Sudah hari kedua pengenalan sekolah tapi Jihan belum mengenal temannya cukup banyak dan masih kaku untuk bergaul dengan mereka. Selain itu, mereka benar-benar seharian berada di Aula hanya mendengarkan penjelasan dari setiap materi. Istirahat hanya untuk makan dan sholat lalu melanjutkan kegiatan. Hari ini mereka mendapat waktu yang lebih lenggang untuk beristirahat.
"Icip guys! Ibuku buatnya banyak nih. Kalo bisa abisin aja sekalian," kata Bella menyodorkan kotak bekalnya pada teman-temannya.
"Wih enak nih! Ayo abisin," timpal Vera yang langsung menyantap bekal Bella.
"Ih gatau diri, berasa yang punya bekal aja lu!" ledek Alin yang berada di sampingnya.
Keadaan di kelas itu masih agak sedikit kaku. Karena sebenarnya mereka belum kenalan lebih banyak antara satu sama lain. Walaupun sudah ada beberapa anak yang mulai terlihat watak aslinya seperti Alin, Vera, Helwa, Arra, dan Bella. Sisanya hanya menimpali pertanyaan sederhana atau ikut nimbrung obrolan seadanya. Sebaliknya, kelas putra terlihat lebih seperti layaknya teman lama.
"Oh ya, Bonita sama Helwa dulu satu sekolah ya? Kok tapi nggak begitu akrab kulihat?" tanya Arra pada Bonita. "Biasanya yang dati satu sekolah sama itu malah yang dekat."
"Oh itu.. soalnya kita nggak pernah sekelas. Tapi Aku tahu dia sih. Dia lumayan terkenal," tutur Bonita.
Semua mata kini tertuju pada Helwa. Tak perlu dipertanyakan ketika orang melihat Helwa bagaimana ia bisa menjafi terkenal. Tubuhnya yang tinggi dan ideal, kulitnya yang cerah dan bersih, ditambah sikapnya yang sopan dan lembut.
"Bukannya kamu juga terkenal? Kurasa malah kau yang lebih terkenal dari Aku karena berteman dengan selebgram," sambung Helwa.
"WAAAW," sontak kagum anak-anak kelas dan beralih pandang pada Bonita lagi.
Bonita justru menutup wajahnya sambil bergumam, "Aku malah merasa malu sekarang karena setelah kulihat lagi entah kenapa jadi terlihat alay dengannya."
"Harga dirimu pasti saat ini sedang menangis," timpal Nuha yang di sampingnya.
"Hei kau! Si dalaman pink!" panggil Vera. "Kamu kenapa kemaren ninggalin dalaman celana panjangmu di kamar mandi pas pulang?"
Tangannya menutup wajah untuk menutupi rasa malunya. "Kebiasaan di negeri pakai short. Pas selesai, Aku langsung keluar gitu aja karena ngerasa udah pakai," bebernya dengan wajah yang tak dapat menahan tawa.
Mereka yang mendengarnya ikut tertawa sambil membayangkan kejadiannya. "Untung aja Vera jadi ke toilet. Kalau nggak, kamu pulang nggak pakai dalaman terus nggak tau deh kalau ke tiup angin," ujar Arra penuh tawa.
"Oh iya, Jihan kemaren pulang terakhirkan?" tanya Bella tiba-tiba.
"Iya. Ibuku lupa kalau Aku pulang tengah hari. Sekitar jam 2 baru pulang dijemput kakakku," terang Jihan sambil menyantap sarapannya.
"Wah kamu nunggu selama itu!? Jam segitu sih Aku ketiduran," ungkap Alin. "Rumahmu dimana?"
"Di komplek Hulutani. Lumayan nggak jauh," jawab Jihan.
"Oh! Kau bisa pergi dan pulang bersamaku naik motor. Aku di komplek Keremangi," ajak Luna dengan senyum manisnya.
"Mending ikut Luna. Daripada harus nunggu, apalagi kalau Ibumu lupa," ujar Helwa pada Jihan.
Jihan hanya terdiam. Namun tatapan Luna yang masih menunggu jawaban darinya sangat mengganggunya hingga akhirnya ia mengangguk-anggukan kepalanya. Setelah itu Luna tersenyum dan melanjutkan makannya. Huft... mau tidak mau, batin Jihan.
Keadaan kelas menjadi hening kembali. Hanya beberapa anak yang saling berbicara. Ini hari kedua mereka namun tampaknya beberapa anak masih belum terlihat akrab dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Teen Fiction[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...