"Welcome! Enjoy your visit and Have a Nice Day."
Mata Jihan berbinar-binar melihat keramaian sekitarnya. Masih tak percaya ia benar-benar mengikuti trip ini. Walaupun sempat tinggal di kabupaten dekat dengan kota ini, ia tak pernah sekali pun pergi ke kota ini dan selalu memilih bandara dari kabupaten untuk bepergian.
Agenda rombongan di hari pertama yaitu mengunjungi tempat wisata di sekitaran pusat Kota. Setiap langkah kaki dan bangunan yang mereka lewati terus membuat Jihan terpesona oleh keindahannya. Di satu sisi, ia juga menikmati kebersamaan dengan teman-temannya walaupun beberapa kali ditegur karena ribut dan tak mendengar arahan guru. Perjalanan hari pertama ditemani teriknya matahari tak membuat Jihan dan teman-temannya berhenti untuk menikmati wisata kota. Setelah mengelilingi bangunan bersejarah, Masjid Raya menjadi tempat berhenti mereka untuk istirahat, sholat dan makan. Kini Jihan dibuat takjub lagi dengan desain masjid dan pekarangannya. Ramai orang beristirahat di sekitar masjid yang megah itu.
"Jihan, foto yuk!" panggil Luna.
Ia berjalan menghampiri Luna yang sedang mengotak-atik kameranya. "Di deket situ kayaknya bagus."
"Sebentar, nyari yang fotoin dulu. Yang lain pada kemanaan ya?"
"Kita kan yang terakhir keluar abis sholat, pakai keliling-keliling dulu lagi. Kayak anak hilang hahaha.... yaudah, kesana aja dulu! Siapa tau ketemu mereka atau minta tolong orang aja dah."
Tepat beberapa langkah mereka berjalan, Jihan dan Luna melihat Izzan juga baru keluar dari masjid selesai sholat. Sepertinya dia ditinggal oleh teman-temannya juga. "Kalian mau kemana? Bukannya kita disuruh kumpul kesana?" tanya Izzan sambil menunjuk kearah lain.
"Eh kebetulan! Kita mau foto ke situ. Bisa tolong fotoin," pinta Luna menyerahkan kameranya.
Permintaan Luna tak dijawab, namun Izzan segera mengambil kamera tersebut dan menyesuaikan kamera di tangannya. Luna dan Jihan pun menuju tempat yang dimaksud untuk berfoto diikuti Izzan.
"Eh, Aku jadi nggak nyaman. Jadi kaku kalau di foto sama cowok. Izzan lagi...," bisik Jihan pada Luna.
"Tapi... dia udah ngambil kameranya. Orangnya manut aja lagi. Masa kubilangin kamu malu di foto dia? Hahah..." bisik Luna.
Jihan merasa gemas dengan ucapan Luna namun ia menahannya. Terpaksa Jihan menguatkan harga dirinya. Keduanya berfoto beberapa kali sambil mengikuti aba-aba dari Izzan. Setelah beberapa foto diambil, Izzan melihat hasilnya.
"Aku baru sadar. Ada hampir 10 foto kuambil, tapi gayanya Jihan ituuuu aja. Kentara banget sama Luna," kata Izzan menyerahkan kembali ke Luna.
Rasanya antara kesal dan malu bercampur menjadi satu dan meruntuhkan harga diri Jihan. "Aku mah emang jarang dan kurang suka di foto!" ketus Jihan sambil melihat hasilnya.
Luna hanya tersenyum dan menahan tawa melihat Jihan yang kesal. Ia berkata, "kan sudah fotoin kita jadi sini kufoto balik! Ntar kukirim hasilnya."
"O-oh boleh deh."
Badannya berdiri tegap dan mengikuti arahan Luna. Jihan tak kuasa menahan tawa melihat gaya Izzan yang baru beberapa kali di foto.
"Udah-udah! Diketawain sama Jihan nih!" gerutu Izzan sambil membalikkan badan membelakangi keduanya.
"Abis gayamu suram banget," ledek Jihan penuh tawa.
Sambil ikut tertawa, Luna melihat hasilnya dan berkata, "yang ini bagus nih. Nggak sengaja ke fotonya, tapi bagus angle-nya."
Izzan melihat hasilnya dengan serius. "Wah iya, bagus buat feed. Nanti kirim aja semuanya. Terus tolong dihapus ya!"
"Ah Luna!" panggil Jihan sambil melihat ke sisi lain, "itu Helwa tuh! Datangin yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Memories [End]
Teen Fiction[Cerita ini cocok buatmu yang kangen SMA dan kekonyolan anak menuju dewasa] They said 'school is suck'. Well, itu salah. Kenyataannya, Sekolah adalah hal yang paling menyenangkan dan tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah menurut Jih...