21# Best Ever Trip : Love

4 1 0
                                    

Kratak...

"Dengar nggak suaranya?" teriak Nuha pada teman-temannya.

"Bentar lagi patah tuh," celetuk Arra.

"Badanku pegel banget. Asli! Habis main seharian kemaren."

Tour Guide yang mendengar perkataan Nuha pun mendekatinya. "Capek banget ya? Gimana kalau kita dengerin lagu aja?"

"Kak dengerin lagunya Zara yang itu... apa judulnya Zar..." pinta Bonita tiba-tiba.

"Aseeek! Penyanyi andalan kita," celetuk Pak Royan yang mendengar obrolan mereka. "Bapak request lagu jj ya Zar."

"Ini bisa via bluetooth kan? Saya putar ya!" teriak Zaki yang duduk di deretan belakang.

Tiba-tiba suara radio yang sedari tadi menemani mereka pun mati. Setelah terhubung dengan ponsel Zaki, tak lama kemudian terdengar suara keluar dari sound system.

"Lingsir wengi..."

"WAAAAAA," teriak siswa perempuan di bis sambil menutup telinga. "ZAKI MATIIN!!!" teriak Luna dan Bonita yang ketakutan secara bersamaan.

Fikri yang berada di sampingnya segera mematikan. "Bikin gaduh aja. Daripada lagunya, teriakan mereka lebih ngeri! Tuhkan Ilham ikutan ketakutan," ujarnya sambil meledek temannya yang juga ketakutan.

"Parah lu! Perlu di lakban kayaknya lo, usil bener!" kesal Ilham. "Mobil sebelah sampai kaget coba."

Setelah lebih kondusif, Zara mencoba mengutak-atik daftar putar di ponselnya. "Oh... Kalau lagu yang biasa kunyanyiin yang ini nih!" seru Zara sambil menekan tombol play di ponselnya.

Perjalanan dalam bus seketika lebih tenang ketika lagu diputar. Jihan yang tak mengetahui lagunya mendengarkan secara seksama sambil menikmati pemandangan.

And I Know it's long gone,
And there was nothing else I could do
I forget about you long enough to forget why i needed to
(Taylor swift - All Too Well)

Seketika dirinya terhanyut ke dalam lagu itu. Kini ia teringat 1,5 bulan lalu kembali. Ketika untuk pertama kalinya dirinya patah hati. Dibanding memikirkan status perasaannya saat itu, ia lebih memilih untuk membahagiakan dirinya. Seolah lari dari perasaannya yang sedang krisis. Bahkan hingga saat ini ia tak tahu sebenarnya apa ia masih memendam rasa pada anak itu setelah mengetahui kenyataannya.

Sejujurnya seperti ini saja tidak apa-apa kan?

Matanya melirik Luna yang tertidur dan melewatkan pemandangan indah yang terbentang luas di kanan-kiri jalan. Yang lain juga nampaknya sangat lelah hingga tertidur. Terdapat sebuah cermin besar di depan pengemudi yang dapat melihat penumpang di belakang. Dari pantulan cermin itu, Jihan dapat melihat Reza duduk di kursi paling belakang bagian tengah diantara temannya yang tertidur. Ia tengah memperhatikan pemandangan dengan headset di telinganya.

Jihan menggelengkan kepalanya. Bahkan jika aku mencoba menghindar, sosok dia dan pertanyaan itu akan selalu menemuiku. Perasaan yang kuputuskan menentukan pandanganku kepadanya untuk seterusnya. Kenapa sangat sulit...

30 menit kemudian, mereka sampai di sebuah wahana alam Northern Riverside. Seketika, mereka semua terbangun dan turun. Mata mereka dimanjakan oleh pemandangan yang indah.

"Jangan sampai ada yang ketinggalan barangnya ya, biar nggak balik ke Bus," pesan Pak Royan. Namun para siswa terlihat sibuk sendiri. "Nggak didengar lagi..."

Kegiatan pertama sesampai disana adalah bermain paintball. Jihan dan kawan-kawannya bersiap-siap dan mengganti baju mereka. Setelah kembali, Bu Eva menahan mereka.

Eternal Memories [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang