pasal 200-202

102 3 0
                                    

Al-Hikam Pasal 200-202

Referensi kitab 📚
🍂 Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari 🍂

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

العِبَاراتُ قُوْتٌ لعَا ءـلةِ المُسْتَمِعِيْنَ، ليْسَ لكَ الاَّ ماَ انْتَ لهُ اٰ كِلٌ

200. “Keterangan (kata-kata yang berhubungan dengan ilmu makrifat), itu bagaikan makanan bagi yang mendengarkan (membutuhkannya), dan engkau tidak mendapat apa-apa kecuali apa yang engkau makan.”

Syarah

Pada kenyataan lahir bahwa warna dan bentuk makanan itu bermacam-macam(berbeda-beda), dan makanan yang cocok dengan seseorang kadang tidak cocok bagi yang lainnya karena bedanya watak dan selera, dan makanan itu yang berguna bagi tiap-tiap orang itu hanya yang dimakan. Begitu juga makanan yang bangsa maknawi, yang difahami dari ilmu makrifat itu juga berbeda-beda. Apa yang cocok dengan seseorang kadang tidak cocok untuk orang lainnya, sehingga suatu keterangan yang disampaikan kepada orang banyak/jamaah, itu terkadang berbeda juga pemahaman satu dengan yang lainnya, itu karena berbeda tujuannya.

Syeih Muhyiddin Muhammad Ibnu ‘Aroby ra.
Berkata : Pada suatu hari kami mendapat undangan dari teman di Zuqoqil-qonadil di mesir, dan disitu bertemu dengan guru-guru, dan setelah hidangan dikeluarkan, disitu ada satu wadah dipakai untuk tempat kencing, tetapi karena sudah tidak terpakai lagi, maka dipakai juga untuk tempat makanan, maka setelah selesai orang-orang makan tiba-tiba wadah itu

berkata : Karena kini aku telah mendapat kehormatan dari Allah untuk tempat makanan guru-guru ini maka mulai saat ini aku tidak rela dipakai tempat kotoran.

Kemudian ia terbelah menjadi dua. Syeih Muhyidin bertanya kepada hadirin semua : apakah kalian semua telah mendengar? Jawab mereka : ya, kami mendengar ia berkata : sejak aku dipakai tempat makanan guru-guru, maka aku tidak mau menjadi tempat kotoran lagi.

Syeih Muhyidin berkata : Tidak begitu katanya.

Para hadirin bertanya : lalu ia berkata apa ?

jawab Syeih Muhyidin : Demikian pula hatimu setelah mendapat kehormatan dari Allah dijadikan tempat Iman, maka janganlah rela ditempati najis-najis, syirik, maksiat dan cinta dunia.

رُبَّمَا عَبَّرَ عَنِ المَقَامِ مَنِاسْـتَشْرَفَ عَلَيْهِ، وَرُبَّمَا عَبّـرَ عَنْهُ منْ وَصَلَ اِليهِ وَذٰلكَ مُلتَبِسٌ الاَّ على صاحِبِ بَصيْرَةٍ

201. “ Terkadang orang yang menerangkan satu maqom (tingkat dalam kemakrifatan) itu orang yang ingin/akan sampai kepada maqom tersebut. Dan terkadang orang yang menerangkan/membicarakan maqom itu orang yang telah sampai kedalam maqom tersebut, dan yang demikian itu kabur (samar/tidak berbeda), kecuali bagi orang yang tajam mata hati (bashiroh)nya.”

Syarah

Hikmah ini sebagai lanjutan hikmah ke 199, yang perlu kita perhatikan ada orang yang menerangkan suatu maqom karena mengambil dari keterangan kitab, atau menghafal kata-kata para ulama’ shufiyyah, lalu diterangkan pada orang lain. Berbeda dengan orang-orang yang sudah sampai pada maqom itu, yang berbicara tentang maqom itu biasa saja,seperti berbicara tentang lainnya.

لاَيَنْبَغى للسَّالكِ اَنْيُعَبِّرَ عنْ واَرِدَتِهِ فَاِنَّ ذٰ لكَ يُقِلُّ عَمَلَهاَ فى قَلْبِهِ وَيَمْنَعُهُ وُجُوْدَ الصِّدْ قِ مع رَبِّهِ

202. “ Tidak layak bagi seorang salik menerangkan waridnya pada orang lain, sebab bisa mengurangi pengaruh warid dalam hati, dan menghalangi kesungguhannya kepada Allah Tuhannya.”

Syarah

Seperti keterangan-keterangan terdahulu tentang Warid yaitu : perkara yang diberikan Allah kepada hambanya yang berupa ilmu yang langsung dari Allah yang berhubungan dengan Tauhid.

Sebaiknya salik (orang yang berjalan menuju Allah) tidak menerangkan dan membuka waridnya kepada orang lain, kecuali pada guru Mursyidnya, karena bisa mengurangi atsarnya dalam hati sehingga tidak sempurna manfaatnya warid didalam hati, dan juga bisa menghalangi kesungguhannya kepada Allah, karena menerangkan Warid itu tidak lepas dari syahwat/kesenangan nafsu, nafsu merasa enak dan senang, yang bisa menjadikan kuat sifat-sifatnya nafsu. Yang demikian itu pandangannya belum bulat kepda Allah, tetapi masih selalu mengharap apa-apa dari makhluk. Dan lagi kalau ia bisa menyimpan rahasia Tuhan yang diberikan kepadanya, ia akan mendapatkan kepercayaan untuk rahasia-rahasia yang lebih besar selanjutnya.

Penerjemah📝
🌺Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan🌺

🔖

KITAB Santri AL-HIKAM (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang