PART'21

104 15 0
                                    

Setelah mendapat telepon dari Yuli, Balqis segera pulang kerumah dan memberitahu kedua orang tuanya. Air matanya terus saja mengalir, meskipun belum ada rasa cinta namun rasa ketertarikan ada membuat Balqis terus menangis.

"Assalamu'alaikum." Balqis langsung masuk ke kamar. Ia langsung duduk dan beristighfar sebentar.

Rita yang mendengar tangisan Balqis panik. Ia segera menghampiri anaknya.

"Ada apa nak?"

Balqis terus menangis.

"Mah a Husain Mah," ucap Balqis lirih.

"Kenapa Husain?"

"Dia.."

"Kenapa Qis? Jangan buat Mamah penasaran. Dia nyakitin kamu?"

Balqis menggeleng pelan.

"Lalu kenapa?"

"A Husain kecelakaan Mah, keadaannya parah."

"Innalillahi, ayo kita ke rumah sakit Qis. Kamu masih bisa bawa motor kan?" Balqis mengangguk.

"Pake motor siapa Mah? Motor kita kan dipake Aa sama Bapa," ucap Balqis pelan.

"Lupa Mamah, yaudah kita naik angkot aja." Mereka berdua pun berdiri dan langsung pergi, tak lupa membawa dompet.

Mereka pun langsung mencari angkot yang sesuai jurusannya. Tak berselang lama kendaraan roda empat itu pun muncul dan mereka langsung naik.

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai, hanya 10 menit mereka sudah ada di depan Rumah Sakit itu.

"Assalamu'alaikum Mah," ucap Balqis dengan lirih langsung memeluk Yuli.

"Waalaikumussalam," balas Yuli.

"Kenapa ini Mah? Sekarang gimana keadaanya?"

"Dia sedang diperiksa dokter. Kita doakan yang terbaik saja," ucap Yuli.

Mereka sama-sama terdiam untuk saling mendoakan. Begitu pun dengan Rita yang sedari tadi diam tidak ikut bicara.

Tak berselang lama sang dokter pun keluar dari ruangan.

"Mohon maaf, apakah ada yang bernama Balqis?"

Balqis maju. "Saya dok,"

"Pasien ingin berbicara dengan sodara Balqis,"

"Hanya saya dok? Apakah boleh kedalam berdua?"

Dokter tampak memikirkannya. Lalu mengangguk.

Air mata Balqis jatuh kembali saat melihat keadaan Husain yang tak berdaya. Ia pun segera menghampirinya.

"Qis," panggil Husain sangat lirih.

"Kenapa A? Ada yang sakit?" Husain menggeleng.

"Maaf ya kalau pernikahan kita ga jadi." Giliran Balqis yang menggelengkan kepalanya.

"Ga! Kita harus jadi nikah A'. Semua udah siap, undangan udah disebar tinggal kita nunggu waktu nya."

"Umur gak ada yang tau Qis," ucap Husain lirih.

"Iya A', tapi Aa' harus yakin bahwa umur Aa' masih panjang." Balqis memberikan semangat.

Husain hanya tersenyum.

"Menikahlah dengan orang yang kamu cintai dan mencintai kamu," ucap Husain dengan senyum tipis.

Balqis kembali menggeleng. "Emang A Husain gak cinta sama Balqis?"

Husain kembali tersenyum. Entah mengapa hari ini sangat sering sekali tersenyum.

"Cinta. Sangat cinta. Dari pertama nadzor saat taaruf, aku sudah jatuh cinta dengan akhlak kamu."

"Berarti kita bisa menikah,"

"Iya kamu bisa, tidak dengan aku."

"Aa jangan ngomong gitu. Gak boleh mendahului takdir," ucap Balqis dengan airmata yang terus menetes.

"Jangan nangis. Kalau kamu nangis aku ga bisa usap airmata kamu, kita belum mahrom." Husain terdiam sejenak.

"Aku ingin sekali genggam tangan kamu saat sakaratul maut, tapi aku gak mau mati dalam keadaan suul khotimah karena aku pegang tangan yang bukan mahrom. Tuntun aku ya saat aku sakaratul maut nanti," lanjutnya.

"Jangan ngomong gitu A! Aa pasti sembuh," ucap Balqis dengan airmata yang terus jatuh.

Husain menutup matanya sebentar, lalu mulutnya seperti yang ingin mengucapkan sesuatu. Sadar akan itu, Balqis menuntun Husain membaca kalimat syahadat.

"Ash..ha..du..ala ilaha..ill..allah," ucap Husain mengikuti perkataan Balqis.

Saat mengucapkan Husain terlihat menahan sakit.

Bukankah saat sakaratul maut adalah saat mengerikan?

*Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya”[2].

Namun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Mata Husain tertutup, bibirnya melengkungkan senyuman yang indah. Seakan kehidupan selanjutnya lebih indah daripada dunia.

Yuli segera memeluk putra kesayangannya. Sementara Balqis menutup mulutnya karena sedari tadi ia ingin menjerit. Airmatanya terus menangis.

'Tuhan, apalagi ini?' batin Balqis berteriak.

Tak berselang lama Ayah Husain, Rita serta Yusuf dan Ibra yang tadi di telpon oleh Rita memasuki ruangan. Ibra langsung memeluk adik kesayangannya.

"Qodarullah. Gak ada yang bisa menolak kematian bahkan hanya satu detik," ucap Ibra.

Balqis mengeratkan pelukannya pada sang kakak.

"Kenapa?" Lirih Balqis.

"Bukan jodoh. Ingat Balqis jodoh, maut, rezeki semua ditangan Allah. Itu sudah tertulis di lauh mahfudz 50.000 tahun lalu. Ikhlaskan walau sulit. Kalau sayang jangan tangisi."

Jenazah Husain pun segera diurus oleh pihak rumah sakit. Dan langsung dibawa ke rumah untuk dimandikan, disholatkan dan dikuburkan.

Sampai dirumah, Ibra ikut memandikan. Dan saat disholatkan Balqis ikut menyolatkan. Ia belum memberitahu teman atau saudaranya. Karena masih syok.

Saat pemakaman, Balqis tidak berhenti meneteskan airmata. Banyak sanak saudara yang mengantar ketempat peristirahatan Husain yang terakhir. Awan pun tiba-tiba mendung, seakan merasakan kehilangan.

Setelah pemakaman selesai, dan mendoakan mayit agar diringankan siksa kubur, Balqis memfoto batu nisan Husain. Ia langsung membuat story whatsapp

"Selamat tinggal, calon imam. Aku iri dengan kematianmu yang indah🥀"

Seperti itulah caption yang Balqis tulis dalam story yang ia unggah.

'Lihat A'
Semua orang menangis akan kepergianmu.
Bahkan, bumi pun merasakan hal yang sama. Hujan rintik-rintik seakan menjadi pertanda bahwa bumi sedih melepasmu.' ucap Balqis dalam hati sebelum pergi meninggalkan pemakaman.


Tbc:)

Assalamu'alaikum.

Gimana nih? Dapet feel nya ga? Maaf ya kalo ga dapet:"

Kasih komen dan vote nya dong. Kan gratis hehe. Ajak teman, saudara atau sahabat kalian buat baca ceritaku ini.

Jangan lupa baca Quran🌹

Kurang lebih minta maap ya🙌

Referensi: https://almanhaj.or.id/2570-sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-dan-menyakitkan.html

Cimahi, 31 Januari 2021

Salam hangat,

Fdsfmly💙

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang