Chapter 3

1.2K 165 7
                                    

Petangnya kami ke luar. Di luar hujan dan sangat dingin. Kami hanya diam.

" Apa terjadi sesuatu?" tanya ibu.

Kami semua bingung.

" Ayah meninggal.. Kau ingat?" tanya Allison.

" Oh ya.. Tentu.." jawab ibu.

" Ibu tak apa?" tanya ku.

" Yeah.. ia baik baik saja..Mungkin ia hanya butuh istirahat. Mengisi ulang energinya " jawab Diego lalu merangkulku.

" Kenapa kau tidak memakai payung?" tanyaku.

" Tak tau.." jawabnya.

Pogo datang. Luther menatap pogo.

" Kapan pun, kau siap nak.." kata Pogo.

Luther mengangguk lalu menuangkan abu ayah namun karena hujan abu itu tidak tertiup angin.

" Mungkin akan lebih baik dengan angin" kata Luther.

" Apakah ada yang ingin berbicara?" tanya Pogo.

Kami semua diam. Hening seketika.

" Bagus" kata Pogo.

" Dengan segala hormat, Sir Reginald Hargreeves membuatku menjadi aku yang sekarang. Hanya dengan itu saja, aku harusnya berutang selamanya padanya. Ia guruku dan temanku. Aku sangat merindukannya. Ia meninggalkan warisan yang rumit." Kata Pogo.

" Ia adalah monster.." potong Diego.

" Diego.. diam" seruku sambil menyenggol bahunya.

Sialnya Klaus malah tertawa.

" Ia orang jahat dan ayah yang lebih buruk. Dunia lebih baik tanpa nya." Kata Diego.

Aku kembali menyenggol bahunya namun membiarkan ku.

" Diego!" keluh Allison.

" Namaku adalah number two. Kalian tau kenapa. Karena ayah kita tak mau bersusah susah memberi kita nama. Ia meminta ibu menamai kita" kata Diego

" Ada yang ingin makan?" tanya ibu.

" Tidak bu" kata Vanya.

" Owh.. ok.." kata ibu.

" Dengar.. kau ingin menghormatinya? Silahkan." Kata Diego.

" Kau harus berhenti berbicara" kata Luther.

" Kau, dari semua orang seharusnya di pihak ku, number one" kata Diego.

" Aku sudah memperingatkanmu" kata Luther.

" Setelah yang dilakukannya padamu ia harus mengirimmu sejauh mungkin!" kata Diego.

" Diego diamlah!" kata Luther.

" Itulah seberapa besarnya ia tak ingin melihatmu!" teriak Diego.

" Ah aku mencium permasalahan disini" keluhku.

Tiba tiba Luther meninju Diego. Diego mundur dan hampir saja menabrak ku. Untungnya Five berteleport dan membawaku ke samping Klaus.

Mereka masih melanjutkan pertengkaran.

" Kalian! Hentikan saat ini juga!" teriak Pogo.

" Ayo, bocah besar!" kata Diego memanas manasi.

" Hentikan!" teriak Vanya.

" Pukul dia!" seru Klaus.

" Klaus.. ini bukan acara tinju bodoh.." keluh ku.

Pogo menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam rumah. Sementara mereka malah bertengkar semakin menjadi jadi.

𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟖 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐚𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐭𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang