Di sini lah Alisya sekarang, di club malam ternama di kota ini bernama D'Miracle Club. Seperti biasa sebelum memilih kursi ia akan ke mini bar untuk memesan minuman. Outer yang membalut tubuhnya kini telah di gantikan dengan dres hitam yang menambah kesan sexy.

"Hallo Alisya," salah satu bartender yang sudah sangat di kenalnya terkejut dengan kedatangan pelanggan setianya. Hampir dua minggu Alisya tidak mengunjungi club ini setelah acara mabuk berat yang berujung di tolong oleh Atasannya, Bryan William.

Jika biasanya Alisya rutin mengunjungi club mewah ini, hampir dua pekan Alisya menghilang dan kini kembali lagi. Wajar saja jika bartender itu menanyakannya. Alisya hanya menjawab jika ia sibuk dengan pekerjaannya, dengan begitu tidak ada lagi pertanyaan lain yang membuat otaknya pusing.
Setelah memesan minuman, Alisya memilih menunggu di mini bar. Karena kursi yang biasanya di tempati kini telah di pesan orang.

"Satu meja di sana masih kosong, apa mau ku pesankan?" Bartender itu menunjuk salah satu meja VIP. Sepertinya Alisya tertarik. Karena biasanya meja itu telah di pesan, tidak ada salahnya ia mendudukinya meski hanya seorang diri. Meja VIP dan meja VVIP biasanya telah penuh di tampati mereka-mereka yang membawa pasangan.

Best Partner (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang