Vote sebelum membaca and coment setelahnya.
Happy reading****************************
Sialnya bunyi ponsel itu membuat Bryan menghentikan aktifitas penyatuan mereka. Satu inci lagi dia bisa menjebol gawang pertahanan yang selama ini di jaga oleh wanitanya.
"What the hell! Shit! Fuck!" rentetan makian terus di ucapkan pria itu.
"Angkat saja dulu. Siapa tahu penting." balas Alisya menatap layar di sebrang ranjang.
"Lupakan. Ini yang lebih penting." Bryan melumat kembali bibir itu dibawah sana dia membuat penyatuan, tapi lagi-lagi ponselnya berdering yang membuat Alisya mendorong tubuh berotot itu.
"Biar aku yang mengangkatnya." Alisya jengah mendengar gema dari ponsel, dia meraih selimut untuk menutup tubuh telanjangnya berjalan menuju meja yang terletak tidak jauh dari ranjang.
Alisya mengertikan kening melihat nama seseorang di balik layar ponsel.
Melihat kebingungan wanitanya, Bryan menyusul berjalan mendekat tanpa penutup apapun.
"Siapa?" Alisya menangkap tangan Bryan lalu menyerahkan ponsel itu kedalam genggaman, memberi kode dengan lirikan mata untuk menekan tombol hijau pada layar.
"Mom?"
Bryan terdiam, tidak berniat untuk mengangkatnya. Dia kembali meletakan ponsel di atas nakas lalu mengenggang jemari wanitanya,
"Kita lanjutkan." titahnya meraih pinggang Alisya, lalu menempelkan wajahnya tepat di wajah wanita itu.
Alisya menggeleng, tangannya ia bawa menuju pinggang Bryan. Dia tidak mungkin mengalungkan tangannya pada leher Bryan karena tinggi mereka tidak sejajar.
"Hubungi Ibumu lagi."
"Biarkan saja. aku sudah tidak bisa menahan gairahku." perkataan Bryan yang terdengar vulgar mendapat cubitan keras di pinggangnya tetapi itu tidak berefek sama sekali.
"Telfon lagi! Siapa tahu itu penting. Now!" di akhir kalimat Alisya sedikit menaikan intonasi suara.
"Oke..oke, Mrs. William." Bryan mengecup bibir itu sekilas lalu menuruti perintah wanitanya.
Nomor yang anda tuju sedang sibuk
Suara operator menyelamatkan juniornya. Dia membutuhkan pelepasan sekarang atau akan tersiksa dikemudian hari karena harus menahan juniornya tertidur.
Bryan mengangkat bahunya,
"Kita lanjutkan. Dan kau tidak bisa menolak."Alisya masih terdiam, dia menatap manik cokelat pria di hadapannya ini.
Hatinya berkata Bryan ingin menikahinya hanya karena dia menginginkan tubuh Alisya, setelah dia puas nasibnya akan sama seperti Vivi dibuang setelah mendapatkan apa yang di mau.
Tetapi otaknya mengatakan hal yang berbeda, Alisya dengan jelas menginginkan permainan lebih, bahkan dia menuruti saat Bryan menekuk kedua kakinya sampai perut, itu sebuah bukti jika ia siap untuk melepas sesuatu yang dia jaga selama ini
dia percaya Bryan akan berubah tekannya dalam hati.
"Kau begitu cantik baby," Bryan menyadarkan lamunan tentang sosok dihadapannya, dia kembali membawa tubuh Alisya kedalam dekapan, menata anak rambutnya yang berantakan menutupi wajah.
Lagi-lagi bunyi ponsel itu membuat Bryan dan Alisya sama-sama menatap layar ponsel. Alisya memberi kode agar pria itu segera mengangkat panggilan sebelum terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Partner (TAMAT)
Romance#Mature21+ ⚠ WARNING! WARNING! WARNING! ⚠ Tulisan ini mengandung unsur dewasa. 21+ (!!) ⚠ harap bijak dalam memilih bacaan. "Alisya Alexander, aku akan menaklukanmu dengan caraku." Janji Bryan dalam hati. "Kau akan menjerit terpuaskan setelah ak...