PART'23

200 20 4
                                    

Hari ini Balqis sedang menunggu Dinda. Mereka akan pergi ke acara tunangan Abi dan Clara. Balqis sudah mempersiapkan hati dan pikirannnya untuk menerima kenyataan bahwa orang yang sangat ia cintai dalam diamnya akan dimiliki orang lain.

Balqis memakai gamis polos cantik berwarna peach yang senada dengan khimarnya. Dirinya terlihat cantik dengan polesan sedikit make up di wajahnya. 

"Assalamu'alaikum Balqis," ucap Dinda dari luar.

Mendengar suara Dinda, Balqis cepat keluar.

"Waalaikumussalam Din. Aku pamit dulu ya."

Balqis pamit pada Mamahnya. Lalu pergi dengan Dinda.

Mereka pergi menggunakan sepeda motor. Sepanjang jalan mereka bercanda ria, tak jarang Dinda memberi semangat pada Balqis. Karena Dinda tau semua cerita cinta Balqis.

Jarak yang cukup dekat membuat mereka hanya menghabiskan sedikit waktu saja.

Mereka sudah sampai pada sebuah gedung yang cukup megah. Dinda memarkirkan motornya tak jauh dari pintu masuk.

Hati Balqis berdegup sangat kencang, gelisah pula melanda perasaannya.

Balqis tersentak saat Dinda menggenggam tangannya. Dinda lalu tersenyum menguatkan Balqis, dan mereka pun memasuki gedung tersebut.

Acaranya sudah dimulai, Abi terlihat gagah dengan tuxedo berwarna putih. Dan Clara memakai kebaya serupa.

Kini Abi sedang berbicara untuk meminang Clara didepan orangtuanya. Dan orangtua Clara menerima pinangan Abi untuk anaknya.

Kini tiba pertukaran cincin antara keduanya. Dipasangkan oleh ibu masing-masing. Balqis yang menyaksikan itu hatinya terasa tersayat. 'Inikah cemburunya Engkau Allah saat aku lebih mencintai hambaMu dibandingkan Engkau?' batin Balqis.

Sebagaimana Balqis telah mempersiapkan hatinya menerima kenyataan, tapi tetap saja pertahanan yang ia bangun akhirnya runtuh juga. Hatinya hancur melihat orang yang selama ini ia doakan dalam diamnya telah bersanding dengan orang lain, meskipun belum ke jenjang pernikahan.

Air mata Balqis tiba-tiba terjatuh. Balqis langsung menyekanya. Ia tak mau ada orang yang melihat dirinya menangis.

Tiba sesi foto. Mereka -Abi dan Clara- berfoto dengan memperlihatkan cincin tunangan mereka. Clara terlihat sangat bahagia, senyum lebarnya tak pudar dari bibirnya. Balqis membayangkan jika dirinya yang berada disebelah Abi, pasti ia akan merasakan apa yang dirasakan Clara. Tapi dengan cepat Balqis menyingkirkan pikirannya itu.

Sekarang mulai memberi selamat pada pasangan tersebut. Balqis dan Dinda maju untuk memberikan selamat. Balqis memasang senyum terindahnya, kini ia harus ikhlas. Karena jika mencintai seseorang, bukan selalu harus bersama tapi harus memastikan bahwa dia selalu bahagia.

"Selamat A', semoga lancar sampai hari H." Balqis menangkupkan tangannya di depan dada.

"Terimakasih Qis, mana pasanganmu? Bukankah kalian akan menikah?" Goda Abi.

Mendengar itu Balqis hanya terseyum getir. Abi memang tidak tahu bahwa Husain telah meninggal.

"Selamat Teh, semoga lancar segalanya." Balqis menyalami Clara, namun siapa sangka Clara memeluknya.

Balqis terkejut, namun dirinya langsung membalas pelukannya.

'Setidaknya pilihanmu tidak salah Bi, aku ikhlas.' batin Balqis

Balqis dan Dinda pun langsung menuju pintu keluar. Mereka memutuskan langsung pulang saja, tidak makan. Karena mereka tidak nafsu makan.

"Gimana? Sakit?"

Balqis terseyum meskipun hatinya menangis. Sejak tadi Balqis menguatkan hatinya untuk ikhlas, namun bisakah ia ikhlas hanya dalam hitungan jam saja? Tidak.

"Alhamdulillah, sangat."

"Jangan berharap sama manusia lagi ya Qis," ucap Dinda.

"Benar Dinda, selama ini aku terlalu berharap pada manusia. Sehingga Allah timpakan padaku sakitnya sebuah pengharapan," ucap Balqis.

"Kamu kuat, aku tau itu. Menangislah, karena tidak selamanya menangis itu lemah. Tapi nanti dirumah aja ya nangis nya, disini malu banyak orang." Dinda tertawa mengakhiri ucapannya.

Balqis pun ikut tertawa dengan pernyataan Dinda. Beruntung sekali dirinya mempunyai sahabat seperti Dinda.

"Udah ah, ayo pulang. Atau kita jalan-jalan dulu aja?"

"Pulang aja Din."

"Mau cepet-cepet nangis ya Qis? Haha!"

Mereka berdua tertawa bersama-sama.

Dinda pun mengeluarkan motornya dari parkiran. Keduanya menaiki motor dan pulang.

Balqis menikmati jalanan yang cukup sepi. Ia berteriak meluapkan segala isi hatinya. Hal yang sama pun dilakukan Dinda. Mereka berdua kemudian tertawa kembali.

Mereka telah sampai dirumah Balqis. Dinda pun pamit pulang, sedangkan Balqis langsung masuk untuk membersihkan diri. Setalah itu tak lupa ia ambil buku hariannya.

"Selamat."

Abi, ku kira kepergian Husain paling menyakitkan.
Ternyata kepergianmu yang sangat menyakitkan.

Abi, cukup sampai disini perjuangan dalam merayu Rabb untuk memintaMu.
Allah tidak mengijinkan kita untuk bersama.
Saat ini, jujur saja aku merasa hancur.
Tapi aku yakin rencana Allah sangat indah untukku dikemudian hari.

Abi, selamat atas pertunanganmu.
Aku ikut bahagia, meskipun hatiku menangis.
Semoga Allah meridhoi kalian untuk lanjut ke jenjang pernikahan.

Abi, selamat tinggal.
Maafkan aku yang sudah diam-diam memintamu pada Rabb ku.
Mungkin Rabb ku cemburu karena aku terlalu mencintaimu dan mengabaikanNya.

Maafkan aku yang selalu memperhatikanmu dari jauh.
Maafkan aku yang selalu terbayang wajahmu ketika senyum.

Terimakasih telah menjadi pewarna dalam doaku. Kini saat nya aku berhenti.

Abi, aku menyerah, aku kalah, aku pasrah. Kini ku serahkan semuanya pada Allah🥀

Balqis menutup buku hariannya. Ia harus kembali semangat jangan putus asa hanya karena laki-laki. Masih untung ditinggalkan manusia, masih ada Allah yang memberi warna hidupmu. Tapi, jika sampai ditinggalkan Allah bagaimana gelapnya hidupmu?

****

Tbc:)

Assalamu'alaikum semua.

Maaf banget jarang update. Lagi gada ide huhu.

Maafin ceritanya makin gak nyambung. Semoga masih ada yang nunggu ceritaku ini.

Love you guys❤️

Cimahi, 18 Maret 2021

Salam hangat,

Fdsfmly💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang