Teng! Teng!
Lonceng berbunyi dua kali tanda jam pelajaran selanjutnya dimulai. Aku memasuki kelas bersama teman-temanku dan duduk di kursi kami. Lalu guru bahasa indonesia masuk dan memulai kelas. Hari ini kami mempelajari wawancara."Nilai ulangan harian materi ini kalian cukup mengumpulkan tugas. Ibu akan membagi kalian menjadi kelompok beranggota 2 orang, kalian akan diundi kepada siapa kalian akan bertanya. Tugas kalian membuat pertanyaan, bertanya pada narasumber, mencatat dan merekam hasilnya, dan menuliskan dalam bentuk artikel/berita di minggu terakhir."
Anak-anak kelas tampak kesal mendengar pengumuman itu. Lebih baik mengerjakan soal ulangan ketimbang melakukan tugas yang serumit itu.
"Ibuu! Kelompoknya boleh pilih sendiri nggak?" tanya salah seorang anak, "Saya pengen sama Luna!"
"Heeeh! Aku udah booking Luna duluan," ujar teman sebangku disampingku.
Tiba-tiba suasana kelas menjadi ramai hanya untuk berkelompok denganku. Bu guru pun menepuk meja beberapa kali untuk menenangkan kami.
"Karena ini untuk nilai ulangan, kelompoknya saya yang pilihkan."
Lagi-lagi anak-anak kelas kesal karena tak bisa membuat kelompok sesuai keinginan mereka. Nampaknya hanya Aku yang setuju dengan cara Bu guru. Ini memudahkanku agar tidak kebingungan memilih teman sekelompok.
Undian pun dibuat bu guru berdasarkan absen. Tak membutuhkan waktu lama bu guru membacakan satu per satu nama kami.
"Kelompok 15 Lulu Annisa Calista dan Hannah Safitri."
Untuk ketiga kalinya, anak-anak kelas pun mengeluh karena nama mereka tak dipanggil untuk satu kelompok denganku. Aku pun maju bersama dengan Hannah untuk mengetahui narasumber kami. Setelah maju kedepan Aku mengambil undian dan membukanya. Narasumber kami adalah seorang nelayan.
"Wah... mereka dapat yang susah," ujar salah seorang murid laki-laki.
"Tapi Hannah kan satu kelompok sama Luna pasti nilainya tetap paling tinggi," ujar seorang murid perempuan yang duduk di depanku.
Semua murid pun menyetujui ucapan perempuan itu. Sementara itu Aku melihat kearah Hannah yang hanya terdiam. Bu guru pun menenangkan kondisi kelas dan mempersilahkan kami duduk.
🌻🌻🌻
Teng! Teng! Teng!
Lonceng berbunyi tiga kali menandakan waktu pembelajaran hari ini telah berakhir. Aku keluar dari kelas bersama teman-temanku. Sesampainya kami di gerbang sekolah Aku melihat Hannah yang berjalan pulang seorang diri. Dengan cepat Aku berpamitan dengan teman-temanku dan mengejar Hannah."Hannah!" panggilku sambil berlari.
Hannah pun menghentikan langkahnya. Ia menengok ke belakang tanpa berbicara. Setelah berhasil mengejarnya, Aku mengatur nafasku terlebih dahulu.
"Hannah, kapan kita mau buat tugasnya!? Kita buat pertanyaannya dulu sendiri atau bersama?" tanyaku antusias.
"Terserah," jawabnya singkat.
Aku pun terdiam sejenak mendengar jawabannya. "Ey jangan gitu dong! Gimana kalau buat pertanyaannya di rumahku? Kamu mau nggak ke rumahku hari ini?"
"Nggak," jawabnya.
"Di rumahmu deh, gimana? Aku bisa ke rumahmu! Kurang dari sejam pasti selesai," ucapku tak mau menyerah.
"Nggak bisa dan nggak mau," jawabnya dan pergi meninggalkanku.
Aku hanya terbengong melihat anak itu berjalan pergi. Sementara itu teman-temanku menghampiriku dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Fiksi Remaja[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...