Chapter 15

600 94 0
                                    

" Sial" kata Luther.

" Ide buruk, bajingan" kata Kakek Five lalu mengarahkan pistolnya ke arah Five.

" Luther.. lakukan sesuatu" bisikku.

Luther lalu maju dan merebut pistol yang dipegang kakek Five dengan mudahnya.

" Hentikan! Kalian berdua! Paham? Berkonsentrasilah. Kennedy akan tiba di sudut itu sebentar lagi. Oke? Semuanya, tarik napas dalam dalam" kataku.

Luther, kakek Five, dan Five menuruti ku.

" Ya, begitu.. kita semua ini keluarga. Ingat. Kita keluarga. Bisakah kita rukun sebentar? Kalau bisa lama" kataku.

" Kau mau?" tanya Five pada kakek Five.

" Silahkan saja" kata kakek Five dengan nada mengejek.

" Kalian lupa bilang sesuatu" kata Luther.

Namun Five malah menendendang selangkangan Luther.

" Aww" ringis Luther.

" Five! Dasar bodoh" keluhku lalu lompat menaiki punggung Five m

" Aku tak mau bertengkar denganmu [Name]!" kata Five.

" Berjanjilah jangan bertengkar" kataku.

Five hanga diam aku pun kembali mengencangkan cekikannya. Five menggigit tanganku.

" Sakit.." keluhku.

"Lepaskan dulu." Kata Five

" Berjanji dulu jangan bertengkar" kataku sambil menahan sakit. Namun Five mengencangkan gigitannya. Dan yah tanganku berdarah, aku melepaskan cekikannya dan memegang tanganku.

Luther juga kesakitan karena ditandang oleh Five. Sementara Five kembali bertengkar dengan kakek Five.

" [Name] bantu hilangkan rasa sakit ini dengan kekuatanku" kata Luther sambil menahan rasa sakit.

" Bagaimana bisa aku membantumu. Aku saja kesakitan" kataku sambil menunjuk lenganku yang berdarah karena gigitan Five.

" yaampun.. pasti Five menggigimu sangat keras" kata Luther.

" Hei bisakah kalian berhenti!" teriak Luther.

Lalu Five dan kake Five berteleport ke samping Luther dan menendangnya lagi.

" Ah tolonglah aku sudah muak dengan ini" teria Luther.

" Mulai lelah?" tanya kakek Five.

" Seharian pun aku sanggup" kata Five.

" Hentikan ini" kata Luther.

" Mampus sana, manusia kera" kata Five.

" Jangan panggil kakakku manusia kera" kataku sambil melempar tas kakek Five ke kepala Five.

Aku lalu mengambil pistol kakek Five. Jujur saja ini pertama kalinya aku memegang pistol. Dan ternyata pistol itu berat.

" Aku memberi tahu kalian dengan lebut kalian malah menjadi jadi! Sekarang aku akan menembak salah satu dari kalian" kataku.

" Sekarang, [Name]!!. Tembak kakek tua itu!" teriak Five.

" Tidak! Tembak dia saja!" teriak kakek Five.

" Tembak dia! Cepat!" teriak kakek Five.

" Tidak, [Name]! Tembak dia saja!" teriak Five.

" Tolong, [Name]. Tembak dia saja. Aku sudah terlalu tua" kata kakek Five.

Aku mengarahkan pistolku ke arah Five.

" [Name] tolonglah" kata Five padaku.

" Maaf kak" kataku.

" [Name] aku melindungimu dari para penjahat, aku menyayangimu [Name]!!, ingat aku menyayangimu!!!" teriak Five. 

Aku lalu memukul kepala kakek Five yang berada di samping Five dengan pistolku hingga kakek Five jatuh tergeletak di tanah.

" Oke, terbongkar semua kau menyukai [Name]" kata Luther.

" Tak ada waktu! Sekarang buka portalnya!" teriak ku pada Five.

" Huh astaga, pistol ini membuat sakit di tanganku semakin parah" kataku lalu melempar pistol itu, namun kembali mengenai kepala kakek Five.

" Oke lemparan kedua, maaf" kataku.

Five membuka portal. Seketika muncul lingkaran berwarna biru. Di dalam lingkaran itu terlihat aku yang sedang dipeluk oleh Diego sambil membawa buku favoritku.

Five membuka portal itu lebih besar dengan sekuat tenaganya.

" [Name].. Bantu aku!" teriak Five.

Aku segera berlari ke arah Five dan memegang pundaknya. Aku memberikan tenaga tambahan dari kekuatanku. Tanganku mengeluarkan cahaya kuning keemasan.

" [Name], aku butuh energi lebih besar. Berusahalah sekuat tenaga" kata Five.

" Aku tidak bisa!" teriakku.

" Ah.. Luther! Buat [Name] marah" kata Luther.

" [Name] dasar lemah! Cepat keluarkan energimu" teriak Luther.

Rasa marahku meluap lalu aku memejamkan mataku dan mengeluarkan seluruh energiku. Aku merasa tubuhku di penuhi rasa kehangatan yang luar biasa dengan energi kuat yang mengalir dari seluruh tubuhku. Aku membuka mataku perlahan.

 Aku membuka mataku perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" [Name].. matamu berubah menjadi kuning keemasan" kata Five di sampingku.

" Cepatlah, kakek Five! Cepat masuk ke dalam portal ini!" teriakku.

Namun kakek Five malah bertengkar dengan Five tentang masalah rumus rumus entahlah. Sampai tiba tiba tabung pemadam api terlempar dan mengenai kepalaku sangat keras hingga aku terpental dan jatuh tak berdaya. Kepalaku terasa sangat pusing sampai aku melihat kakek Five yang berlari mengambil kopernya.

" Kak! Kopernya" teriakku.

" Tidak!" teriak Five lalu merebut koper yang di pegang kakek Five.

" Five! [Name]! Portalnya menyusut!" teriak Luther.

Tanpa pikir panjang aku segera berlari ke arah portal dan memberikan energi lagi dengan kekuatanku agar portal itu kembali membesar.

Aku sangat kesulitan memberikan energi tambahan untuk portal itu karena kepalaku yang sangat pusing.

" [Name]! Bertahanlah!" kata Luther lalu menendang kakek Five masuk ke dalam portal itu. Seketika itu juga aku jatuh karena benar benar kehabisan energi. Aku hanya mendengar suara terakhir yaitu..

" Yay kita berhasil" teriak Luther.

" Ah, kopernya bodoh. Kopernya terbelah menjadi dua dan rusak" keluh Five.

" Tunggu, [Name]! [Name]" teriak Five lalu menghampiriku.

Aku memejamkan mata kuning keemasan ku dan tak sadarkan diri.

𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟖 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐚𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐭𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang