Aku masih ingat hari dimana Aku ngambek dengan Bunda karena sekolah ini. Well... sudah 2 tahun Aku bersekolah disini. Ternyata tak begitu buruk. Semua berjalan cukup baik. Dan banyak hal diluar dugaanku seperti...
PAK!!!
"ALLAHU AKBAR!!" teriak Jihan yang terbangun dan memegang tangannya yang kesakitan.
"Heee... maaf! Aku nggak tahu kamu lagi tidur. Sakit yaa?? Maaf yaa!" kata Nuha dengan wajah paniknya sambil mengusap-usap tangan Jihan.
"Punya tangan jahil banget sih. Kasihan Jihan jadinya kan," bela Arumi yang juga sedang rebahan.
"Heeei! Sadar yaaa. Anda juga biasanya jahil!"
"Debat aja Nuha nih! Tuh si Jihan kesakitan dia malah asyik debat," ujar Bonita.
Walaupun memang terasa sakit dan membuat lengannya memar, Jihan tetap bersikap santai pada temannya itu. Meskipun begitu Nuha terus meminta maaf pada Jihan entah sudah berapa kali. Punya teman kelakuannya sedikit abbusive, okay i forgive that one.
"Loh Zara sama Luna kemana? Perasaan tadi bareng kesini," tanya Arra kepada Bonita dan Nuha.
"Tadi ke kelas dulu ambil minum," jawab Bonita yang kemudian duduk di sebelah Arra dan memakan jajanannya.
Tak lama kemudian dari jauh, Luna dan Zara datang dengan sebuah tas plastik yang sudah pasti berisi makanan titipan teman-temannya. Belum saja keduanya duduk, yang lain pun bergerak dengan cepat bertanya dan mencari titipan masing-masing.
"Weh sabar-sabar! Kasih duduk dulu ini," pinta Zara pada teman-temannya.
"Heeeh!! Ada kucing!!" teriak Bella kegirangan dan membuat teman-temannya terkejut.
Benar saja, dibelakang Luna ada seekor kucing kecil dengan jalan yang sedikit lamban mendekati mereka. Nampaknya kucing itu mengikuti keduanya setelah mencium bau makanan.
"Iiih!!! Gemoy banget! Induknya mana nih?" ujar Alin yang juga kegirangan dan kemudian mengangkat kucing itu.
"Waaah!!! Jadi ngikutin kami dari koridor? Tapi nggak ada lihat induknya," jelas Luna.
"Kalau gitu kita pelihara aja!" saran Vera secara tiba-tiba sambil membuka bungkus makanannya, "nanti kita bisa beli makannya pakai uang kas."
"Di rumahku juga ada susu kucing. Nanti kubawa," tambah Alin.
Firasatku nggak enak, kayaknya kita bakal dimarahin Bu Eva. Tapi kucingnya terlalu imut sih, batin Jihan.
"Kasih namanya siapa ya?" tanya Nuha tiba-tiba.
"Eh, Iya juga! Kita pusing mikirin yang lain padahal namanya aja belum ada," jelas Bella.
"Aku tau! Aku tau! Oreo! Soalnya warnanya hitam putih," seru Arumi tiba-tiba.
"Hahaha mau ngelawak tapi nggak lucu...," ledek Arra diikuti tawa yang lain.
Satu per satu dari mereka mulai menyebutkan berbagai nama. Dari awalnya yang sekadar 1 kalimat sederhana hingga nama yang panjang, nama artis korea dan western, merk makanan dan kosmetik hingga nama toko bangunan. Ditengah diskusi itu mereka juga membahas banyak hal untuk perawatan kucing itu. Tiba-tiba bungkus makanan Vera terlepas dari tangannya dan berhamburan. Dengan cepat kucing itu menghampiri dan menjilat-jilat remahan biskuit di lantai.
"Heh! Heh! Aduh... No no! Cutie no! Padahal belum 5 menit tapi udah dijilatin. Jadi nggak bisa dimakan deh," kata Vera sambil berusaha mengusir anak kucing itu yang terus menjilat lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Подростковая литература[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...