#27 : tentang sebuah pilihan

101 4 0
                                    

" Tidak ada cara pergi yang baik, semua selalu menyakitkan."


Aku menatap kaku pada jalanan yang sedari tadi basah karna guyuran hujan, merasakan angin serta aroma aspal yang basah, kendaraan serta manusia saling melewati satu sama lain, orang-orang yang sibuk ingin berangkat kerja sejenak berhenti dan menepi lalu membuat halte bus ini semakin sesak. Entahlah, kadang aku merasa seperti anak ayam yang kehilangan induknya, tak tahu sedang berdiri dimana. Tak tahu apakah ini memang tempatku, tak terasa kulalui dengan cepat,
seperempat abad ini. Yang terasa sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, masih dengan memori yang sama. Ia tak membiarkan ku membunuhnya.

"Huuuu aahh"
Aku menarik nafas panjang, sebelum akhirnya menaiki bus yang sedari tadi aku tunggu. Hari ini aku meminta bantuan ibu menjaga husein, karna aku sudah membuat janji untuk bertemu dengan sahabat lama ku, 2 tahun yg lalu setelah wisuda kampus selesai. Aku meminta nya mengambil kan foto wisuda ku yang hampir 2 bulan lamanya baru selesai di cetak oleh pihak universitas. Karna tak lama dari hari wisuda itu aku memutuskan melanjutkan hapalan Alquran ku di salah satu pondok pesantren yang ada di pulau Jawa. Saat itu pilihanku hanya melanjutkan S2 atau mencari kerja, tak ada rencana menikah dalam deretan langkah yang akan aku ambil setelah lulus saat itu. Dan lagi aku merasa belum bisa mengakhiri cerita di masa laluku, masa lalu yang seharusnya tak kubiarkan bersemayam di dasar hati ini.

"Assalamualaikum tam, udah dari tadi nyampe sini? " Tanyaku sambil meraih tangannya, dan mendekatkan pipi kanan serta pipi kiri kami.

"Baru kok, barusan aja. Tadi hujan jadi aku berhenti dulu di pinggir jalan. " Jawab uthami dengan senyum ramahnya.

"Kamu gimana, sehat?" Tanya uthami kembali.

"Alhamdulillah tam, sehat. Kangen euyy udah ga bisa sering main dan keluar bareng lagi kayak dulu." Balasku.

"Hehe, iya udah sibuk masing-masing ya setelah lulus kuliah. " Jawab uthami.

"Iyaa nih, padahal dulu ke mana-mana kita suka bareng yaa." Jawabku sembari melambaikan tangan, memanggil pelayan di tempat makan tersebut.

"Oh iya han, sekalian aja ya mumpung ketemu. Aku mau ngasih ini. " Ucap uthami sambil mengeluarkan selembar kertas yang dilapisi plastik dari dalam tas nya.

"Maa syaa Allah, apa ini tam. Kamu mau nikah yah?" Tanyaku dengan nada gembira

"Iya han, InsyaAllah. Mohon doa nya yah, jodohku udah sampe. Aku juga berharap nya kamu bisa dateng han"

" Pasti tam, doaku pasti menyertaimu. Ikut bahagia aku dengernya, InsyaAllah aku bakalan sempetin waktu buat dateng ke acara pernikahan kamu."

"Iyaa han, aku tunggu ya kehadiran kamu dan suami. Bawa husein juga yah hehe pengen deh ketemu si ganteng." Balas uthami.

"Iya tam, kalo keadaan nya memungkinkan InsyaAllah aku sekalian ngajak husein."

"Sebenernya yah han, kamu beneran buat kami semua kaget. Siapa yang pernah menyangka kamu bakalan nikah secepet itu, karna yang kami tau. Kamu lagi nyantri. Lagian, aku tahu betul cerita kamu. Aku pikir kamu belum bisa nyelesain masa lalu kamu, segila itu dulu kamu sama sosok fiktif itu. "

"Hidup emang ga ada yang bisa nebak tam, aku juga sebenernya ga punya rencana buat nikah muda. Tapi takdir seakan menggiring ku ke jalan itu, lagiaann. Hasbi udah nikah, apa lagi yang mau aku harepin. Ngarepin jadi istri kedua dia, dia aja udah lupa sama aku. Terakhir kali aku liat story yang dia pasang di WA aja kayaknya dia udah bahagia dengan pilihannya." Jawabku.

Hari itu, satu hari setelah akad. Aku melihat hasbi menulis story di whatsapp nya, tulisan yang seakan mengisyaratkan bahwa aku memang harus pergi. Jika hasbi bisa bilang, mungkin saat itu dia akan berkata "aku sudah bahagia, kini sudah bersama sosok wanita yang tepat.Tak perlu mengkhawatirkan kehidupan ku lagi"

Setiap sujud dan bisikan doa ku di sepertiga malam nyatanya tak mampu menjadikan keinginanku menjadi nyata, allah nyata nya memilihkan ku takdir yang lain. Sesakku rasanya tak pernah ada habisnya, tak pernah ada ujungnya. Aku merasa perlu melanjutkan kehidupan ku yang tertunda, karna jiwa ku sempat mati dibuatnya. Semua mengalir begitu saja, jiwaku kekeringan. Aku butuh ada yang menyiraminya,

𝘛𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯

Akhirnya kamu sampai pada sebuah pilihan. Kamu memilihnya karna kamu merasa dia lah orang yang kamu butuh. Trauma mu, kekecewaanmu tak penting lagi sekarang, harusnya kau bahagia mendapat apa yang kau butuh. Tapi kenapa kau masih saja suka menoleh kebelakang, ingat. Kaca spion hanya digunakan untuk berhati-hati dan waspada jika sewaktu waktu ada yang ingin menabrak dan mencelakai mu dari belakang bukan malah untuk melihat seseorang semu yang tak akan menjadi nyata bagimu lagi.

Tapi kenapa kehidupannya selalu menarik untuk ku ketahui. Aku selalu ingin tahu sumber bahagia nya, itu saja.

HanunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang