Chapter 7

607 107 0
                                    

FIVE POV

Aku, Diego dan Lila turun dan mengejar ayah. Ayah pergi naik mobilnya.

" Aku mulai merasa ayah menghindari kita" kataku.

" Tunggu, dimana [Name]" tanya ku.

" Entahlah" jawab Diego.

" Diego, kau berubah sejak adanya Lila. Bukankah [Name] adalah adik yang paling kau sayang?" tanya ku.

" Aku melihat [Name] tadi turun dan berkata bahwa dia disuruh kau pulang ke rumah Elliott" kata Lila.

" Aku tak menyuruhnya pergi... Aku menyuruhnya untuk menunggu di depan pintu masuk" kata ku.

" Entahlah" kata Lila.

Note : Ini Lila bohong ya.

" Ya sudah jika [Name] sudah kembali ke rumah Elliott. Dia aman" gumamku.

" Aku benci jadi anak menjemukan, tapi ini saatnya kita pergi dari sini" kata Lila.

" Saat kau bilang "kita", siapa yang kau maksud?" tanya ku.

" Kalimat itu tak sarat ambigutas." Kata Lila.

" Dengar, aku tak tahu siapa kau atau dari mana asalmu, tapi apa pun itu, ku sarankan kau segera kembali." Kataku.

" Dia benar Five. Kita harus pergi. [Name] akan baik baik saja. Mungkin dia ada di perpus Mrs. Denisse" kata Diego.

" Nyawamu baru saja kuselamatkan, bocah. Andai tak ada aku, yang tersisa darimu mungkin hanya blazer dan kaus kaki yang penuh darah" kata Lila padaku.

" Dan itu masalahnya, kau terlalu hebat. Kau terlalu banyak tanya. Kau tau lebih banyak dariku dan kau bertarung dengan andal." Kata Five.

" Dia benar." Kata Diego lalu mendukungku.

" Jadi aku tau cara bela diri, dan membuatku menjadi penjahatnya?" tanya Lila.

" Siapa pun kau, kau menghalangiku. Jika aku menemuimu lagi aku akan membunuhmu." Kataku pada Lila lalu aku pergi ke rumah Elliott.

" Elliott, dimana [Name]?" tanya ku.

" Aku mendengar orang masuk tadi. Sepertinya [Name].. Entahlah" kata Elliott.

" Lalu dimana [Name] sekarang?" tanya ku.

" Di perpustakaan Mrs. Denisse sepertinya" kata Elliott menjawab asal. Aku mengangguk pelan lalu menuju meja makan.

FIVE POV END

[NAME] POV

Aku sadar dan terbangun di pagi yang cerah dengan tangan dan kaki yang diikat di kursi.

" Ah, selamat pagi gadis kecil" kata Handler.

" Handler?" tanya ku.

" Yes" jawab Handler. Tiba tiba pintu kamar Handler terbuka, ternyata Lila yang masuk.

" Lila? Kenapa dia ada disini?" gumam ku.

" Ah, pagi yang buruk untukmu bukan?" tanya Lila padaku.

Aku hanya berdecis pelan.

" Apa ibu menjebakku?" tanya Lila lalu menghampiri Handler.

" Tunggu. Lila anak dari Handler?" gumam ku.

" Ah, sayang. Sungguh?" tanya Handler.

" Orang orang Nordik itu? Kata ibu mereka commission. Mereka di pihak kita. Aku sedang dalam proses menjalankan misi kita, misi yang ibu beri padaku, dan mereka halangi kecuali misi menangkap adik Five ini" kata Lila.

" Astaga.." celetuk Handler.

" Dan sekarang aku ketahuan. Five ingin membunuhku dan aku tak tahu apa yang ibu kejar" kata Lila.

" Lila, jangan dengarkan ibumu. Dia menjebakmu" kata ku.

" Aku tak berurusan denganmu" kata Lila lalu menutup mulutku dengan plester.

" Oh ya, kau bawa yang ku minta?" tanya Handler pada Lila.

" Ini" kata Lila sambil memberi pisau Diego.

Handler mengambil pisau itu.

" Duduklah" kata Handler.

" Tidak" kata Lila.

" Ya, kau berdarah dan kemarahan itu buruk untuk kulitmu. Sekarang duduklah" kata Handler.

Aku meronta ronta karena ikatan tanganku terlalu kencang.

" Bisakah kau diam" kata Lila.

" Suntikkan" kata Handler sambil memberikan suntikan yang sepertinya obat bius.

Aku meronta ronta karena tidak mau disuntikkan, namun Lila segera menyuntikkan obat bius itu padaku. Tak lama aku pun tertidur.

Sorenya aku bangun dengan rambut yang berserakan di dekat kursiku.

" Bagaimana? Suka model rambut barumu?" tanya Lila.

Aku menggeleng gelengkan kepalaku. 

Kira kira dipotongnya segini lah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira kira dipotongnya segini lah. 

𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟖 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐚𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐭𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang