CHAPTER 28 RANGKUL AKU

4 3 1
                                    

Ima mencoba mendekati Angkasa seraya mengambil botol minumnya dan menyipratkan sedikit air ke muka Angkasa. Angkasa sangat terkejut.

"BANGSAT!!! gila ya lu??" Ucap Angkasa tak terima.

"Lu yang gila! Semua pada nikmatin pemandangan napa lu nge-jogrok disini? Kesambet ya lu?" Ceplos Ima. Angkasa tak menghiraukan ucapan Ima, dia lantas meninggalkan dan duduk di bangku yang terbuat dari bambu.

Ima sangat kesal dan menyusul Angkasa karna tak terima ia diperlakukan seperti tadi. 

"Angkasa!!" teriak Ima. Dan duduk disamping Angkasa.

"Ngapain lu ngikutin gue? Pergi!" ketus Angkasa.

"Inikan tempat umum siapapun boleh kali duduk disini. Ngapain lu ngatur-ngatur gue!"

"Kalo lu nggak mau pergi, biar gue aja yang pergi." Balas Angkasa dan meninggalkan Ima sendiri.

"Knapa sih semua pada nggak peduli sama gue! semua ninggalin gue!" Ucap Ima seraya menangis.

Angkasa yang belum terlalu jauh dari Ima bisa dengan jelas mendengar ucapan Ima.

"Jangan nangis di gunung, di culik genderuwo baru tau rasa lu!" celetuk Angkaasa berhenti melangkah.

"Biarin! Biar diculik! sama genderuwo lah, kunti, poci! terserah!" 

""Terserah. Males gue ngomong sama batu." ucap Angkasa dan pergi benar-benar meninggal Ima.

"IHHH ANGKASA!! KOK GUE DITINGGAL!" Ima berteriak, dan melihat sekitar, hawa sunyi sepi menyelimutinya.

" Ih serem juga disini sendiri. Gue ntar diculik beneran lagi!" ucap Ima dan langsung berlari.


Para siswa turun dari gunung.

"Ah padahal baru bentar banget nikmatin pemandangan udah disuruh turun aja." Ucap Ima yang berjalan di belakang Angkasa dari tadi. Angkasa sangat risih dengan celoteh Ima. lantas Angkasa mengeluarkan eirphon dan menikmati musik, ia sangat menikmati lagunya dan terbebas dari kicauan Ima. 

Arya sedikit kelelahan karna menggendong Yura, Iapun berhenti sebentar untuk beristirahat.

"Capek ya? Maaf ya jadi ngrepotin. Nih gue masih ada minum." Ucap Yura seraya memberikan ke Arya. Arya langsung meminumnya sampai habis.

"Eh Ya itu bekas gue" sontak Yura langsung kaget karna itu bekas ia minum.

"Nggak papa bekas calon istrinya sendiri" Spontan Arya.

"apa? lo bilang apa tadi? Gue ngga denger." Ucap Yura.

"Nggak kok nggakpapa, nggak penting." Aryapun melanjutkan perjalanan turun dari gunung dengan senyuman yang sangat manis.

"Yuk lanjut. Kaki gue udah mendingan nih. Gue bisa jalan sendiri. Makasih ya" Ucap Yura seraya berjalan pelan. Belum genap 2 langkah ia sudah hampir jatuh.

"EHH!! Hm gue papah aja deh, biar aman. Ya?" ucap Arya seraya merangkulkan tangan Yura  ke punggung nya. Wajah mereka begitu sangat dekat.

"Jantung lu kok berdetak kenceng banget." Ucap Yura karna tak sengaja memegang dada Arya.

Sontak Arya terkejut dan mengeluarkan keringat dingin. Arya sangat bingung harus menjawab apa agar Yura tak berpikir macam-macam. Arya langsung melepaskan rangkulan tangan Yura dan memegang dada nya seraya mengatur nafas agar detak jantungnya kembali normal. 

Yura sangat kebingungan akan sikap Arya. Di dalam hati Yura sebenarnya pengen ngakak tapi ia tahan agar Arya tak malu. Usaha untuk menahan tawa itupun pecah seketika, Yura tak bisa membendungnya lagi. Dan benar saja Arya sangat malu sampai pipinya memerah.

YURARYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang