#23 : cemburu pertama

394 9 2
                                    

"Sungguh wanita mampu menyembunyikan cinta selama 40 tahun, namun tak sanggup menyembunyikan cemburu meski sesaat."
(Ali bin Abi Thalib)


Hujan turun dengan lebat nya, mas Hasbi terlihat panik sekali. Aku mencoba menenangkannya, menyentuh tangannya. Ia tersenyum padaku, namun kegelisahan itu tetap tak bisa ia tutupi. Tiba-tiba saja listrik padam, aku menjerit spontan. Ketika suara petir yang begitu keras membuat listrik padam. Tangannya merangkul ku dari samping, membawaku dalam dekapannya.

"Nggak apa apa de, mas masih ada di samping kamu ko. Tenang." Ucapnya sekali lagi menenangkanku.

"Maas. Maafin aku ya"

"Loh, kenapa ade jadi minta maaf ke mas?"

"Ade tau mas saat ini sedang gelisah dan cemas. Tapi justru Ade yang sekarang malah mas tenangin, Ade ga kayak ibunda Khadijah yang selalu bisa membuat tenang suaminya. Yang perkataannya membuat rasulullah merasa nyaman."

"De.. ini listrik nya lagi padam, kamu tiba-tiba saja menjerit. Ya kali mas ga rangkul kamu dan diem aja. Mas udah merasa tenang kok dengan adanya kamu di samping mas."

"Tapi buktinya muka mas masih tegang. Ade ga pernah mau liat mas sedih, rasanya ade pengen ngelakuin sesuatu biar mas ga sedih lagi."

"Ehh tau darimana kamu kalo muka mas masih tegang, emang keliatan. Orang gelep gini, kamu tuh ya de sok tau. Orang mas lagi senyum kok ini"

"Yaa tau lah, hati Ade kan bisa ngerasain. Kalo imam nya ini sedang tegang dan gelisah."

"Nggaak kok sayang,

Tiba-tiba saja listrik kembali menyala, hujan pun mulai mereda. Hanya tersisa rintik hujan yang terdengar membasahi genting.

"De, mas sepertinya langsung saja ke rumah sakit. Ade kunci aja pintu rumahnya, jangan bukain pintu kalo ada yang kerumah ya de." Lanjut mas Hasbi.

"Iya mas, Ade bakalan kunci rumahnya. Kabarin Ade secepatnya ya mas tentang keadaan disana, mas hati-hati di jalan. Jalanan pasti licin setelah hujan, fokus mengendarai motor nya. Jangan berpikiran kemana-mana, ini udah malem. Jalanan ga seterang di waktu siang."

"Siap ibu negara. Adaalagi?" Jawabnya sambil terkekeh

"Kok kamu ketawa sih, aku kan serius. Dengerin nih kata istrinya."

"Abis mas lucu aja, kamu ngingetin panjang banget. Semua dijabarin, yang jalan ga terang lah. Jalan licin lah, hehe iya mas bakalan hati-hati sayang. Doain terus ya."

"Iya mas, tanpa diminta pun aku selalu medoakanmu dan mendoakan yang terbaik untuk kita semua." Jawabku sambil mencium tempurung tangannya.

Sebenarnya aku paling tidak suka ditinggal sendirian. Terlebih ketika waktu malam hari, aku sungguh merasa kesepian di rumah ketika harus ditinggal sendirian. Seringkali terlintas di benakku, jika seandainya aku mempunyai seorang malaikat kecil pastilah aku tak akan sesepi ini. Ada saat saat dimana aku merasa ingin memiliki mas Hasbi seutuhnya, memang aku ini egois sekali. Tapi pikiran itu tak pernah kuutarakan pada mas Hasbi apalagi pada mbak umi. Seperti malam ini, malam yang terasa sangat dingin dan sepi ini. Aku harus merelakan mas hasbi meninggalkanku sendirian di rumah. Pikiran dan keinginan itu kembali muncul dalam hati ku ini.
Sebentar lagi rumah ini akan dipenuhi tangisan bayi mungil yang akan membuat suasana di rumah menjadi berbeda. Bagaimanapun bayi itu tetaplah anakku, sekalipun ia lahir bukan dari rahimku. Aku akan menyayanginya seperti anak kandungku sendiri, aku berprasangka baik pada Nya. Mungkin saja setelah aku dengan tulus ikut merawat bayi mungil itu Allah akan titipkan malaikat kecil di rahimku.

Mas Hasbi pas gendong si dede bayi setelah beberapa bulan 😄

Mas Hasbi pas gendong si dede bayi setelah beberapa bulan 😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HanunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang