PART'3

168 20 1
                                    

Selamat membaca. Vote dan komen nya ditunggu!🌼

*****

Balqis mulai memasuki kantor, wajahnya bisa dikatakan berseri-seri. Senyum yang terukir indah tidak pernah lepas dari bibirnya. Pengaruh Abi memang cukup dahsyat.

"Assalamu'alaikum semua," ucap Balqis pada kedua temanku.

Disini Balqis hanya bertiga. Sementara dibagian lain pun masih ada.

"Waalaikumussalam," jawab keduanya. Mereka Nadya dan Sinta.

"Ada apa nih, sumringah amat neng mukanya," ucap Nadya.

"Eh, gapapa teh." Balqis langsung ketempat duduknya.

Selama bekerja, entah mengapa ia menjadi sangat-sangat semangat. Apakah mungkin karena Abi?

Segitu besarkah pengaruh Abi bagi dirinya?

"Dorr.." Teh Nadya mengagetkan Balqis.

"Astagfirullah teteh," ucap Balqis dengan wajah yang cemberut.

"Jangan melamun, apalagi ngelamunin seseorang yang bukan mahram. Bisa zina fikiran tuh," ucap Teh Nadya dengan senyum-senyum

"Kata siapa Balqis lagi mikirin cowok? Teteh jangan suudzon," jawab Balqis dengan cepat.

"Aku ngga suudzon. Keliatan kali dari muka kamu Qis," ucapnya sambil tertawa. "Iya ngga Ta?" Sinta hanya ikut tertawa menertawakan dirinya.

Mereka berdua memang menyebalkan, untung teman.

***

Sore ini Balqis sudah pulang. Ia sudah meminta jemput Aa, tapi dia tidak bisa. Terpaksa akhirnya ia akan naik angkot. Meskipun Bapak melarang, tapi tidak ada pilihan lain.

Balqis menyetop angkot yang sejurusan dengan rumahnya. Balqis naik tidak terlalu jauh dari pintu keluar, karena jaraknya tidak terlalu jauh. Jadi, saat Balqis turun tidak susah.

Di dalam angkot, Balqis mendengarkan sebuah lagu religi kesukaannya. Judulnya sejuta doa, karya Sigma. Itu sangat mencerminkan dirinya sendiri yang sedang dalam masa pencaharian jodoh.

Tak lama sampailah Balqis pada tujuannya untuk pulang.

"Kiri Pak," ucap Balqis. Mang angkot pun meminggirkan kendaraanya.

Balqis pun segera membayar ongkos. Setelah itu Balqis melanjutkan untuk jalan, karena dari jalan raya ke rumah Balqis cukup jauh.

Terdengar suara motor yang sangat Balqis kenal. Hatinya berdebar hebat saat mendengar suara itu. Tak lama, motor itu melewatinya begitu saja.

Dan benar. Itu Abi.

Tapi dia melewati Balqis begitu saja. Padahal Balqis ingin dia menyapa dirinya. Ah, itu ekspetasi yang takkan pernah jadi realita. Tapi ia tetap senang.

Dalam satu hari ini, Balqis sudah dua kali bertemu dengan pujaan hatinya. Ia tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

Balqis pun tiba dirumah dan mengucapkan salam pada Mamah.

"Wa'alaikumussalam, eh udah pulang."

"Iya Mah, Balqis ke kamar dulu yah. Mau mandi," ucap Balqis.

"Iya, sudah sholat?"

"Alhamdulillah sudah Mah."

Balqis segera pergi ke kamarnya. Rasanya badan sangat lengket karena keringat. Balqis diam beberapa saat supaya keringatku kering terlebih dahulu. Setelah merasa cukup, Balqis langsung mandi.

***
"Qis, ayo makan malam dulu." Mamah teriak dari dapur.

"Iya Mah sebentar, Balqis beresin dulu mukena." Balqis pun segera membereskan peralatan sholatnya, dan langsung ke meja makan.

Semua sudah berkumpul. Nasi dan lauk-pauknya sudah berada ditangan masing-masing. Bapak pun segera memimpin doa.

Doa selesai. Mereka pun segera menyantap makanan yang sudah tersedia.

"Qis, denger-denger Rani mau nikah ya?" Mamah memulai pembicaraan.

"Iya Mah, Rani memang mau nikah," jawabnya seadanya.

"Kapan Qis?"

"Bulan September deh kayanya. Kenapa gitu?"

"Wahh, ngga kerasa ya. Padahal dari kecil dia itu temen deket kamu, sampai mandi pun kalian suka bareng, hihi." Mamah tertawa sambil membayangkan masa kecil Balqis dengan Rani dulu.

Rani, dia teman kecil Balqis. Teman yang sangat-sangat Balqis sayangi. Namun sayang, sejak keluar SD mereka pindah. Karena rumah yang sebelumnya mereka tempati tergusur oleh perumahan. Terpaksa mereka pindah ketempat yang cukup jauh.

Hingga saat ini, mereka sudah hampir 8 tahun. Meskipun terkadang mereka berkujung, namun tetap saja hati selalu rindu.

"Haha iya Mah, gak kerasa satu persatu teman aku udah menjalani kehidupan barunya," jawabnya dengan nada sedih.

"Iyaa, kamu juga tinggal tunggu waktu aja."

Dari tadi Bapak hanya terdiam, sementara Aa tidak ada dirumah karena ia kerja siang jadi belum pulang.

"Kamu mau dateng Qis?" Akhirnya Bapak angkat bicara.

"InsyaAllah Pak, Balqis ingin menyaksikan moment sakral sahabat Balqis," ucapnya dengan senyum tulus.

"Nanti kalau kamu disana, jangan cepet-cepet pengen nikah ya," ucap Bapak.

Kening Balqis berkerut. Kemarin Bapaknya menyuruhnya nikah muda, sekarang tidak boleh.

"Memangnya kenapa Pak?"

"Perbaiki diri dulu. Karena jodoh cerminan diri," ucap Bapak.

Balqis pun mengangguk paham. Rasa sayang Bapak padanya tidak ditunjukkan secara terang-terangan. Tapi segini saja Balqis merasa bahagia.

"Udah lanjutin dulu makannya. Nanti selesai makan kita ngobrol lagi," Ucap Mamah. Mereka pun segera menghabiskan sisa makanan yang masih berada dalam piring.

Setelah selesai, Balqis segera membereskan dan mencuci piring kotor itu

****

Assalamu'alaikum mohon maaf jika ceritanya semakin tidak jelas.

Ambil yang baik, buang yang buruk.

Jazakumullah khair🤗🙏

Selasa, 4 Agustus 2020

Fdsfmly

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang