pasal 124

81 4 0
                                    

Al-Hikam Pasal 124

Referensi kitab 📚
🍂 Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari 🍂

“Sikap Orang Yang Lupa Pada Allah ”

الغَافِلُ اِذاَ اَصْبَحَ نَظَرَ فيماَ يَفْعَلُ، والعاَقِلُ يَنْظُرُ ماَذاَ يَفْعَلُ اللهُ بِهِ

”orang yang lupa/lalai dalam tauhidnya
(bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut ketentuan takdir Allah), jika pagi hari dia selalu berangan-angan apakah yang harus aku kerjakan hari ini (yakni mengatur dirinya sendiri), sedangkan orang yang sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yang akan ditakdirkan Allah bagi dirinya hari itu”.

Syarah

Jadi pandangan orang yang lalai pada Allah, itu selalu mengatur dan memandang dirinya dan kemampuan atau rencananya, maka dari itu Allah menyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri. Sehingga tidak akan berhasil apa yang direncanakan.

Sedangkan orang yang berakal, itu selalu memandang Allah selalu mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maka Allah mencukupi apa yang menjadi kebutuhannya, jadi permulaan pemikiran yang bergerak dalam hati itu menjadi timbangan dan ukuran tauhid dan imannya kepada Allah .

Umar bin Abdul Aziz berkata: kini aku tidak merasa senang kecuali dalam ketentuan- ketentuan takdir Allah .

Abu Mad-yan berkata: Usahakan dengan sungguh- sungguh bila dapat,supaya hatimu tiap pagi dan sore menyerah bulat-bulat kepada Allah, semoga Allah melihat padamu dengan pandangan RohmatNya.niscaya kamu termasuk orang bahagia dunia akhirat.

Siapa yang melihat kepada Allah, maka tidak akan terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang melihat dirinya sendiri maka tidak terlihat Allah. Karena itu jika engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu, kemana condongnya, jika langsung pada kekuatanmu sendiri, maka terputus dengan Allah,. Dan jika langsung pada kekuasaan Allah, berarti engkaulah yang telah sampai kepada Allah, sedang alam ini semua dalam genggaman Allah.

Dan tiap pagi sebaiknya berdo’a: Allahumma-inni-ash-bahtu laa-amliku linafsii dhorrou-walaa-naf-‘aa, walaa mautau-walaa nusyuroo, walaa-as-tathii-‘u an-aakhudza illaa-maa-a’thoitanii, walaa-at-taqii illa maa-waqoitanii. Allahumma innaka-dzul-fadhlil-‘adhiim.

“Ya Allah kini aku berada diwaktu pagi, tiada menguasai diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit sesudah mati, dan aku tidak data mengambil kecuali yang engkau beri, dan tidak dapat menghindari sesuatu kecuali yang engkau hindarkan. Ya Allah pimpinlah aku kepada jalan yang engkau ridhoi baik dalam perkataan atu amal perbuatan di dalam taat kepadaMu, sungguh engkau dzat yang maha besar karuniaNya.”

Do’a Syeikh Abul-Hasan asy-syadzily ra. “ Allahumma innal-amro ‘indaka wahuwa mahjuubun ‘annii walaa a’lamu amron akhtaa-ruhu linafsii fakun antal-mukhtaarolii, wah-milnii fii-ajmalil umuuri ‘indaka wa-ahmadihaa ‘aa-qibatan fid-diini wad-dun-ya wal aakhiroh, innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir”.

“ Ya Allah sungguh segala sesuatu ada ditanganMu, dan tertutup dari padaku, dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang amat baik serta terpuji akibatnya dalam agama,duni dan akhirat, sesungguhnnya engkau berkuasa atas segala Sesuatu.”

Penerjemah📝
🌺Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan🌺

KITAB Santri AL-HIKAM (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang