Cekrek cekrek cekrek
Bella mengambil beberapa foto teman-temannya dengan antusias. Tiap kali Bella melihat hasilnya, yang lain mendatangi dan ikut melihat.
"Ih Aku jelek banget ya ternyata," ungkap Nuha.
Mereka tertawa dan meledeknya sementara Bella mengutak-atik kameranya dengan serius. Lalu mengambil foto Jihan dan Luna yang sedang duduk di tangga saung sambil tertawa. Jihan yang menyadari itu terkejut dan langsung memanggil Bella.
"Bagus kok bagus!" ujarnya menghampiri Jihan sambil memperlihatkan hasil fotonya.
Hasil fotonya tampak alami dan keren. Hanya dari foto itu saja Jihan dapat merasakan kehangatannya. Bella memang pandai dalam mengambil foto.
"Nanti kukirim digrup sama foto-foto yang lainnya," katanya lalu kembali mengutak-atik kameranya.
Teman-teman yang lain ikut duduk bersama ketiganya di pagi yang cerah itu. Pemandangan lapangan bola yang hijau dengan anak kelas 12 putra sedang bermain sepak bola. Suasana yang penuh riang dan kedamaian tanpa beban itu akan terkenang di benak Jihan. Lalu dari jauh terlihat Madam Evelyn menghampiri mereka.
"Hi girls! Gabut ya? Madam juga. Btw masih ada ujian tulis jangan santai dulu yaa," kata Madam Evelyn sembari duduk di dekat Jihan.
"Aduh diingatin lagi. Ujian sekolah aja mabuk rasanya. Gimana Ujian Tulis," resah Alin yang menjedotkan kepalanya pada pundak Helwa.
"Dont give up! Kalian jangan mau kalah sama Faisal dan Izzan dong," ujar Madam Evelyn.
"Mereka lolos Madam?" tanya Bella dengan mata membesar.
Wanita itu tersenyum. "Alhamdulillah they did it," jelasnya.
Mereka terkejut dan kagum. Jika benar begitu, berarti Faisal benar-benar lolos ke STT yang bergengsi itu. Jihan sangat iri pada Faisal yang telah mendahuluinya.
"Tapi kalau kita bisa ngerjain ujian tulis dan lolos, kita bakal lebih hebat daripada mereka. Betulkan madam?" hibur Arra pada teman-temannya.
Benar kata Arra. Keduanya hanya seleksi melalui berkas. Berbeda dengan yang lain. Butuh tenaga ekstra untuk bisa mendapat kata lolos, otak yang bisa menampung banyaknya soal dengan tingkatan yang lebih sulit dari Ujian Nasional, dan tangan yang harus bergerak cepat melawan waktu yang terbatas. Jika dipikir setelah semua usaha ini hingga sebulan menuju Ujian Tulis, Jihan belum merasa puas dengan usahanya. Kenyataannya ia juga belum bisa melupakan impiannya untuk bisa lolos ke STT mengikuti jejak Faisal. Terkadang ia berpikir untuk 'nekat', tapi dalam sekejap ia bisa kehilangan kesempatannya untuk kuliah.
"Hahaha... Madam jadi ingat pas muda dulu. Anyway, y'all have to know that you already do your best. So whatever the result is, jangan berhenti bermimpi dan mencoba. Kalian masih muda, nggak masalah kalau kalian masih mencoba untuk mencari. Yang pasti kalian harus bahagia dengan apa yang kalian pilih," pesannya.
Jihan menatap wanita itu dengan dalam. Lalu memikirkannya sambil memperhatikan Izzan dan Faisal yang tengah asyik berebut bola di lapangan. Bahagia? Kurasa Aku akan bahagia jika masuk STT. Hanya itu keinginanku. Aku bahkan nggak bisa menemukan kebahagianku yang lain selain itu, batin Jihan.
Setelah bercengkrama di saung cukup lama, waktunya jam makan siang. Semua berdiri dan bergerak menuju Ruang Makan. Madam Evelyn juga memutuskan untuk ikut makan bersama. Tiba-tiba dari jauh Zara dan Arumi mendatangi mereka.
"Makannya hari ini bakmi, ada puding susu mangga juga, terus sosis bakar. Ayoo buruan! Mumpung masih kosong!!" sahut Zara pada yang lain.
"Waaah, ini pasti karena kita mau lulus, jadi dikasih makan enak dari kemaren. Ayo cepet-cepet!" seru Bonita dengan mata yang membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Jugendliteratur[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...