CHAPTER 8

10 5 2
                                    

Leonpun langsung membawa Yura pulang, takut dia kenapa napa. Sesampainya dirumah Leon langsung mencari tukang urut, agar kaki Yura bisa kembali.

"Aaaww" jerit Yura saat diplirit. Selesai diplirit Yura tertidur pulas sampai sore.

"Raa Yura"  panggil Leon debalik pintu.

Tak ada sahutan, Loenpun masuk, ternyata adiknya ini masih tidur.
"Ra Yura, bangun udah sore mandi gih" kata Leon membangunkan.

"Ya kak, bentar lagi" jawab Yura tak bersemangat.

"Ayokk buruan buruan, atau mau kakak gendong nih!!" goda Leon.

"Nggak aku bisa kok, udah mendingan kakinya." balas Yura dan segera berdiri menuju kamar mandi dengan berhati hati.

Karena bosan tak ada kerjaan akhirnya Yura pergi ke ruang keluarga dan duduk di sofa empuknya dengan membawa beberapa cemilan dan mulai menonton drakor.

Hari sudah mulai gelap makan malampun tiba, mereka makan malam berdua saja. Tak ada mama papa lagi. Huh betapa sibuknya mereka sampai meluangkan waktu sekecil apapun tak bisa.

Selesai mereka makan terdengar suara mobil terparkir. Papa dan mama sudah pulang. Tapi ada yang aneh.
"Papa tuh seharusnya bisa dapetin itu, berkat kecerobohan papa semua jadi hancur!" crocos Amira saat memasuki rumah.

"Udah ya Mah Papa pusing, papa pengin istirahat. Lagi pula Mama juga tadi diam aja." tukas Wijaya dan langsung masuk kamar.

Leon dan Yura yang sudah terbiasa akan kejadian seperti ini hanya diam termenung. Malas untuk menanyakan ada apa. Nanti mereka malah dimarahi seperti kemarin kemarin.

"Ra masuk kamar gih istirahat, yuk abang papah" Ucap Leon dan memapah Yura menaiki tangga.

Melihat anaknya tak baik baik saja Amira langsung mendekati mereka.
"Yura kamu kenapa? Hah? Apa yang terjadi Yon? Kenapa adik kamu jalannya pincang gini? Plis jawab mama nak?" khawatir Amira.

Leon sebenarnya sudah muak dengan segala ucapan Amira yang basi! Namun dia tau batasannya, mama adalah orang yang udah melahirkan kita, bagaimanapun kita juga harus tetep bisa menghormati.

"Yura jatuh pas main basket ma, dia butuh istirahat, mama mending urusin kerjaan mama, jangan sok peduli dengan kami" ketus Leon dan langsung pergi mengantar adiknya.

Amira benar benar terkejut mendengar perkataan anaknya. Tapi tetap saja Amira dan Wijaya benar benar dibutakan oleh pekerjaannya. Mereka belum juga sadar kalau anaknya juga butuh mereka.

Mentari tertutup awan mendung pagi ini. Yura yang sudah bangun sejak pukul 04.00 hanya bisa termenung. Memikirkan Mama dan Papanya. Mereka hanya bertemu dikala pagi dan malam jika Yura belum tidur.

Saat sarapanpun tak ada yang berbicara, senyap. Leon yang biasanya membahas pekerjaan dengan papa juga hanya diam membisu.

Saat didepan pintu rumah Yura terkejut saat kakaknya ini sudah ada disampingnya.
"Ra, nanti berangkat bareng abang, takut ngerepotin Nathan terus kalo berangkat bareng dia." celetuk Leon dan diangguki oleh Yura.

Sesampainya disekolah, ternyata masih sepi hanya ada satu dua yang sudah datang. Nampaknya ia terlalu pagi datengnya.

Saat dikelas rasanya amat sunyi. Ternyata baru dia yang datang biasanya ada Inggit yang dateng duluan. Yurapun menyalakan lampu dan membuka buka jendela agar udara segar pagi ini masuk diiringi angin pagi.

Saat menaruh tas di bangkunya, Yura amat terkejut saat ada suara seperti mengetuk di lemari kelasnya. Yura yang sebenernya penakut mmeberanikan diri untuk mendekati dan membawa sapu jika ternyata itu hewan.

YURARYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang