PART'22

103 14 0
                                        

"Ku kira kamu penyembuh luka, tapi ternyata kamu penambah luka."

****

Banyak sekali pesan yang masuk pada handphone Balqis saat tadi ia memasang statusnya.

Mulai dari Dinda, Ratih, Nisa, Nadya, Sinta serta teman pekerjaan yang menanyakan, kenapa? Apa yang terjadi? Tapi Balqis belum ingin membalasnya. Ia masih merasa syok atas kejadian yang menimpanya hari ini.

Balqis mengikuti acara tahlilan dirumah Husain.

"Sabar shalihah. Jangan menangis, kasian Husain. Mungkin dia sudah tenang disana."

"Tehh..." Balqis memeluk Aulia.

"Kenapa terjadi secepat ini Teh?" Aulia tersenyum dengan air mata yang akan menetes.

"Ini semua sudah ketentuan Allah sayang. Perihal kematian, tidak ada yang bisa menghindar. Kita semua akan mati kok, tinggal menunggu waktu saja. Jadi lebih baik kita doakan saja agar dilapangkan kuburnya, bisa ditempatkan disisi terbaikNya."

Seusai digelar acara tahlilan. Keluarga Balqis pamit kepada keluarga alm. Husain.

Balqis pamit pada Yuli. Balqis memeluk mantan calon ibu mertuanya.

Tangisan mereka pecah. "Nak, maafin anak Mamah ya kalau selama ini punya salah."

"Ngga Mah, a Husain sangat baik. Balqis juga minta maaf ya," ucap Balqis.

"Nanti barang yang kalian sudah beli, jangan dikembalikan pada kami ya. Simpan saja untukmu, dan benar kata Husain menikahlah dengan orang yang kamu cinta dan mencintai kamu. Doa Mamah akan terus bersamamu. Kamu anak baik pasti akan dapat yang lebih baik."

"Tapi Mah, aku gak enak nyimpen barang² bukan punya aku. Aamiin mah terimakasih, doaku juga selalu menyertai Mamah." Balqis kembali memeluk erat Yuli.

"Gapapa sayang, simpen aja sama kamu. Atau nanti kalau kamu nikah boleh pake barang dari Husain."

"Terimakasih banyak Mah," ucap Balqis tulus.

****

Balqis berdiam diri dikamar nya. Ujian yang Tuhan beri cukup membuatnya hampir menyerah.

Pada saat sedih seperti ini, ia langsung teringat buku catatan yang selalu ia pakai saat dirinya sedih.

Balqis membuka satu persatu halaman. Semuanya tentang Abi, tidak ada satupun tentang Husain.

Balqis mengambil pulpen yang terletak tak jauh dari dirinya.

A kepergianmu begitu menyesakkan dada.
Kepergianmu terasa begitu cepat.
Sampai saat ini aku belum bisa menerima.

A.

Ku kira kamu penyembuh luka, tapi ternyata kamu penambah luka.

Hari ini hari yang mungkin akan aku benci.
Karena hari ini aku kehilanganmu.
Selain itu, orang yang aku cinta akan menikah dengan orang yang dia cintai.

Hari ini aku sangat-sangat hancur. Mengapa? Mengapa Tuhan memberikanku ujian seperti ini? Apa rencana sebenarnya?

A.
Beritahu aku cara untuk bertahan disaat aku sangat tertekan.
Beritahu aku cara tersenyum saat hati sedang mendung.
Beritahu aku caranya ikhlas saat ujian terjadi begitu deras.

Balqis terus meneteskan airmatanya saat menuliskan itu. Suara handphone pun terus berbunyi, mau tak mau Balqis mengaktifkan mode silent. Balqis langsung mencari kontak Dinda. Karena hanya Dinda yang ia percaya sepenuhnya.

Dinda

Ada apa Qis? Apa yang terjadi?

Assalamu'alaikum Din, bisa kerumah sekarang?

Pesan sebelumnya dari Dinda tidak Balqis jawab, lebih baik ia bercerita langsung.

Tak berselang lama terdengar notif dari handphone Balqis. Dan itu balasan dari Dinda yang bersedia kerumahnya.

Tak butuh waktu lama untuk Dinda sampai dirumah Balqis, kini Dinda sudah berada di kamar Balqis.

Balqis langsung memeluk Dinda.

"Kenapa Qis? Apa yang terjadi?"

Bukannya menjawab, gadis itu terus menangis di dekapan sang sahabat.

"Tenangin diri kamu Qis, banyak inget Allah. Banyakin istighfar," ucap Dinda.

Perlahan, tangisan Balqis sedikit mereda.

"A Husain menimggal Din," ucap Balqis lirih.

Dinda langsung menutup mulutnya.

"Innalillahi wainna ilahi raajiuun, kenapa bisa?" Dinda turut meneteskan airmata ketika mendengar kabar tersebut.

Balqis pun menceritakan semuanya pada Dinda. Karena, sampai saat ini hanya Dinda yang ia percaya untuk bercerita.

"Hari ini hari yang sangat berat buat aku. Mungkin kedepannya aku bakalan benci tanggal ini, aku gak tau kedepannya aku bakalan kuat ngadepin ujian yang Allah kasih atau ngga."

"Kamu kuat, laa yukallifullohu nafsan illaa wus'ahaa. Allah gak akan membebani seorang diatas batas kemampuan hambanya. Aku tau ini berat, berat banget buat kamu, tapi ku harus yakin bisa lewatin ini semua. Ada aku, orangtua kamu, sahabat kamu dan orang-orang yang sayang sama kamu bakalan terus dukung kamu. Dan ingat, gak ada hari sial. Semua hari itu baik."

Balqis menganggukkan kepalanya yakin.

"Makasih ya Din. Aku gak tau harus cerita ke siapa lagi. Bantu aku bangkit ya Din!"

"Pasti!"

"Lemah banget ya Din aku ini, padahal orang-orang diluaran sana ujiannya lebih berat dari aku. Tapi mereka kuat, sedangkan aku baru dikasih ujian segini juga langsung mikir tuhan gak adil,"

"Itu perasaan yang wajar Qis. Siapa sih yang gak sedih orang terdekatnya pulang ke pangkuan Sang Pencipta? Semua pasti sedih Qis. Hanya saja kita harus tau gimana cara nyikapinnya. Jangan sampe salah arah,"

Balqis kembali memeluk Dinda, rasanya sangat beruntung mendapatkan teman yang sangat pengertian seperti ini.

"Oh iya Din, nanti anter aku ya?"

"Kemana?

"Ke acara tunangan,"

"Wahh, boleh. Tunangan siapa Qis?"

"ABI"

****

TBC:)

Maaf lama update. Lagi gak ada ide hehe.

10 vote aku lanjut hari ini🙌

Cimahi, 22 Februari 2021

Salam hangat,

Fdsfmly💙

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang