"Rahasiakan semua dari Bryan, aku percaya padamu." Maria menepuk bahu Andri dengan raut wajah permohonan. Andri mengangguk, mengantarkan nyonya besar sampai di depan lobi, menemani sejenak sebelum sopir datang menjemput.
"Kapan kau mengenalkan kekasihmu, hmm?" Maria sedikit memberi lelucon untuk memecah ketegangan dari wajah pengawal pribadi putranya. Andri hanya tersenyum samar, senyum yang selalu terpancar dari bibir putranya saat Maria meminta mengenalkan kekasihnya.
"Kau ini sama seperti Bryan, aku tunggu kedatanganmu bersama kekasihmu, oke." sedetik kemudiam mobil sport berjenis ferrary berwarna hitam tiba di halaman utama, Andri dapat bernafas lega, beban berat yang di pikulnya lenyap seketika, Andri membukakan pintu untuk sang majikan, memberi salam hormat sebelum mobil melaju membelah jalanan Ibu kota.
Maria kembali mengingat perempuan yang sedang dekat dengan putranya. Rasanya Maria pernah bertemu, tapi entah dimana.
Maria tidak bisa menyelidiki wanita yang sedang dekat dengan Bryan, kota ini terlalu luas, akan banyak wajah dan nama yang sama. Tekadnya sudah bulat, menyelesaikan misi rumit tidak bisa mengandalkan kemampuannya sendiri, Maria membutuhkan tenaga ahli untuk mencari tau wanita yang dimaksud.
"Jo, kau tau detektif di kota ini?" Maria berharap, sopir rumahnya dapat menyimpan rahasia. Joni ragu namun tidak berhak ikut campur urusan majikannya, anggukan kecil mewakili jawaban Maria.
"Antarkan saya kesana,"
"Baik nyonya."
Joni terpaksa memutar arah untuk mendatangi perusahaan yang bekerja pada bidang detektif. Bukan hal yang sulit bagi Joni mencari jasa detektif, pengalamannya mengikuti Bryan sejak sepuluh tahun lalu membuat Joni mengetahui banyak hal, salah satunya tempat akurat yang dapat membantu menyelidiki sesuatu atau seseorang yang di anggap penting.
Mobil telah terparkir rapi di barisan VIP, kaum elit yang bisa meletakan mobilnya pada deretan kelas atas. Maria di sambut dua pengawal berbadan besar, salah satu darinya bertanya tujuannya untuk menemui siapa. Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ini, tidak bisa sembarangan menerima tamu. Arah dan tujuan harus jelas.
Setelah obrolannya selesai, Maria di antar untuk menemui pimpinan kantor.
"Siapa yang harus kami selidiki, Mrs," pria setengah baya yang masih memiliki tubuh bugar nan berotot itu memulai percakapan setelah Maria memasuki ruangan berukuran dua meter.
Maria memperlihatkan foto-foto yang berhasil di potret melalui ponsel pribadinya. Pria itu mengamati dengan seksama, dari segi wajah, identitas serta bentuk tubuh agar tidak salah orang.
"Waktu dua minggu saya rasa cukup untuk mengetahui asal usulnya." Maria mengeluarkan kesepakatan, misinya harus segera terselesaikan sebelum putranya mengetahui tujuannya.
"Baik. Tentu bayarannya juga sesuai dengan batas waktu yang...."
"Tidak masalah," Maria menyambar ucapan pria setengah baya sebelum si pria menyelesaikan ucapannya. "Ini bayaran kalian, jika berhasil saya akan segera mengirimkan ke rekening anda." Maria menyerahkan cek sebagai uang muka, si pria menyetujui.
Perjanjian telah di sepakati keduanya. Maria meminta agar rahasia ini tidak bocor. Jika itu terjadi, Maria tidak ingin namanya terseret.
***
Matahari pagi telah mengusik kedamaian mimpi, tirai yang semula masih tertutup otomatis terbuka saat mentari telah terbit. Alisya merenggangkan otot-ototnya, tidurnya cukup pulas meski bukan berada di kamar pribadi. Pagi ini masih ada rapat penting dengan PT LD Jaya untuk membahas lokasi yang akan di jadikan anak cabang William Corp di Denpasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Partner (TAMAT)
Romance#Mature21+ ⚠ WARNING! WARNING! WARNING! ⚠ Tulisan ini mengandung unsur dewasa. 21+ (!!) ⚠ harap bijak dalam memilih bacaan. "Alisya Alexander, aku akan menaklukanmu dengan caraku." Janji Bryan dalam hati. "Kau akan menjerit terpuaskan setelah ak...