Janji

117 16 33
                                    

Semenjak hari itu, kamu Dan Johnny semakin akrab. Ia sering mengantar jemputmu dan mengajakmu makan siang, bahkan tak sekali ia membawamu saat iya berkumpul dengan teman atau kerabatnya. Bahkan keluarga Johnny sudah terlihat dekat denganmu, terutama keponakannya. Anak manis berumur 2 tahun.

Ah iya!? Bahas tentang keponakan Johnny, kamu teringat dengan keponakan mantan kekasihmu, Icha. Keponakan Johnny sangat mirip dengan Icha, bahkan cara mereka pun sama saat mencoba mendekatkan diri kepadamu.

"Ah jadi kangen Ich-"

"Kangen siapa lo.?"

"Lah lo kenapa kesini anjir? Masih pagi." Teriakmu saat seseorang tiba-tiba masuk kamarmu tanpa permisi.

"Gue tanya lo kangen siapa?!" Tanyanya lagi.

"Ga kok ga kangen siapa-siapa" elakmu.

"Jangan, (y/n). Jangan bahas tentang dia lagi, gue mohon." Kali ini tatapannya berubah jadi sendu.

"Maksud lo apaan sih, John? Gue ga ngerti."

Iya. Orang itu Johnny.

Melihatmu kebingungan dengan ucapannya, Johnny segera menghampiri ranjangmu lalu duduk menghadapmu. Ia menarik bahumu pelan sambil menatap lekat matamu.

"Oke, lo percaya sama gue kan? Janji ya setelah gue bilang ini lo gabakal marah apalagi ngejauhin gue." Kata Johnny.

"O-okay, ayo lo mau bilang apa?"

"Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Gue udah lama nahan ini semua (y/n), dari dulu gue cuma mencintai lo dalam diam, mungkin Tuhan lagi berpihak sama gue, Tuhan ngizinin gue deket sama lo, Tuhan beri jalan untuk gue agar bisa habisin waktu bareng lo. (y/n)...mungkin kini saatnya lo tau tentang semua perasaan gue."

Tatapan lembut dari Iris mata Johnny membuat mu terpana. Tanpa sadar kamu mengagumi betapa indahnya sosok dihadapanmu saat ini.

"So, will you be my girlfriend?"

Kamu terkejut bukan main, kamu benar-benar tidak menyangka bahwa Johnny akan mengungkapkan hal seperti ini. Dan yang membuatmu terkejut lagi adalah Johnny yang tiba-tiba memeluk tubuh mungilmu lalu menyandarkan kepalanya dibahumu.

Sambil berbisik "gue serius, gue mau lo jadi pacar gue."

Kamu melepaskan pelukanmu. Lalu kamu beralih menangkup wajah Johnny, yang kamu lakukan hanyalah menatap matanya lekat, dengan niat mencari kebohongan dimata indahnya. Namun nihil, kamu melihat ketulusan darinya. Jujur kamu tidak merasa apa-apa saat dekat dengan Johnny, walaupun ada sedikit rasa baper saat kamu diperlakukan bak putri, tapi kamu tidak menaruh perasaan apa-apa padanya. Namun entah datang hidayah dari mana, kamu tersenyum lalu kembali memberikan pelukan hangat kepada Johnny.

"Kita jalanin dulu ya, John. Gue gak nolak lo kok, tapi gue cuma mau jalanin sampe gue bisa mutusin bakal terima lo apa engga."

"Tapi lo janji ya, setelah ini lo ga bakal jauhin gue."

Tawamu lepas saat itu juga. Lagian kamu tidak semengerikan itu kok.

"Hahaha ya engga lah, John. Gue ngerti kok perasaan lo. Tapi gue minta lo juga ngertiin perasaan gue ya. Lo tau sendiri kan sebelum ini masalah percintaan gue rumit. Bahkan gue nyaris trauma sama semua yang berhubungan dengan cinta. Tapi, suatu saat nanti kalo gue udah Bales perasaan lo, jangan tinggalin gue ya."

"(y/n). I-ini serius? Lo sama sekali ga marah?" Tanya Johnny.

Kamu kembali tertawa. "Ya engga lah, ngapain coba gue marah."

"Astaga, makasih banget ya, gue bakal berusaha buat yakinin hati lo, ngilangin trauma lo, dan gue janji ga bakal ninggalin lo (y/n), gue janji."

Johnny menangis dipelukanmu. Kamu tak tau Johnny memang cengeng atau terharu saat kamu memberi lampu hijau untuknya.

Mas Pacar • Kim JonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang