11# I Wish

6 3 0
                                    

Hari ini secara mendadak Pak Royan mengumpulkan pengurus inti. Itu berarti ada hal penting.

"Jadi ada undangan dari OSIS MA Nurul Ilmi untuk mengadakan rapat besar dengan beberapa OSIS sekolah islam termasuk kita. Jadi sudah pasti saya menunjuk Izzan untuk pergi."

"Hanya ketua pak?" tanya Reza.

"Nah itu. Aku tanya kemarin, bilangnya sih yang penting ada ketua dan wakil. Tapi kalau mau bawa beberapa anggota juga bisa nanti di data aja," jawab Izzan.

"Tapi nggak mungkin Luna siswa putri sendiri diantara saya dan Izzan, apalagi keluar kota. Setelah dipertimbangkan, Jihan juga ikut," lanjut Pak Royan.

"Alhamdulillah... kirain Saya bakal sendirian," ujar Luna lega.

"Ih Pak! Saya nggak? Terus kenapa Saya ikutan dipanggil kesini kalau nggak diajak?" keluh Reza tak terima.

"Andaikan anggaran turun bagaikan hujan,"ujar Pak Royan pasrah diikuti Jihan dan Luna yang ikut mendoakan harapan gurunya itu.

"Oh iya pak, kita kesananya sendiri-sendiri atau barengan ya pak?" tanya Luna.

Pak Royan terdiam sejenak. Lalu dengan senyum tipisnya ia menjawab, "pergi bareng dong. Tapi masalahnya Saya nggak punya mobil nih jadi mungkin Saya bakal pinjam mobil guru lain. Semoga ajaa ada yang kosong deh."

"Nah yaudah pakai mobil Saya aja pak. Lagian itu mobil bakal terus di garasi sampai Saya dapat SIM," seru Reza penuh semangat.

"Pancing terus sampai dapat," timpal Izzan.

"Waduh sebagai guru Saya jadi nggak enak. Tapi yaa... karena Reza ingin ikut dan mau meminjamkan mobilnya, kasih deh," ujar Pak Royan dengan akting pasrahnya, "emang paling gampang narik ni bocah."

Izzan, Luna dan Jihan tertawa. "Selamat Reza, akhirnya bolos juga!" ledek Izzan.

"Yaa kapan lagi bolosnya sampai keluar kota," tambah Jihan sambil menahan tawa.

Reza melihat kearah Jihan dan tertawa. "Nah betul tuh! Kalau lomba, kita tetap disuruh balik belajar ke sekolah pas selesai dan nggak boleh pulang. Kalau ini nggak mungkin langsung pulang, yakan pak?" ujarnya dengan tawa licik.

"Iya tapi khusus kamu dapat kelas tambahan," canda Pak Royan membuat yang lain tertawa.

  
Jadwal rapat bersama dilakukan di hari Sabtu. Karena Rapat diadakan di MA Nurul Ilmi yang berada diluar kota dan jaraknya lumayan jauh dengan mobil, Pak Royan memilih untuk pergi di hari Jum'at sehingga mereka harus menginap. Tepat jam 2 setelah semua berkumpul di sekolah, mereka pun pergi dengan mobil milik Reza.

Ditengah perjalanan yang tenang tiba-tiba Luna menepuk Jihan dan berbisik, "Jihan pasti seneng?"

Jihan menoleh kebingungan dengan maksud perkataan temannya. Ia mengangkat bahunya dengan dahi mengernyit.

Mata Luna mengintip kearah tiga orang di bagian depan yang asyik mengobrol lalu berbisik lagi, "Keluar kota bareng Re-za."

Tangan Jihan secara reflek menutup mulut Luna dengan kuat dan berkata, "be-ri-sik!"

Luna yang berhasil melepas tangan Jihan pun kembali menggodanya. Dengan telunjuknya ia mencoba menarik sudut bibir Jihan dan membuatnya tampak seperti tersenyum. Namun Jihan memberontak dengan melihat kearah sebaliknya yang membuatnya tak sengaja mengenai dahinya pada kaca mobil. Sontak saja yang lain pun menengok ke belakang.

"Eh ada apa tuh? Jihan mabuk? Baru jalan nih?" tanya Pak Royan yang menyetir.

"Dilema anak rumahan," timpal Reza yang duduk disamping Pak Royan.

Eternal Memories [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang