PART'19

69 14 0
                                    

Hari ini adalah hari yang bahagia untuk teman Balqis, yaitu Rani. Karena hari ini adalah hari pernikahannya. Balqis akan datang pada pesta pernikahan sahabat kecilnya.

Balqis pergi bersama dengan teman-temannya. Mereka akan pergi sebelum akad, karena ingin menyaksikan sahabat kecilnya itu menikah.

Balqis dan ketiga temannya sedang bersiap-siap, mulai dari yang sedang dandan atau mencoba-coba baju yang akan dipakai. Hal itu memang lumrah bagi wanita.

Butuh waktu yang cukup lama sampai mereka benar-benar siap.

"Yuk berangkat!" Ratih berjalan keluar rumah. Sedangkan yang lain hanya mengangguk patuh.

"Nis udah pesen kendaraan nya?"

"Udah Qis, bentar lagi nyampe."

Tak lama setelah Nisa berucap, sebuah mobil yang dipesan mereka telah sampai. Mereka pun masuk dengan Nisa duduk di depan karena supirnya sangat tampan, jadi Nisa curi-curi kesempatan.

"Sesuai alamat ya Mbak?"

"Iyaaaa," jawab Nisa dengan semangat.

Ketiga temannya hanya geleng-geleng saja. Kebiasaan Nisa jika melihat pria tampan, pasti hatinya langsung terpaut.

Selama diperjalanan mereka mengobrol bersama supirnya, ternyata supir itu asik juga saat diajak ngobrol. Apalagi saat diajak bercanda oleh Nisa.

Tak terasa sudah sampai tujuan. Mobil berhenti dan mereka hendak turun, namun..

"Mas mau ga temenin aku ke kondangan? Soalnya nanti aku dipanggil jones lagi," ucap Nisa.

Supir hanya tersenyum. "Maaf Teh, saya harus kerja lagi."

Mendengar jawaban dari supir, sontak mereka bertiga menertawakan Nisa.

"Maaf ya A kalo kita buat gak nyaman. Ini ongkosnya, kembaliannya ambil aja." Balqis tersenyum sambil memberikan uang.

Mereka pun keluar mobil dan langsung ke tempat Rani.

Banyak tamu yang datang, mereka mulai bersalaman dengan pengantin. Hingga tiba Balqis, Ratih, Dinda dan Nisa mulai bersalaman.

Balqis langsung memeluk Rani dengan erat. Airmata nya tiba-tiba menetes cukup deras.

Meskipun sudah berpisah bertahun-tahun, namun tetap saja Balqis merasa kehilangan sahabatnya ini.

"Selamat Rani, aku turut bahagia dengan pernikahanmu."

"Bahagia kenapa nangis gitu?"

"Ini airmata bahagia bodoh!" Balqis berbicara cukup kasar, karena sebelum hijrah Balqis suka berbicara seperti itu. Namun semenjak hijrah ia berusaha menjaga ucapannya. Tapi jika pada Rani, entahlah Balqis bisa berbicara seperti itu lagi.

"Uuu sayang! Terimakasih sudah datang, kadonya mana?"

"Kado udah aku simpen di meja penerimaan tamu. Kado aku yang paling besar, inget paling besar."

"Ahh terimakasih banyak. Kau memang sahabat terbaikku,"

"Barakallah laka wabaraka'alaika wajama abaina kuma fii khair, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Cepet dikasih momongan, jangan lupakan sahabatmu ini Rani!"

"Aamiin. Doa sama untukmu,"

"Heh! Enak saja, aku belum nikah."

"Hehe iya nanti kalau udah nikah, cepet nyusul biar nanti kita jodohin anak kita," ucap Rani terkikik.

Memang, diantara ketiga temannya, Balqis lah yang paling dekat dengan Rani. Dari kecil sudah bersama, mandi bersama, tidur bersama, sekolah bersama. Apapun itu selalu bersama. Sampai akhirnya mereka harus pindah saat Rani dan Balqis menginjak kelas 6 SD. Sehingga Rani dititipkan dulu di rumah Balqis. Jadi Balqis merasa sangat kehilangan.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang