ما أصعب أن تعيش في خيرة من شخص
يوما تره يحبك ويو مالاتدري من يكون"Alangkah sulitnya ketika kamu hidup dalam kebingungan dari seseorang. Terkadang kamu melihatnya mencintaimu dan terkadang kamu tidak tahu siapa dia."
Sambil melangkah perlahan, aku memperhatikan sosok Hasbi dari balik tembok. Aku memperhatikan nya sekali lagi, benarkah itu dia. Dia yang 4 tahun lalu telah membuat hatiku berantakan, Hasbi datang dengan perasaan yang kuyakini dalam keadaan tak tenang. Setelah ia menelponku hari itu, ia tak menghubungiku lagi. Dan kini ia justru sudah berada di ruang tamu rumahku. Entahlah, apa yang diinginkan Hasbi. Kupikir ucapannya di telpon beberapa hari yang lalu spontan keluar begitu saja dari mulutnya karna ia sedang terbawa suasana. Nyatanya ia benar datang kesini, kehadapan Abah.
"Maaf pak sebelumnya, saya Hasbi. Teman Hanun, Beberapa hari yang lalu saya sudah menyampaikan niat saya untuk datang menemui bapak kepada Hanun." Ucap Hasbi yang membuatku merasa tegang.
"Ooh jadi nak Hasbi ini teman Hanun? Sudah berapa lama kenal dengan Hanun?" Tanya Abah.
"Sudah cukup lama pak, semenjak Hanun kuliah semester 3."
"Waah, sudah lumayan lama ya. Jadi, niat nak Hasbi datang kesini untuk apa?"
"Bismillah, insyaAllah saya ingin melamar putri bapak."
Sontak aku kaget mendengar apa yang disampaikan Hasbi barusan. Entah apa yang merasuki nya, hingga ia berani sekali datang menemui Abah. Kupikir ia hanya ingin menuntaskan rasa penasarannya, atau mungkin saja ia hanya ingin bersilaturahmi. Ternyata ia justru benar datang untuk memintaku pada abah, lalu dimana wanita itu. Dimana istri Hasbi? Kedatangan nya secara tiba-tiba di rumahku saja sudah terasa cukup gila bagiku. Ditambah kini ia menyampaikan niatnya untuk melamarku, rasanya hal ini semakin tidak masuk akal.
Bagaimana respon Abah, jika mengetahui Hasbi sudah mempunyai istri. Kenapa ia harus datang sekarang? Kemana ia dulu, kenapa usaha nya tak sekeras sekarang. Saat ini keadaannya sudah berbeda, aku tak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba saja Abah memanggil dan mencariku, aku segera bergegas berpindah posisi.
Berpura-pura sedang menonton televisi,"Iyaa bah, ada apa? Jawabku
"Hanun, di depan ada tamu. Katanya teman kamu. Ayo ikut Abah duduk di depan, ada yang mau dibahas dengan kamu."
Aku tak menyangka, kini Hasbi benar-benar ada di hadapanku. Berada dekat denganku, sosok yang selama ini hanya bisa kudengar suara nya di telpon. Sosok yang kupikir hanyalah khayalanku semata, ia sedang duduk di hadapanku. Rasanya tunggu yang kuharap temu selama ini terbayarkan. 4 tahun aku terus mengharapkannya, berharap bisa bertemu dan melihat nya secara langsung. Meskipun kini ia bukanlah milikku, meskipun kini ia sudah menjadi imam bagi wanita lain.
"Hanun. Bagaimana jika ada yang mau melamar kamu?" Tanya Abah.
"Haaa, apa bah? Abah nanya pendapat Hanun?"
"Teman kamu ini datang kesini katanya ingin melamar kamu."
Tak tahu kah Abah, jika pria yang sedang duduk bersama kami ini sudah mempunyai istri. Entahlah, aku bingung bagaimana caranya menyampaikan hal itu pada Abah. Tapi, sebenarnya itu bukanlah tugasku. Hasbi yang harus menyampaikan itu sendiri, dan lagi aku tak tahu harus menjawab apa. Aku tak pernah mau dan tak pernah membayangkan hidup bersama 3 hati dalam satu rumah, aku pun tak mau jika menjadi yang kedua. Aku selalu menangkal poligami sejak dulu, bahkan ketika ada diskusi seputar hal itu di kelas. Aku selalu berdebat dengan kaum Adam yang sangat setuju dengan ayat Alquran itu. Bukan, bukan maksudku membenci ayat itu. Atau mengingkari perkataan Nya, aku hanya tak suka jika itu terus dijadikan dalil untuk bisa memiliki wanita lebih dari satu dalam rumah tangganya. Sementara ia sendiri masih belum maksimal dalam beribadah, ya. Katanya itu adalah sunah, lalu sudahkan sunah yang lainnya dijalankan. Kenapa memilih menjalankan sunah itu terlebih dahulu.
"Hanun. Kenapa nggak memberikan jawaban?" Tanya Abah
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanun
SpiritualHanun, seorang mahasiswi yang juga anak dari seorang dokter yang telah mendidiknya dengan nilai-nilai Islami sejak kecil. Kehidupan Hanun dipenuhi dengan apapun yang diinginkan orang-orang selama ini. Hanya saja kehidupannya mulai berubah ketika sos...