31# Last Chance

2 2 0
                                    

Hari ini tanggal 4 Januari dan jika dihitung dari hari efektifnya, maka tepat sebulan sudah Jihan mengikuti bimbingan belajar. Memang baru awal tahun tetapi ujian nasional dan ujian tulis PTN semakin dekat. Hari ini ia dijadwalkan untuk konsul pertamanya semenjak masuk ke bimbingan itu. Jihan memasuki ruang konsul dan duduk berhadapan dengan konsultan. Tepat didepannya ada kertas rekap nilai belajarnya saat di sekolah dan di bimbingan, serta kuisioner yang diisinya ketika pertama kali masuk.

"Jadi langsung saja. Nilai kamu di sekolah terbilang tinggi walau di semester 3-4 agak sedikit turun tapi terbilang aman. Selama bimbingan sebulan kamu juga cukup baik dalam kerjakan soal walau kayaknya kamu masih terkejut dengan tipe soal ujian tulis PTN. Tapi saya yakin kamu akan terbiasa nantinya. Menurut kamu gimana?"

"Sejujurnya Saya agak bingung ketika simulasi ujian tulis itu. Karena soal yang saya pelajari di buku yang Saya beli di toko buku, tidak seperti soal disini. Sepertinya Saya paham kenapa teman Saya semester ini nilainya naik cukup signifikan di matpel yang kurang disukainya," tutur Jihan.

"Walaupun begitu kamu nggak terlambat kok. Dari kuisioner, kamu orang yang cepat dalam memahami. Seperti yang saya bilang tadi. Tapi... kalau kita coba cocokkan semua ini dengan pilihan jurusan dan universitas yang kamu tulis, saya harap kamu bisa lebih cepat. Kalau dari nilai sekolahmu, kemungkinan masih bisa masuk jika lewat jalur undangan. Tapi jika ditinjau lebih lanjut, saya rasa kamu bisa terlempar karena latar belakang sekolahmu yang terbilang baru dan prestasimu."

"Jadi maksudnya... apa saya masih ada kesempatan untuk lolos? Apa ada caranya?"

"Registrasi jalur undangan ditutup pertengahan bulan Februari, masih ada waktu untuk ikut lomba yang diadakan bulan ini atau awal Februari. Dan kalau kamu bisa kasih nilai lebih tinggi 2 kali lipat di simulasi akhir bulan ini, kamu nggak perlu konsul dan cukup tingkatkan itu. Sebaliknya kalau nggak ada perkembangan atau tidak sesuai harapan Saya, mau tidak mau kita harus atur lagi tujuanmu atau kamu nggak lolos sama sekali."

Glek!
Itu amanat terberat yang pernah ia terima. Bimbingan itu cukup terpercaya soal prediksi kelulusan dan semua terlihat jelas jika dilihat dari siapa yang mendorong para murid itu.

Jihan keluar dari ruangan dan duduk di kursi lobi. Sembari menunggu Luna yang konsul juga di ruang yang berbeda, Jihan mencoba mencari informasi di ponselnya. Sebenarnya masih ada universitas dengan jurusan Arsitektur yang bagus. Tapi Aku belum mau menyerah sekarang. Tak apa! Saat ini Aku hanya perlu sedikit usaha lagi. Tak perlu bingung pada rencana lainnya. Pikirkan yang saat ini dulu.

"Jihan, bagaimana konsulmu?" tanya Luna yang telah selesai lalu duduk di sampingnya.

"Emm... lagi di ambang jurang, sepertinya. Kau?"

"Huft... Aku belum menyerah. Tapi pergerakanku untuk lolos kedokteran sulit. Mereka menyuruhku untuk ambil kedokteran disini saja, kalau diluar Aku nggak akan bisa lolos. Kecuali jalur undangan."

Jalur undangan adalah kunci emas untuk menyelamatkan impian keduanya. Tapi kunci itu terbatas dan sulit di dapat. Jika Jihan mendapatkannya, Luna harus menyerah. Begitupun sebaliknya. Sebut saja ini adalah perang tersembunyi diantara keduanya dan juga teman-temannya yang lain.

~~~

Teet... Teet...
Pembelajaran fisika usai dan saatnya istirahat. Vera, Helwa dan Alin keluar lebih dulu meninggalkan 3 temannya yang masih mencatat.

Arumi yang sudah selesai dan berdiri dari kursinya bertanya, "Kalian nggak mau istirahat?"

"Kami ada urusan. Kalau mau duluan saja," jawab Luna sambil membereskan bukunya.

Eternal Memories [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang