Sepertiga malam terakhir Balqis bangun untuk menunaikan sholat tahajud. Sholat yang memiliki banyak keutamaaan, salah satunya terkabul hajat.
Balqis segera mengambil wudhu dan segera menunaikan sholat tahajud. Banyak sekali yang ingin ia sampaikan pada RabbNya.
"Assalamu'alaikum warrahmatullah," ucap Balqis mengucap salam.
Balqis mengangkat tangannya.
"Ya Allah, Engkau pasti tahu apa yang aku rasakan saat ini. Hamba-Mu yang lemah ini sedang mencintai Hamba-Mu yang lain dari kaum Adam, namanya Abi. Aku tidak tahu mengapa rasa cinta ini semakin hari semakin besar. Hamba mohon, dekatkanlah kami, jodohkanlah kami yaAllah. Aamiin," doa Balqis.
Selain berdoa itu, Balqis pun meminta agar diberi ampunan pada dirinya, orangtuanya, dan diberikan rahmat serta keridhoan dalam hidupnya.
Sambil menunggu adzan subuh, ia membaca al-Qur'an. Suaranya sangat merdu, bahkan pernah ada yang mendengar suara nya sampai menangis.
Adzan subuh berkumandang. Balqis mengakhiri baca Qur'annya. Segera menunaikan sholat, sebelum sholat fardhu, ia menunaikan sholat qabliyah subuh yang ganjarannya sangat luar biasa.
****
Balqis dan kedua teman kantornya sedang beristirahat, mereka baru saja beres sholat dan berniat untuk makan bersama.
"Qis, nanti kita ke Mall yuk," ajak Sinta.
"Boleh, kita bertiga?"
"Iya Qis, bertiga sama Nadya." Nadya mengangguk tanda setuju.
"Okee deh, tapi Balqis bilang dulu ke Bapak ya," ucap Balqis.
"Iya silahkan,"
Balqis pun menelpon Bapaknya untuk meminta izin pergi, dan alhamdulillah beliau mengizinkan.
"Gimana Qis?"
"Sabar dulu kali Sin, Balqis baru juga tutup teleponnya."
"Alhamdulillah boleh Teh, tapi pulangnya jangan terlalu malem."
Nadya dan Sinta pun mengiyakan. Mereka pun kembali ke niat awal, yaitu makan siang bersama.
Cerita terus mengalir ketika mereka makan, tentunya cerita yang berfaedah. Yang menambah ilmu, khususnya dalam agama.
Makan pun selesai, masih ada waktu tersisa untuk mereka lanjut bercerita.
"Kalian pernah mengalami cinta dalam diam?" Balqis tersentak dengan pertanyaan yang dilontarkan Nadya.
"Kenapa nanya gitu Teh?"
"Pengen tau aja, gimana pengalaman kalian mencintai seseorang dalam diam, mendoakannya setiap malam," jawab Nadya.
"Kalo kata aku sih tentunya hampir semua orang pernah mengalami cinta dalam diam. Orang yang mengalami cinta dalam diam menurutku sangat hebat. Dia itu harus bertarung antara hati dan fikiran, dengan pilihan bertahan atau melepaskan," ucap Sinta.
"Bener banget aku setuju sama Teh Sin, cinta dalam diam itu ibaratnya gini, dalam diam mendoakan, dalam diam mengharapkan, dan dalam diam pula harus mengikhlaskan," sambung Balqis
"Kalian ada pengalaman?"
Balqis dan Sinta saling bertatapan. Kemudian mereka berdua mengangguk.
"Ceritain dong!" Nadya sangat antusias mendengarkan cerita mereka berdua.
"Rahasia," ucap mereka bersamaan dengan sedikit tawa.
"Ish, cepet dong cerita."
"Udah jam 1, waktunya kerja lagi." Nadya berdecak sebal.
Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
****
J
am pulang pun telah tiba, mereka membereskan tempat kerja mereka. Dan akan segera pergi ke Mall.
"Aku sama siapa?"
"Sama aku boleh, sama Sinta boleh. Terserah deh," jawab Nadya.
"Yaudah aku sama Teh Sin yaa," ucap Balqis
Ia pun segera menaiki motor Sinta. Dan mereka pun segera pergi.
Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai ditempat yang dituju. Mereka segera memarkirkan motor, dan masuk ke dalam Mall tersebut.
Tidak seperti wanita lain, Balqis tidak terlalu suka untuk jalan-jalan seperti ini. Ia lebih baik diam dirumah tiduran, tapi berhubung tidak sering jadi Balqis iyakan saja.
Mereka memasuki toko kecantikan. Jujur saja, Balqis tidak tertarik karena ia tidak pernah menggunakan yang seperti itu. Jika ke kantor pun hanya menggunakan liptint saja tanpa memoleskan bedak di wajahnya.
"Qis mau beli yang mana? Aku traktir deh," ucap Sinta.
"Hah? Aku?"
"Iyaa Qis. Kamu mau beli yang mana? Mumpung aku lagi baik nih," jawab Sinta.
"Gak deh, aku kurang suka sama beginian. Takut gak cocok ke muka nya," tolak Balqis.
"Yahh, yaudah deh."
"Teh Nad beli apa?"
"Gatau Qis bingung akutu. Kalo udah disini bawaannya pengen beli semua," ucap Nadya disertai tawa kecil.
"Beli yang butuhnya aja Teh Nad, nanti mubadzir lagi kalo dibeli semua."
Nadya tertawa mendengar pernyataan dari Balqis. "Ya ngga lah Qis, buat apa juga aku beli semua."
Setelah dapat apa yang mereka mau, mereka mencari mushola, karena adzan maghrib sudah berkumandang.
Dari kejauhan Balqis memicingkan matanya. Melihat apa seseorang yang keliatannya ia kenal.
Orang itu semakin mendekat. Wajahnya pun semakin jelas Balqis lihat. Dan benar saja, itu orang yang sangat-sangat Balqis kenal. Siapa lagi kalau bukan...
Abi.
Balqis menunduk ketika Abi melihat Balqis juga. Hati Balqis sedikit tercubit melihat pemandangan didepannya. Bagaimana tidak, sekarang Abi sedang berjalan bersama seorang wanita cantik dengan rambut yang digerai indah. Hampir saja ia meneteskan air mata, untung masih bisa ia tahan.
'Balqis kau harus sadar diri. Dia sudah memiliki kekasih yang sangat cantik, jika dibandingkan denganmu tidak ada apa-apanya.' batin Balqis berteriak.
"Qis gakan masuk buat ngambil air wudhu? Ini udah sampe loh." Saking sibuk dengan fikirannya, ia tak sadar telah sampai mushola.
"Astaghfirullah, iya Teh ini mau." Balqis segera bersiap mengambil wudhu dan sholat.
Selepas sholat, mereka langsung pulang. Karena sudah cukup untuk mereka shopping.
'Baru saja tadi membicarakan cinta dalam diam. Dan ini konsekuensi yang harus aku terima, patah hati dengan hal yang sama.' Balqis memandang indahnya pemandangan malam.
Sementara disisi lain, seorang lelaki merasa hatinya tidak enak setelah melihat gadis yang beberapa hari belakangan memenuhi fikirannya.
'Apa yang sedang hatiku rasakan kini? Mengapa aku melihat tatapan terluka dimatanya? Mengapa aku ingin menjelaskan semuanya, bahwa yang ia lihat tidak seperti yang ia bayangkan.' ucap Abi.
****
Cimahi, 4 November 2020
Salam hangat
Fdsfmly❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
Romance[Ayo Baca!] [Typo Bertebaran] Cinta dalam diam? Entah berapa banyak doa yang telah aku panjatkan pada Tuhan, agar kita dapat dipersatukan Entah berapa kali ingin 'menyerah' namun hati tak bisa 'pasrah'. Entah berapa banyak kata 'ikhlaskan' namun ha...