#24 : Mas ku

334 8 0
                                    

   "Kemudian Allah membuatmu bahagia seakan-akan kamu tidak pernah bersedih sebelumnya."

Aku menangis sesegukkan, mencoba untuk menghentikan tangisku tapi tetap saja suara nya terdengar. Aku memang mudah sekali menangis, tapi tangisku kali ini berbeda. Rasa sakit yang tertancap di dasar sana membuatku menangis sambil merasakan sakit, aku membiarkan diriku begini.

"Nggak apa, its oke Hanun. Kamu boleh menangis, sudahi saja tangismu. Tapi jangan terlalu lama. Besok kamu harus sudah bangkit kembali."

Aku mencoba menenangkan diriku sendiri, sambil menarik napas panjang. H-1 pernikahannya Hasbi tetap menghubungiku. Bersikap seakan tak pernah ada kesalahan yang ia perbuat. Aku mengharapkanmu Hasbi, aku menginginkan kamu yang menjabat tangan ayahku. Pikiran itu terus saja mengusikku.

                                  ***

  "De, udah makan. Mas liat kamu dari tadi nggak keluar kamar."

Tangannya mengelus kepala ku dengan lembut, meraih dan menggenggam tanganku.

"Udah kok mas, Ade udah makan tadi siang." Jawabku sambil melempar senyum.

"Ya kan itu tadi siang, sekarang udah malem. Makan lagi dong, ntar pipi kamu ga chubby lagi kalo kurus." Ucapnya sambil menggodaku.

"Yee, orang baru sekali doang ga makan malem masa langsung jadi kurus."

"Iyalah, mangkanya jangan kurang makan." Lanjut mas Hasbi.

"Iyaudah lah hayuk makan, temenin Ade." Jawabku, yang sesaat sebelum kedatangannya sedang tak bersemangat untuk makan.

  Mas Hasbi, memang seringkali mengunjungiku ketika malam tiba. Meskipun malam itu bukan gilirannya untuk tidur di rumahku, sekedar untuk mengecek keadaanku katanya. Sebelum ia tidur, seperti malam ini. Mas Hasbi mengunjungiku lebih awal, selepas shalat isya'. Mungkin jika ia tak datang aku sungguh tak akan makan, terkadang aku juga merasa kesepian makan sendirian. Dan saat rasa sepi itu datang, rasanya nafsu makan pun hilang.

"Mas..

"Iyaa de?"

"Mas kenapa selalu kunjungi Ade tiap malem. Padahal kan udah ada jadwal nya masing-masing."

"Kan mas udah sering bilang kalo mas mau cek keadaan kamu dulu sebelum tidur."

"Tapi kan Ade ada hp, dan rumah kita juga satu komplek. Jadi apa yang mau di khawatirkan."

"Hati ade, mas khawatir sama hati Ade."

"Apaan sih mas, hati Ade kenapa pulak."

"Karna hati Ade itu hati wanita, hati yang rentan sekali sakit. Karna Ade perasa, Abang tau itu. Abang ga mau Ade jadi merasa kurang diperhatikan."

"Terus apa mas ga pikirin perasaan mba umi."

"Mas kesini selalu atas persetujuan dia. Mas akan sebaik mungkin menjaga perasaan kalian berdua."

Lagi-lagi aku merasa cemburu dengannya, sebegitu lapang kah dada nya. Aku selalu tertegun dengan sikapnya, kebijakannya, dan juga perhatiannya selama ini denganku yang hanya seorang adik madu nya ini, mas hasbi memang sengaja memisahkan kami. Meskipun kami nampak akur dan akrab, mas Hasbi hanya ingin menghindari konflik di kemudian hari. Dan meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin akan tampak Dimata namun terasa mengganjal untuk ditanyakan jika kami terus tinggal satu atap.

HanunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang