Chapter 9

657 113 15
                                    

Pintu Lift tertutup. Aku melihat wajah Luther yang tegang.

" Ada masalah apa kak?" tanya ku.

Tapi Luther tetap tegang seperti menahan sesuatu sampai sampai keluarlah bau tak sedap dari bokong Luther. Dan sialnya lagi aku berada di belakang Luther.

 Dan sialnya lagi aku berada di belakang Luther

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Name ] Gak keliatan ya.. Di belakang Luther.

" Hoek" keluhku.

Five segera menarikku untuk menjauh dari belakang Luther.

" Astaga Luther" keluh Five.

" Maaf, aku gugup." Kata Luther.

Lift berbunyi dan pintu terbuka. Aku segera keluar dari lift dilanjutkan yang lain.

" Menjijikkan. Rasanya seperti tercekik" keluh Allison.

" Baiklah, saat ayah tiba, aku yang berbicara." Kata Five.

" Aku punya beberapa pertanyaan untuknya" kata Diego.

" Ya tapi Jangan menakutinya. Dia bisa bantu hentikan kiamat dan membawa kita pulang" kata Five.

" Tidak Five, kita harus cari tau alasan kenapa ayah ingin membunuh presiden" kata Diego.

" Fokus saja untuk pulang. Waktu kita hidup bukan di tahun ini" kataku.

" Dan ini masalah hidup dan mati, bodoh" kata Five pada Diego.

" Baiklah, mungkin kita harus bergantian bicara, Okay?" Kata Vanya.

Kami duduk di meja makan yang sudah disediakan.

" Gini, siapa pun yang pegang cangkakng keong ini bisa bicara." Kata Vanya.

" Vanya, kita tak punya waktu untuk berdebat" kata Five.

" Coba aku yang pimpin. Aku pembicara publik yang lebih baik dari kalian" kata Allison sambil mengambil cangkang keong tersebut.

" Baik, putri kesayangan ayah." Kata Diego.

" Cemburu, Number two?" tanya Allison.

" Bukankah [Name] lebih disayang ayah?" tanya Klaus.

" Tidak, [Name] lebih disayang ibu" kata Luther.

" Lebih tepatnya [Name] lebih disayang kakak kakaknya dan Diego lebih disayang ibu" kata Allison.

" Tunggu, kenapa kita jadi mempermasalahkan siapa yang lebih disayang?" tanya ku.

" Sudah sudah, diam number eight" kata Luther.

Nyesek lagi ya disuruh diem. Btw kalo kata kata di bold ini berarti author yang komen ya.

" Hei, kita sudah tak ada nomor nomor lagi. Tak ada omong kosong lagi. Kita team zero." kata Diego.

" Ah, diego.. kau tak pegang cangkang kerangnya. Kau tak berhak berbicara" kata Luther.

Diego terseyum lalu mengambil kerang itu dari tangan Allison dan melemparnya hingga pecah.

𝐍𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟖 𝐓𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐚𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐭𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang