Al-Hikam Pasal 185
Referensi kitab 📚
🍂 Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari 🍂بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Lebih Utama Mana Antara Berdo’a Atau Tidak”
رُبّـَماَ دَلـَّهُمُ الاَدابُ علَى تَركِ الطلبِ اِعْتماداً على قِسـمتهِ واستغالا بذِكرِه عنْ مسـءـلتهِ
“ Terkadang Allah menunjukkan pada hambanya (para ‘Arif) adabnya seorang hamba untuk tidak meminta/berdo’a karena menyerah pada kebijaksanaan dan merasa puas dengan pembagian dari Allah, dan terlalu sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta”
Syarah
Ada sebagian ‘Arifin yang mereka terkadang terpaksa untuk tidak meminta, dan menyerah pada Allah dan hanya mengandalkan pembagian yang sudah ditetapkan Allah dizaman ‘azal.
Para ulama ada yang berbeda pendapat tentang lebih utama mana antara meminta/berdo’a atau diam/tidak meminta.
Ada yang berpendapat: lebih utama berdo’a, karena berdo’a itu bagian dari ibadah, dan mengerjakan perkara yang disebut ibadah itu lebih utama daripada meninggalkannya.
Sebagian berpendapat : diam dan tidak berdo’a dan merasa puas dan ridho dengan berlakunya hukum (qodho’) itu lebih sempurna dan diridhoi, karena sesuatu yang sudah dipilihkan Alloh untuk kita itu lebih itu lebih utama daripada pilihan kita. Dalam hidist qudsi Allah berfirman : barang siapa tersikkan dzikir kepadaKu dan meninggalkan meminta kepadaKu, Aku akan memberi yang terbaik dari apa yang Aku berikan pada orang yang meminta.
Dan ada yang berpendapat: waktu itu berbeda-beda, adakalanya lebih utama berdo’a dan adakalanya lebih baik diam, sebagaimana yang dikatakan Syeih Abul-Qosim Al-Qusyairi ra.
Apabila hati lebih condong kepada do’a, maka lebih baik berdo’a, dan apabila hati lebih condong diam, maka diam dan tidak berdo’a lebih baik,. Apabila hati lebih condong kepada ridho, dan puas dengan pembagian dan pilihan dari Allah, dan lebih memperbanyak dzikir itulah adab tatakrama yang utama.
Penerjemah📝
🌺Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan🌺🔖
KAMU SEDANG MEMBACA
KITAB Santri AL-HIKAM (Lengkap)
Cerita PendekKITAB AL - HIKAM Karya: SYEIKH IBNU ATHAILLAH AS- SAKANDARIY