"Ya rabb jangan biarkan hatiku tertaut kepada sesuatu yang bukan milikku. "
"Jujur aja, pengen nanggepin semua perasaan kamu. Semua keluh kesah kamu, cuma aku berusaha menghargai suami kamu. Sekali lagi aku ingin menghargai laki-laki yang saat ini bersanding di samping kamu. Bisa kamu bayangin, selama 5 tahun aku berumah tangga bayanganmu terkadang sering muncul, cuma aku berusaha menghilangkan itu semua dengan cara memupuk perasaanku ke pasanganku sedikit demi sedikit. Dan kamu tau itu sia-sia setelah kamu datang kembali, perasaan yang aku pupuk selama ini langsung sirna, hilang dan yang ada hanya kamu, kamu dan kamu. Bisa kamu lihat aku hampir tidak pernah posting kemesraan di sosial media, itu karna aku menghargai perasaanmu. Beda dengan kamu."
Nafasku tertahan sejenak, ada perasaan senang ketika membaca balasan whatsapp nya, senang karna ternyata perasaan nya sebesar itu padaku. Tapi, perasaan sedih dan takut juga hadir dalam hatiku. Sedih karna kini masing-masing dari kami memiliki hati yang perlu dijaga.
"Hasbi, Saat kamu menyanggupi permintaanku kemarin, aku seakan punya harapan lagi untuk bisa menutup hatiku yang masih menganga karna luka yang pernah kamu buat beberapa tahun lalu. Setidaknya jika aku nggak bisa milikin kamu, bayanganmu tak benar-benar hilang. Aku masih bisa merasakan sosok kehadiranmu dalam hari hariku meskipun hanya sebagai teman. "
"Berat hati rasanya, nerima kenyataan harus berbagi dan kamu tahu aku selalu berprasangka buruk memikirkan sedang apa kamu dengan pasanganmu. Sampai sampai menganggu seluruh aktivitasku." Lagi-lagi balasan hasbi sungguh tak terduga.
"Setidaknya sudah ada dia meskipun sebagian di hati kamu itu lebih baik."
Hasbi benar, sebagian dari hatiku memang sudah terisi dengan penghuni baru, dia tak punya salah apa-apa. Hanya ada beberapa hal yang tak berjalan sesuai harapanku, yang mungkin membuatku terus membandingkan sosok suamiku saat ini dengan hasbi.
"Aku cuma mau kita jadi teman, aku cuma mau kamu terus membalas pesanku sampai aku ngerasa capek dan ngerasa ga ada alasan lagi buat hubungin kamu. karna itu tandanya aku bener-bener udah ikhlas. "
"Baiklah, terus kalo setelah kamu lupa dengan rasa sakit mu itu tapi justru aku malah yang semakin sulit lupa. Apa yang mau kamu lakukan? " Tanya hasbi.
"Yaah, aku juga bakalan terus balesin pesan kamu sampe kamu lupa dan perasaan kamu ikhlas sepenuhnya."
"Heee. Itu tandanya sama aja han, hubungan ini ga akan ada ujungnya." Ucapnya sinis
"Han, suami mu ganteng. Mapan, sayang istri. Sabar, ga pernah ngomong kasar ke kamu. Kamu kurang apa sebenernya, aku kalo mau ngikutin hati aku. Aku udah rebut kamu pasti dari suamimu, dan mau nya aku terus di samping kamu. Terus berhubungan dengan kamu, tapi sebenernya ini juga doa aku ke allah. Saat itu dan bahkan setiap kali aku inget kamu, aku selalu berdoa semoga kamu dapet suami yang lebih baik dari aku. Baik dari segi materi, agama ataupun yang lainnya. Aku ga bisa liat kamu hidup susah, mangkanya aku nurunin keegoisan aku waktu itu. "
"Kamu tahu, istri aku pernah kabur dari rumah? Saat itu anak aku masih umur 4 bulan. Dia masih nyusu sama ibu nya, tapi istri aku pergi. Nggak usah aku kasih tau alasannya, yang jelas anak aku jadi dehidrasi dan badanya jadi panas karna kekurangan cairan. Dia pun ga mau minum susu formula. Memang kehadiran seseorang itu akan terasa berharga ketika dia udah pergi, ngerti kan maksud aku. "
Baiklah, hasbi memang pria yang baik. Sedikitpun dia tak mengambil celah, bahkan justru terus memberikanku pandangan positif. Sejenak aku terdiam, tak membalas pesannya lagi. Aku menatap langit kamar, merenungkan semua perkataan hasbi yang membuatmmembuatku merasa sudah sangat berdosa dan jahat sekali dengan suamiku. Tiba-tiba saja tangisanku pecah, aku menangis sesegukkan. Bukan, bukan ini mauku. Andai saja hasbi benar menjadi nahkoda ku saat ini, mungkin aku tak akan begini. Membandingkan pria yang tengah bersamaku kini. Beberapa hari aku menghilang, dengan perasaan berkecambuk di hatiku, perasaan yang terus menarikku agar kembali menghubungi hasbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanun
SpiritualHanun, seorang mahasiswi yang juga anak dari seorang dokter yang telah mendidiknya dengan nilai-nilai Islami sejak kecil. Kehidupan Hanun dipenuhi dengan apapun yang diinginkan orang-orang selama ini. Hanya saja kehidupannya mulai berubah ketika sos...