9# Arti Aku Bagimu

6 4 0
                                    

Hah!? Apa dia bilang? Dia siapa? Bagaimana dia bisa sok tahu begitu? pikir Jihan.

"Jangan main kotor," lanjutnya. "Dari gelagatmu kamu jelas bukan siapa-siapanya. Aku benar kan?"

Aku bersumpah Aku nggak ada niat jahat. Dia berkata seperti itu tapi tak melihat apa yang dilakukannya sekarang.

"Kamu tau, ada peraturan dalam permainan catur segala hal yang mengganggu fokus pemain itu dilarang, terutama berbicara," kata Jihan sambil tetap fokus bermain.

Nadin hanya menatap Jihan dan melanjutkan permainan. Semua berjalan baik hingga secara tiba-tiba Jihan berhasil membuat Nadin kehabisan akal dan berakhir kekalahan.

"Pemenang lomba catur dari SMA Islam Bakti Nusa, Jihan dan Izzan!" ucap Juri.

Setelah selesai perlombaan, Izzan menghampiri Jihan. "Kukira kamu bakal kalah! Lawanmu lebih hebat dari kamu tuh kelihatannya," ujarnya.

"Ya, kuakui dia memang hebat, bahkan daripada kamu. Tapi thanks ya strateginya, ternyata ada gunanya juga main bareng kamu!" ungkap Jihan tanpa melirik anak itu sedikit pun.

"Hee... jadi gitu. Kayaknya itu nggak berlaku sama lawanku. Lumayan mutar otak."

"Ya, mereka nggak bisa dianggap remeh. Hmm mereka lumayan unik," ungkapnya lalu menatap kearah Nadin.

Disaat itu juga, Nadin dengan temannya Rida menatap Jihan dari jauh. Jihan tidak peduli dengan tatapan dan omongan anak itu. Kenyataan ia bisa mengalahkan anak itu berhasil membungkam mulut dan lagaknya.

Dari kursi penonton, Luna datang menghampiri Jihan. "Waah... selamat ya Jihan! Maaf ya cuma Aku yang nonton. Aku udah coba ajak yang lain tapi mereka asyik nontonin bultang."

"Nggak apa Lun. Santai aja. Disini kan nggak boleh ribut juga dan pasti kalian bakal ngantuk hahaha..."

Luna terdiam melihat Jihan dan bertanya, "Semuanya lancar aja kan?"

"Apa? Ya... tentu saja. Aku... menang," jawab Jihan sedikit bingung. "Ah, ayo keluar! Aku pengen lihat bulu tangkis!"

Mendengar jawaban Jihan, Luna tersenyum tipis sambil mengangguk. Jihan dengan cepat mengajak temannya itu keluar. Sesampainya di lapangan, saat ini masih berlangsung pertandingan ganda putra babak kedua yang diwakilkan oleh Reza dan Fikri. Antara poin mereka dengan lawan sangat tipis sekali. Hingga akhirnya mereka dan tim lawan harus bersaing untuk merebut poin terakhir. Disaat itu tim lawan terus menyerang mereka habis-habisan. Baik penonton putri dan putra sama-sama dibuat histeris dan heboh dengan teriakan dari berbagai arah. Setelah beberapa kali menerima serangan ganas dari lawan, kaki Reza terlihat seperti keseleo namun berusaha untuk tetap bergerak. Tak diduga, tim lawan melakukan smash dan mereka harus menangkisnya.

Semua orang berteriak dan tanpa sadar Jihan pun ikut berteriak, "REZAAA BERTAHAAAN!"

Tak!!
Reza berhasil memukul dan bola pun terjatuh di area lawan. Anak itu membaringkan tubuhnya dengan bahagia ke tanah lapangan lalu tak lama kemudian teman-teman sekelasnya mendatangi dan mengangkatnya ke udara layaknya kejuaraan-kejuaraan di televisi. Jihan dan teman-temannya berteriak dengan bahagia.

Tanpa sadar lagi Jihan memeluk Luna disampingnya sambil berkata dengan amat bahagia, "Waaah tadi itu gila banget! Aku bahkan sampai lupa berkedip!"

Luna yang melihat temannya yang sedang sangat bahagia, hanya bisa membalas pelukan Jihan dan ikut kegirangan sambil tertawa.

Beberapa hari setelah turnamen, mereka melaksanakan ujian akhir semester. Jihan bisa melaluinya dengan baik, kecuali untuk mata pelajaran Ekonomi yang tetap saja sulit baginya. Untungnya soal dalam bentuk pilihan ganda sehingga jika tak tahu jawabannya, ia bisa memilih salah satunya. Lalu minggu berikutnya ada remedial selama 5 hari. Untungnya lagi, nilai semua mata pelajarannya aman sehingga Jihan hanya menghabiskan waktunya bersantai di sekolah. Walaupun begitu ada beberapa dari mereka yang meminta bantuan Jihan untuk mengerjakan tugas perbaikan. Dan di hari sabtunya pembagian raport semester yang menandakan liburan telah tiba.

Eternal Memories [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang