1 bulan setengah berlalu semenjak hari pertama masuk sekolah. Kini hari-hari di sekolah mulai diisi dengan pelajaran, tugas dan ulangan. Jihan melalui semua itu dengan sangat baik dan di kelas ia cukup unggul dibandingkan teman-temannya hingga di sebut 'Si Jenius'. Tak jarang temannya meminta bantuan mengerjakan tugas dan bahkan saat ulangan. Walau Jihan sudah menolak, 'kode' yang diberikan teman-temannya membuat Jihan akhirnya pasrah dengan kelakuan teman-temannya itu.
Sisi positifnya kini ia jauh lebih mengenal temannya. Vera si heboh dan seimbang dalam pelajaran akademis dan non akademis. Alin, social butterfly yang sering menjadi kambing hitam kenakalannya Vera. Helwa, setahun lebih tua dari yang lain dan sifatnya seperti ibu, sering dipanggil Bunda atau Mama. Arra, senang bersih-bersih dan terampil. Bonita atau kadang dipanggil Bobon, gadis keren tapi masih membuat Jihan terkadang takut berbicara dengannya karena sering nyolot. Nuha atau Noa, kenyataan dia termasuk anak yang cerdas tertutupi oleh sikapnya yang ceroboh. Bella, si heboh ke-2, kekanakan dan memiliki pemikiran yang luas walau sering konyol. Zara, kadang diam kadang ribut, pencinta makanan, boros tapi baik hati. Dan Luna, anak yang ramah, sangat pintar, rajin, dan manis.
Ditengah lamunan Jihan, Pak Heri, guru ekonomi sekaligus wali kelas 10 putra yang sedang berdebat dengan Bonita secara tiba-tiba melontarkan pertanyaan pada Jihan. "Jadi Jihan gimana ini menurut kamu?"
Mata Jihan terbelalak setelah ditegur. Badannya menjadi lebih tegak dan matanya melirik ke kanan dan kiri mencari jawaban. Ia tidak memperhatikan apa yang mereka bahas. "Ee saya setuju sama Bonita pak."
"Alasannya?"
Haduh mereka bahas apa tadi. Kenapa giliran aku yang kesusahan nggak ada yang bantuin, batin Jihan.
"Yah Pak sebenarnya secara garis besar apa yang Bonita bilang udah menampung jawaban kami," jawab Arra yang secara tiba-tiba membuka suara.
"Ya kan siapa tau isi kepala kalian beda-beda. Mungkin aja Jihan ngasih saran sebaliknya," ujar Pak Heri yang berbalik badan menjauh dari meja Jihan.
Untung saja, kali ini Jihan selamat. Ia juga sering mengantuk di pelajaran Ekonomi tapi tidak sampai ketahuan. Agak sulit baginya untuk mempelajari Ekonomi karena ia memang kurang tertarik. Ia memijat sekitar matanya dan melirik sebuah kertas yang digeser Luna.
Ngantuk lagi ya?
Anak itu tahu kalau Jihan sangat tidak suka ekonomi. Setiap selesai pelajaran Jihan selalu meminjam buku catatan ekonomi Luna yang selalu lengkap. Ia juga tahu kalau Jihan selalu merasa mengantuk saat jam pelajaran itu tetapi kali ini ia tidak membantunya dan membuat Jihan benar-benar kehilangan fokus.
Pak Heri memegang ponselnya dan berkata, "Karena 2 minggu lagi UTS dan kalian belum ada nilai tugas jadi saya kirimkan tugas-tugas ke email kelas. Kalian kumpulkan sebelum UTS. Selamat menikmati muahaha...."
Semua orang mengeluh tak terkecuali Jihan. "Pak kenapa nggak setelah UTS? Minggu ini banyak banget tugas eh pak," pinta Helwa.
"No no no. Don't ngeluh. Soalnya gampang, cuma banyak ehe. Eh, kebetulan saya mau ngasih info."
Dengan wajah pasrah, Alin berkata, "Bapak butuh berapa follower pak? Saya bantu naikin deh tapi jangan tiban tugas lagi huaa.."
"Jangan suudzon wahai anak muda! Tapi mantap tuh biar laku olshop istri. Tapi saya bukan mau ngasih tugas! Dengarin dulu makanya. Jadi abis UTS bakal ada remidi dan kegiatan OSIS."
"Waw, Aku terkejut,"canda Bella, "Kirain holiday infonya pak." Yang lain pun menyetujui candaan Bella.
Pak Heri menahan kepalanya dengan kedua tangannnya mendengar celoteh muridnya. "Berasa ngeliat kelas putra versi cewek. Wujudnya aja 10 orang tapi pemikirannya sama semua. Heh kalian ya! Siap-siap aja kalian cari 2 orang perwakilan untuk OSIS. Minggu ini udah harus ada. Sampe nggak ada jangan harap kalian bisa libur desember nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Teen Fiction[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...