"Cinta"
Adalah ketika kamu memberikan seseorang kemampuan untuk menghancurkan dirimu, sedangakan kamu percaya dia tidak akan melakukannya. Adapun musibah adalah ketika ia melakukannya.Hari ini adalah hari akad Hasbi. Aku tak bisa berhenti memikirkannya, sulit bagiku menghadirkan rasa ikhlas. Hasbi tak menjelaskan apapun, ia hanya terus mengucapakan kata maaf. Doa yang ku langitkan selama ini ternyata berhenti disini, Hasbi tak mucul dalam nyataku. Ia hanya hadir dalam mimpiku, dan kini aku harus terbangun dari mimpiku. Bisakah aku bangun, melihat kembali duniaku tanpa Hasbi sosok ideal yang sempat membuatku lupa dengan seisi dunia.
"Haloo, Hanun. Assalamualaikum."
Suara Hasbi membuatku semakin sesak. Ia menelponku setelah aku merengek, merayu pada Nya. Agar aku bisa berbicara dengan Hasbi, satu kali saja. Aku ingin mengutarakan semua yang kurasakan pada Hasbi. Dan seakan selalu, Hasbi menangkap sinyal itu. Allah pun sepertinya langsung mendengar permohonan ku. Hasbi menelponku, beberapa menit setelah aku menangis dan merengek pada sang pemilik hati yang sesungguhnya. Aku bahkan sempat tak percaya, Hasbi benar-benar menghubungiku. Seakan tangisku terdengar hingga ke telinga nya.
"Wa'alaikumussalam."
Suara ku tertahan, terlalu banyak kata yang berebut untuk keluar. Terlalu banyak pertanyaan yang menuntut diberikan jawaban."Hanun, kamu jangan nangis. Aku tahu kamu sekarang lagi nangis, rasanya aku ingin ada disana untuk menenangkanmu." Ucap Hasbi.
"Apaa, haaa. Aku nggak nyangka, bagaimana bisa? Kenapa kamu nggak kasih tau lebih awal sih." Ucapku kesal.
"Aku minta maaf han. Aku nelpon kamu supaya kamu tenang. Bukan justru malah memperburuk keadaan hati kamu."
"Apaa. Haa, kamu aneh ya. Bisa-bisa nya kamu. Aku beneran ga tau mau bilang apa lagi." Ucapku dengan kesal.
"Han, hey. Aku minta maaf, aku nggak bisa bilang apa-apa kecuali maaf." Ucap Hasbi.
"Yaudah, kalo gitu. Kamu tenangin diri kamu, dan stop. Jangan nangis lagi." Lanjut Hasbi.
"Aku beneran kecewa sama kamu. Assalamualaikum." Ucapku menutup telpon.
Semua yang ingin kukatakan, semua yang ingin kutanyakan. Mendadak tertahan dan hilang, aku tak bisa berkata apa-apa saat Hasbi menelpon. Dan ketika panggilan itu telah diakhiri, aku kembali menyesal. Menyesali bicaraku yang terlalu sedikit. Dan setelah hari ini, aku tak akan membawanya dalam mimpiku lagi. Benar saja, apapun yang terasa terlalu indah untuk menjadi nyata, memang benar adanya tak akan menjadi nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanun
SpiritualHanun, seorang mahasiswi yang juga anak dari seorang dokter yang telah mendidiknya dengan nilai-nilai Islami sejak kecil. Kehidupan Hanun dipenuhi dengan apapun yang diinginkan orang-orang selama ini. Hanya saja kehidupannya mulai berubah ketika sos...