فى السماء التي تحديق بها،
هناك سوق أو كلتري إليها"Dilangit yang kau tatap, ada rindu yang kutitip."
Seperti terbangun dari mimpi di siang hari, aku melihatnya datang memberikan kabar yang membuat dada ku sesak. Mataku terbuka dengan keadaan basah, tak kusadari aku menangis dalam mimpiku. Hingga terbawa ketika aku terbangun, aku terduduk lemas. Menatap kosong, mengingat ulang mimpi yang membuatku sesak itu.
Hanun, bisakah kau katakan bahwa itu hanya mimpi. Bisakah kali ini alam menyampaikan bahwa aku ingin berbicara denganmu yang sudah sangat jauh dari jangkauan ku. aku menyadari, selama ini aku sudah cukup mengoyahkan imanmu, mengganggu ke khusyukan beribadahmu.
Aku segera mencuci muka, mengambil wudhu dan meminta agar Allah berikan ketenangan. Sejak awal aku sudah merasa bersalah, niat awal ku untuk segera mengkhitbah nya berubah menjadi hubungan tak jelas yang berujung pada zina hati. Waktu yang kuminta 3 bulan berubah menjadi satu tahun, dan setelah satu tahun lewat. Aku justru mengaku kalah, menyerah. Dan menganggap ketidakmungkinan yang kurasakan akan benar sulit untuk menjadi mungkin.
Persis malam berikutnya. Hanun, kau datang lagi. Tapi kali ini sepasang matamu yang berwarna coklat kehitaman itu melihat ke arahku seakan penuh tanya, aku melihatmu telah duduk di sampingku. Menantiku terbangun, senyum yang sudah lama tak kulihat kini kembali menghiasi wajahmu. Mungkinkah kau sedang bahagia? Tapi bahagiamu, ketika melihatku tertidur. Di sebuah bangku panjang di atas rerumputan hijau di bawah pohon.***
Tuut...tuutt..tuut
Aku menunggu cukup lama, menunggu jawaban dari Hanun. Entah apa yang tengah ia pikirkan, aku kembali menghubungi nya. Mungkinkah Hanun tak mau menerima telpon dariku lagi, mungkinkah ia sudah tak menyimpan nomor ku lagi."Haloo, assalamualaikum."
Suara Hanun melunturkan semua pikiran burukku. Suara yang cukup lama tak kudengar.
"Haloo, dengan siapaa ini?" Tanya Hanun
"Halooo...
Aku terdiam sejenak, mendengar suara nya lagi membuat dada ku tak berdetak beraturan.
"Saya matiin yaa..
"Haloo, iyaa assalamualaikum" ucapku ragu.
"Iya, siapa ini..
Eeeee Hasbi? Ini kamu?" Jawab Hanun mencoba menebak."Iya, darimana kamu bisa tahu?" Jawabku.
Aku baru ingat, nomor ponsel ku yang lama hilang. Dan aku akhirnya mengganti nomor ku saat itu.
"Iyaa, bagaimana aku bisa tak tahu. Sementara aku sudah sangat hapal dengan suara mu." Jawab Hanun sekali lagi.
"Kamu apa kabar? Gimana dengan kuliahmu?" Tanyaku kembali.
"Alhamdulillah aku baik, dan kuliahku berjalan dengan lancar. kamu disana gimana?" Tanya Hanun.
"Iya, aku juga baik."
"Eeeh, sebenarnya tadi barusan aja. Mungkin 7 menit yang lalu, aku habis mengucapkan salam. Aku mengirimkan pesan ke nomor lamamu, tapi ternyata tak terkirim. Aku pikir kamu langsung menelponku karna membaca pesanku." Ucap Hanun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanun
SpiritualHanun, seorang mahasiswi yang juga anak dari seorang dokter yang telah mendidiknya dengan nilai-nilai Islami sejak kecil. Kehidupan Hanun dipenuhi dengan apapun yang diinginkan orang-orang selama ini. Hanya saja kehidupannya mulai berubah ketika sos...