Pasal 154

37 5 0
                                    

AL-HIKAM PASAL 154

Referensi kitab 📚
🍂 Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari 🍂

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

الموءمن اذامدح استحيٰى من الله ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه

“Orang mukmin yang sejati itu ketika dipuji orang, dia malu pada Allah, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada pada dirinya, tapi dari Allah”.

Syarah

Jadi, apabila orang lain memuji dirinya dan meyebut kebaikannya, dia merasa malu kepada Allah, karena dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya mendapat karunia Allah jika ia bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari usaha dan kemampuannya sendiri.

Seorang salik itu harus tidak percaya dengan pujian orang lain, tetapi dia juga tidak diperintah untuk merobah/menolak supaya orang lain tidak memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di perintah untuk tidak terpengaruh,dan supaya mendahulukan apa yang diketaui terhadap dirinya sendiri,mengalahkan prasangka orang lain. Yang penting tidak keterlaluan pujiannya, kalau keterlaluan maka harus di tolak.

Rasulullah bersabda : “Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin” lempari debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu.

Rasul berkata pada orang yang memuji seseorang dihadapan Rasulullah, :Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika” kamu telah memotong leher saudaramu.

Penerjemah📝
🌺Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan🌺

🔖

KITAB Santri AL-HIKAM (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang