Hembusan angin menerpa tubuh Balqis. Perempuan itu tengah menatap tanaman-tanaman yang ia tanam. Matanya menatap tanaman, tapi hati dan fikirannya berkelana pada isi ceramah di kajian kemarin. Apakah benar hijrahnya hanya karena Allah? Atau karena ikut tren?
"Gak baik nak pagi-pagi gini melamun. Pengen kesambet kamu," ucap Mamah disertai senyum.
"Astaghfirullah Mah, amit-amit deh."
"Ngelamunin apa sih anak Mamah ini?"
"Gak ada, cuma liat perkembangan tanaman aku aja mah. Ngeliatnya aja bikin hati tenang," ucap Balqis sedikit berbohong.
"Iyaa, maka dari itu Rasulullah sangat senang saat menatap tanaman hijau."
"Iyaa Mah, bener. Mamah gak masak? Balqis mau bantu,"
"Memangnya kamu gak kerja?"
"Mamah, ini kan tanggal merah. Jadi Balqis libur," jawab Balqis.
"Oh iya kah sekarang tanggal merah? Mamah udah lama gak liat kalender, jadi gatau deh."
"Iya Mah, yaudah yuk. Sekalian Balqis belajar masak,"
Ibu dan anak itu kini menuju dapur, mereka mulai membuat sesuatu yang Balqis tidak suka. Mereka membuat sup ayam, dan Balqis tidak suka itu. Tapi, bagaimana pun juga, segimana gak suka nya Balqis dengan makanan ini, ia tetap harus belajar karena suatu saat ia akan menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.
"Mah, nanti ajarin Balqis buat kue yah."
"Boleh, kapan?"
"Minggu siang atau sore aja gimana Mah? Udah selesai sarapan kita beli bahan-bahannya," usul Balqis.
"Boleh, sekarang kamu siapin dulu makananya ke meja makan."
"Siapp bos!"
****
Untuk mengisi hari liburnya ini, Balqis menghabiskan waktunya bersama teman-teman rumah. Mereka akan berkumpul dirumah Dinda.
Sebelumnya, mereka akan membeli dulu makanan ringan untuk cemilan mereka nantinya, karena mereka akan menonton film horror dengan durasi cukup panjang.
Sebenarnya Balqis tidak terlalu suka dalam hal menonton, apalagi yang durasinya sampau berjam-jam dan tidak ada manfaatnya. Jika boleh memilih, ia lebih baik menonton ceramah ustadz-ustadz yang memberikan banyak ilmu untuknya.
Tapi tak apa, hanya sekali ini saja.
"Gimana perkembangan Abi, Tih?" Pertanyaan Nisa cukup membuat Balqis terdiam beberapa saat."Perkembangan apaan?"
"Ya perkembangan informasi tentang dia lah," ucap Nisa santai.
"Baru dikit, soalnya aku cari akun sosial media nya gak ada. Setua itukah Abi?"
"Hahaha, mungkin dia tidak memakai nama aslinya. Atau mungkin nama akunnya disingkat," ucap Nisa kembali.
Dinda diam tak ikut menanggapi, sedangkan Balqis ia sedang meredam perasaan cemas saat ini.
"Bisa jadi sih, au ah pusing dede." Ratih mengerang frustasi.
"Balqis nih, gimana tau soal Abi gak?"
"Kok jadi ke aku?"
"Yaa kali aja kamu deket," ucap Nisa.
"Nisaaa, berapa kali harus aku bilang kalo aku gak dekat sama Abi, kenal aja ngga." Balqis merasa kesal.
"Hehe, peace Qis." Nisa mengacungkan 2 jarinya.
"Udah deh, daripada bahas yang gak penting mending kita cari makanan buat cemilan nanti." Dinda buka suara.
"Gowww,"
Mereka semua berjalan bergandengan. Nisa dengan Ratih, sedangkan Balqis dengan Dinda.
Mereka berjalan karena jaraknya tidak cukup jauh. Malah bisa dibilang terlalu dekat.
Sepanjang perjalanan, mereka bercerita semua hal yang semestinya tidak perlu diceritakan. Dari mulai kegiatan sehari-hari sampai dengan masalah Hati.
Dalam masalah hati, Balqis sangat pandai dalam menyembunyikan segala sesuatu tentang hatinya, terlebih tentang tambatan hatinya. Ia menutupi nya rapat-rapat. Itu sama halnya dengan Dinda, dia juga pandai menyembunyikan hal itu, tapi tak sepandai Balqis.
Kini mereka telah sampai pada sebuah minimarket. Mereka mulai membeli, semua yang mereka inginkan dimasukan kedalam keranjang belanjaan.
Setelah merasa puas, mereka langsung pergi ke kasir untuk membayar semuanya.
Belanjaan sudah dibayarkan. Kini mereka kembali jalan pulang. Balqis mendorong pintu minimarket tersebut.
Disaat yang sama pula, Abi mendorong pintu disebelahnya.
Balqis terdiam sejenak melihat Abi yang hanya meliriknya.
Sedangkan Nisa dan Ratih, mereka mulai heboh. Karena ada Abi.
"Tih, liat tuh siapa yang masuk." Nisa menunjuk Abi.
"YaAllah, pangeranku," pekik Ratih tertahan.
Balqis segera keluar dari minimarket tersebut, sedangkan Abi mulai memasuki minimarket.
"Ya ampun Tih, ganteng banget sumpah Abi. Kayanya aku suka deh Tih, gimana?"
"Ehh, enak aja! Abi itu milik aku! Gak boleh ada yang dapet kecuali aku!" Ratih sedikit egois.
"Belum juga halal, udah nge klaim milik kamu. Kita bersaing secara sehat aja, belum tentu juga yang dipilih Abi itu kamu." Nisa tertawa meremehkan.
"Oke! Kita bersaing secara sehat."
'apalagi ini YaAllah?' batin Balqis.
"Udah deh, gak usah pada ribut. Sekarang kita pulang biar langsung nonton film nya," ucap Dinda meleraikan.
Mereka mengangguk. Kini mereka jalan sendiri-sendiri. Sebelum pergi, Balqis menoleh kearah supermarket kembali.
'mereka meminta mu lewat kata, tapi aku meminta mu lewat doa. Mereka memintamu pada dirimu sendiri, sedangkan aku meminta mu pada sang pemilik hati' -Balqis
Balqis pun segera meninggalkan tempat tersebut bersama teman-temannnya
****
Tbc.Terimakasih telah membaca.
Ambil yang baik, buang yang buruk.🌷
Maaf cerita semakin absurd. Semoga suka.
Jangan lupa vote dan komennya🌼
Cimahi, 23 Agustus 2020
Fdsfmly
![](https://img.wattpad.com/cover/214878754-288-k574952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
Romance[Ayo Baca!] [Typo Bertebaran] Cinta dalam diam? Entah berapa banyak doa yang telah aku panjatkan pada Tuhan, agar kita dapat dipersatukan Entah berapa kali ingin 'menyerah' namun hati tak bisa 'pasrah'. Entah berapa banyak kata 'ikhlaskan' namun ha...