CHAPTER 19 RELA

8 3 1
                                        

"Malam ini bulan purnama kembali muncul saat setelah kian lama menghilang entah memang bukan waktunya atau tertutup mendung.

Aku sangat merindukan cahayanya, juga merindukan dia yang telah pergi bersama sahabatku sendiri. Aku ingin pergi, tapi hatiku tak kuat menahan rasa sakit ini.

Aku hanya ingin dia bahagia, sekalipun dia bahagia dengan orang lain, bukan denganku. Aku bingung harus bersikap bagaimana, apa aku harus mundur demi sahabatku?  Atau menetap agar waktu yang menjawabnya.

Yurapun menutup bukunya, dan beralih ke tempat tidur, dia benar benar bingung dan nggak tau harus apa.

"Apa aku harus kesana? " pikirnya.

"Meraih mimpiku disana, dan hidup tenang. " tukas Yura dan optimis.

Pagi yang cerah Yura dan Leon sudah bersiap untuk melaksanakan aktivitasnya masing masing.

"Ra, kamu sakit?  Kok pucet gitu, mata kamu juga sembab lagi. Semalem nangis ya? Knapa?"tanya Leon, sifat posesif-nya mulai keluar lagi.

Yurapun hanya menjawab dengan gelengan kepala. Leon hanya diam, tak mau terlalu dalam ikut campur masalah atau apalah yang dihadapi adiknya ini. Leon yakin Yura bisa mengatasinya sendiri.

"Duluan ya kak.  Assalamualaikum. " tukas Yura dan langsung pergi.

Leon menatap bahu Yura sampai menghilang di pintu. Bingung harus berbuat apa.

Setelah sampai di sekolah Yura hanya diam dikelas seraya menundukan kepalanya diatas tas nya yang ia taruh diatas meja.

Sampai istirahat kedua Yura hanya diam. Nathan tak tega melihat Yura yang selalu diam dan tak mau berbicara sepatah katapun. Sampai akhirnya.

"Yuraa!!  Yura bangun Yur!!  Plis bangun! " teriak Nathan.

"A-aku dimana Than." tanya Yura seraya membuka matanya pelan pelan karna sinarnya yang begitu terik menyilaukan matanya.

"Kamu di rumah sakit.  Tadi kamu pingsan." jawab Nathan.

"Aah pusing banget kepalaku. Kamu sendirian disini? "

"Nggak.. Ada Bagas, sama-"

"Arya? " celetuk Yura.

"Arya nganterin Ima balik, Ima sama Keyra nggak tau kalo lo pingsan. "

Astaga Yur, ngarepin apa sih lo?  Ngarepin kalo yang sekarang disisi gue itu Arya bukan Nathan?  Nggak mungkin!! Jangan berharap lebih nanti lo sendiri yang sakit!!  Ucap yura dalam hati.

"Mau minum nggak? " celetuk Nathan. Jawab Yura dengan anggukan.

"Udah siuman lo. Gue balik ya. Administrasi nya udah dibayar Bu Rati tadi. Cepet sembuh ya Yur. " tukas Bagas.

"Thanks ya Gas. Tiati pulangnya!! " ucap Yura.

"Kamu pasti tadi mikirin Arya ya? Kenapa aku tau? Ya Karena pas kamu pingsan tadi kamu nyebut Arya. Dan satu lagi, kemarin aku nggak sengaja liat Aji, Keyra, Ima sama Arya. Yaa kebetulan aku juga ada disitu." ucap Nathan Panjang lebar.

Iya Than. Emang itu yang lagi aku pikirin. Aku harus apa Than? Ucap Yura dalam hati.

"Yang harus kamu lakuin adalah.. Sabar, tetep semangat. You can't do it! Dan aku yakin kamu bisa ngelewatin ini semua. Ada aku yang selalu ada buat kamu. Bahu inii selalu siap menahan tangisan kamu. " ucap Nathan dengan tersenyum seraya memegang bahunya.

Yurapun ikut tersenyum karena ternyata masih ada orang orang yang care, peduli sama dia.

"Yuraa!! kamu nggakpapa?  Than gimana kondisi Yura.  Yura nggakpapa kan? "

"Nggakpapa kok kak!!  Lebay banget! " ketus Yura pada Leon.

"Kata dokter cuma kecapean aja kok. Dan sore ini bisa dibawa pulang. "

"Syukurlah kalo gitu. " lega Leon.

Merekapun mulai bersiap untuk pulang. Karna tak bawa motor ataupun mobil Nathanpun akhirnya nebeng Leon.

Diperjalanan pulang Yura hanya diam, sedangkan Leon dan Nathan terus ngoceh membahas hobi mereka yang kebetulan sama.

Yura baru ingat inikan jalan melewati rumah Ima. Beberapa meter lagi ada rumah bercat putih besar bak istana megah.

Dan benar saja.
"Mereka.. --- mereka disana --- bersama. " gumam Yura.

Terlihat Arya dan Ima di depan gerbang tengah tersenyum dan tertawa ria. Entah apa yang mereka obrolkan.

Apa aku merelakan saja dan mulai fokus ke study. Menggapai impianku yaitu kuliah di Korsel. Atau menetap menahan perihnya hati ini. Ya aku harus bisa. Ucap Yura dalam hati.

"Duluan ya kak, makasih tumpangannya. Bye Ra." celetuk Nathan.

"Eh iya.. Bye Than.. " ucap Yura seraya melambaikan tangan.

"Cepet sembuh! " teriak Nathan. Yurapun membalasnya dengan acungan jempol.

Setelah melewati rumah Nathan, Yurapun beranjak pindah, duduk di depan.

"Kamu knapa si tadi?  Kok tiba tiba pingsan gitu." celetuk Leon.

"Nggak tau kak. Pusing. " tukas Yura.

"Yaudah yaudah buat senderan aja, istirahat. Besok nggak usah masuk ya? "

"Nggakpapa kak. Aku baik baik aja. Tadi cuma kecapean aja mungkin." tukas Yura.

Merekapun sampai dirumah. Yura langsung masuk kekamarnya. Sedangkan Leon hanya menggeleng gelengkan kepalanya bingung adiknya ini kenapa.

Zrrt zrrtt zrtt

Nada dering telpon Yura berbunyi. Tertulis nama penelponnya adalah Ima. Yurapun mengangkat telfonnya.

"Halo. " ucap Yura singkat, sesudah itu Ima terus terusan menceritakan bagaimana dia bisa diantar Arya dll.

Akhirnya Yura menglos spiker agar dia tetap bisa mendengarkan Ima walaupun dia masih sibuk mencari foto foto wisata alam yang ada di Korea Selatan. Nantinya foto foto itu akan ia pajang di kamarnya agar Yura lebih bisa bersemangat dan selalu ingat bahwa impiannya sudah didepan mata.

"Oke bye. " ucap Yura menutup telf.





YURARYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang