"Bryan! Sekali saja kau tidak menjadikan wanita sebagai pemuas hasratmu!" Maria meradang, benar-benar marah dengan penuturan Bryan yang terbilang vulgar.
Ini adalah kali pertama, Bryan berbicara jujur mengenai wanita di depan kedua orangtuanya.
Bryan termasuk type anak pendiam tidak ingin berbagi kisah pribadinya pada siapa pun termasuk pada kedua orang tuanya.Maria dan Harry juga tidak pernah menanyakan masalah asmara. Karena itu termasuk privasi, namun sayang ketidak pedulian mereka membuat Bryan semakin menjadi dalam bermain dengan jalang-jalang hingga terjerumus menjadi seseorang yang kelebihan hormon sex.
Suasana menjadi hening, Maria, Harry, dan Bryan sama-sama larut dalam fikiran masing-masing. Keadaan menjadi sangat canggung.
"Bryan, ini bukan masalah sepele. Cepat atau lambat Bastian akan mengetahui." Harry adalah orang pertama yang memecah keheningan.
"Aku sudah mengatur semuanya. Kalian tidak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja."
"Tidak! Masalah ini harus segera selesai. Apa rencanamu? Apa kau akan menikahi gadis itu? Lalu menyerahkan kembali dokumen-dokumen penting penting milik dia?"
Bryan meletakan tangannya pada area hidung lalu memijatnya perlahan, menyenderkan tubuhnya pada sofa.
"Ya, tapi tidak sekarang. Aku masih ingin bermain-main."
"Apa katamu? Bermain-main? Astaga Harry! Lihat anakmu. Dia sama sepertimu! Arghhh!" Maria melotot tajam sambil menunjuk ke arah suaminya. Dia kehilangan kesabaran dengan jawaban-jawaban putranya.
"Dadd sudah memuutuskan, kalian berdua akan menikah dalam waktu dekat."
"Dadd,"
"Harry,"
Maria dan Bryan sama-sama memprotes keputusan Harry, ibu dan anak melotot tidak percaya,"Masalah pernikahan dan pesta Dadd yang akan mengurus. Kau dan wanita itu hanya perlu menyiapkan mental."
"Dadd, ini di luar rencanaku. Aku tidak bisa!" Bryan bangun dari posisi semula, dada bidangnya terlihat tegap seperti menentang sang Ayah.
"Jika kau tidak menikahi gadis itu, malam ini juga kembalikan dokumen itu!" seru Harry dengan nada tegas.
"Ini masalahku, jadi please Dadd, jangan mencampurinya." sama seperti Harry, Bryan menekan setiap kalimatnya dengan nada tegas.
"Baiklah jika itu keputusanmu. Tapi jangan libatkan Dadd jika Bastian tahu lebih dulu sebelum rencanamu berhasil!"
Satu langkah sukses membuat Bryan berhenti, ucapan Harry mampu membuatnya membuka mata. Tapi bukan Bryan namanya jika menurut begitu saja.
Tidak ingin berdebat panjang dengan kedua orang tuanya, Bryan memilih menyudahi acara dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya dengan perasaan acuh.
Harry terlihat ngos-ngosan setelah acara pertikaian mereka, dada tegap itu terlihat naik turun. Berkali-kali dia harus memijat kepalanya karena rasa pusing yang menjalar. Setelah bertahun-tahun lamanya, Harry tidak pernah adu mulut dengan sang putra dan kali ini kejadian itu terulang, Bryan sukses membuat kedua orang tuanya marah besar.
***
"Shit! Fuck! Arghhh!" Bryan menginjak pedal gas dan koplingnya sebelum mobil tersebut melaju membelah kota pada malam hari.
Fikirannya kacau, benar-benar kacau. Rencana yang telah tersusun rapi sedikit berantakan karena kedua orang tuanya yang ikut campur mengurus masalahnya.
Satu langkah lagi rencana itu akan berhasil hanya di tambahi sedikit bumbu saja maka akan menjadi sempurna, dan sekarang rencana tetaplah rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Partner (TAMAT)
Romance#Mature21+ ⚠ WARNING! WARNING! WARNING! ⚠ Tulisan ini mengandung unsur dewasa. 21+ (!!) ⚠ harap bijak dalam memilih bacaan. "Alisya Alexander, aku akan menaklukanmu dengan caraku." Janji Bryan dalam hati. "Kau akan menjerit terpuaskan setelah ak...